Sebagai senior baik, kita juga perlu menganggap junior layaknya adik sendiri.
Menempatkan mereka sebagai adik, maka sudah tentu kita akan membantu dan mendampingi mereka selama tahap penyesuaian diri.
Saya teringat dulu mengajarkan adik saya membaca dan dengan sabar mendikte kata demi kata agar adik bisa memahami kalimat dengan baik.Â
Cara seperti ini juga bisa kita praktekan pada junior. Bukan mendikte layaknya anak yang baru belajar baca namun mengarahkan terkait tugas yang perlu mereka kerjakan dan kuasai.
Tindakan saya yang mengajarkan para junior bagaimana cara mencari customer potensial, menghubungi, melakukan penawaran serta mem-follow up penawaran yang diberikan adalah salah satu bentuk saya membimbing junior.
Saya juga tetap mendampingi mereka ketika menghadapi klien untuk pertama kali. Memberikan masukan terkait hal-hal yang perlu dilakukan dan jangan dilakukan jika meeting dengan klien.
Teringat dulu saat saya bekerja di counter handphone, ada senior yang membantu saya menyakinkan calon pembeli terhadap produk yang ditawarkan.Â
Berkat bantuan senior ini, saya bisa closing produk tersebut. Ada rasa senang dan hutang budi pada senior saya ini. Hal yang mengharukan dia mengganggap saya layaknya adiknya sendiri.
2. Jangan Memberatkan Finansial Junior
Adik saya pernah curhat jika dirinya beberapa kali menolak ajakan senior di kantor ketika mengajak dirinya hang out ke mall, cafe atau tempat nongkrong lainnya.
Bukan karena tidak ingin berbaur, namun sebagai karyawan baru dengan status merantau, kondisi keuangan tentu masih belum stabil. Adik saya harus pintar berhemat agar duit yang dimiliki cukup hingga gajian berikutnya.