Saya salut dengan cara didik dari rekan kerja saya yang seorang ibu dengan anak usia 6 tahun. Ia sering memposting video tengah mengajari anaknya membaca. Bahkan si anak terlihat antusias ketika diajak belajar.Â
Ini karena si ibu selalu menghargai usaha si anak dan tidak segan melemparkan pujian seperti, good job; wuah pintar; anak mama cerdas dan sebagainya.Â
Pujian dan apresiasi ini membuat si anak tidak takut ketika diajak mengulang pelajaran atau bahkan antusias ketika diajak belajar.Â
Penilaian Anak Berbeda
Daya pikir anak bisa saja berbeda dengan orangtua. Bagi orangtua dengan adanya tindakan fisik diharapkan si anak menjadi lebih serius belajar.Â
Namun nyatanya banyak anak berpikir beda. Tindakan fisik bisa dianggap si orangtua memiliki karakter kasar, suka marah dan tidak sayang pada anaknya.Â
Kondisi anak zaman sekarang yang kian kritis tentu membuat tindakan fisik ini dianggap bentuk kemarahan dan luapan emosi dibandingkan kasih sayang dalam mendidik.Â
Mental anak pun bisa terpengaruh bila cara didik tidak hanya berupa tindakan fisik namun juga tindakan verbal seperti : dasar bodoh, dungu, goblok, tulalit dan sebagainya.
Pernah saya melihat video dari seorang guru yang prihatin ketika membaca keluh kesah anak melalui sebuah gambar. Dirinya merasa sedih ketika orangtua mengatakan dirinya bodoh saat tidak bisa menjawab pertanyaan dari orangtua.Â
Anak Menduplikasi Cara Ajar Orangtua
Ternyata tindakan fisik bisa memberikan dampak jangka panjang. Pernah saya melihat seseorang memarahi anaknya yang susah menangkap apa yang diajarkan. Bahkan tidak segan mencubit, menjewer dan mengeluarkan kata-kata kasar.Â