Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Memahami Etika Sebagai Tamu, Kado, dan Budaya Bungkus pada Acara Resepsi

2 Juli 2021   12:44 Diperbarui: 3 Juli 2021   03:14 819
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana pernikahan di Fairmont Sanur (dok. Fairmont Sanur via tarvel.kompas.com)

Ada sebuah kebanggaan tersendiri jika kita menerima sebuah undangan pernikahan dari kerabat, sahabat, teman kerja atau kenalan. Tentu kedatangan kita seakan diharapkan oleh si pemilik acara. 

Tidak sedikit dari kita mulai mempersiapkan diri dari jauh-jauh hari untuk hadir dalam acara tersebut mulai menandai tanggal, memiliki pakaian saat kondangan, mempersiapkan hadiah, janjian dengan teman lain yang diundang hingga menyiapkan akomodasi untuk datang ke tempat acara.

Adanya persiapan yang matang menunjukkan bahwa kita ingin memberikan kesan mendalam tidak hanya bagi diri kita sendiri sebagai tamu namun juga si mempelai dan keluarga yang telah mengundang kita. 

Seringkali saya terharu ketika melihat perjuangan seorang tamu yang berusaha hadir di acara pernikahan kerabat atau sahabatnya dengan rela pergi ke lokasi yang letaknya jauh, demi bisa turut hadir dalam acara bahagia ini atau sekedar memberikan kejutan manis kepada si mempelai. 

Sebagai tamu yang baik, kita perlu memperhatikan tindakan atau hal-hal kecil lainnya yang seakan luput dari pemahaman si tamu. 

Hal kecil yang mungkin bagi si tamu bukanlah hal krusial, namun justru bisa mempengaruhi situasi acara resepsi ataupun kebahagian si mempelai. Apa saja itu? 

Pertama, Etika Berperilaku Sebagai Tamu

Ketika kita mendapatkan undangan dan hadir pada acara pernikahan, kita perlu menempatkan diri sebagai tamu. 

Sebagai tamu yang baik, kita wajib memperhatikan beberapa etika yang mungkin mulai terabaikan. 

Gunakan pakaian yang sopan saat menjadi tamu. Tidak jarang ada saja tamu yang justru ingin menjadi pusat perhatian bagi tamu lain dengan cara busana yang digunakan. 

Saya pernah melihat sendiri ada tamu wanita yang datang dengan pakaian seksi dan rok mini. Bisa ditebak cara berpakaian seperti ini pada sebuah acara pernikahan sakral tentu akan mencoreng citra si tamu. 

Saya yakin si tamu ini akan mendapatkan tujuannya yaitu menjadi pusat perhatian terutama dari tamu undangan pria. Tanpa disadari hal ini justru bisa mempengaruhi situasi acara. 

Bayangkan akan ada banyak para istri atau pasangan wanita yang akan melirik tajam pada suami atau pasangan pria jangan sampai "cuci mata" terhadap tamu wanita seksi tersebut. 

Tidak hanya itu bisa jadi mempelai atau keluarganya menjadi risih jikalau ada tamu yang berpakaian yang kurang sopan. 

Saya lebih memilih menggunakan baju batik atau kemeja formal untuk datang ke acara pernikahan dengan celana panjang dan sepatu. Cara berpakaian ini lumrah dan dianggap sopan untuk digunakan pada acara sakral seperti resepsi pernikahan.

Etika lain yang patut diperhatikan adalah cara kita berinteraksi dengan mempelai. Tidak jarang mempelai turut mengundang mantan kekasih atau orang yang ternyata selama ini menyukai dirinya dalam acara pernikahannya.

Banyak sekali muncul video di mana ada mantan atau gebetan yang bereskpresi sedih saat berada di lokasi acara atau bersalaman dengan si mempelai. 

Kini yang tengah menjadi trend muncul istilah, "bertahun-tahun menjaga jodoh orang" Kemudian diiringi backsound lagu Armada yang berjudul "Harusnya Aku". Dengan penggalan lirik harusnya aku yang di sana (menjadi pasangan si gebetan). Hehe

Ironisnya ada tamu yang mungkin adalah mantan atau gebetan dari si mempelai yang bertingkah tidak sepantasnya. 

Beberapa kali saya melihat postingan di mana seseorang menangis melihat mantannya ada di pelaminan dengan tambatan hatinya yang baru. 

Bahkan ada juga seorang cowok yang naik ke pelaminan seakan marah pada mempelai cowok karena dianggap merebut tambatan hatinya. 

Bagi saya tingkah ini tidak hanya mencoreng si tamu, namun juga membuat kericuhan sendiri bagi si mempelai. 

Kedua, Etika Memberikan Kado

Bagi saya alangkah baiknya kita juga patut memperhatikan etika dalam memberikan kado bagi si mempelai. 

Tidak jarang mengingat si mempelai adalah sahabat, kerabat atau teman maka mereka memberikan kado nyeleneh sebagai bahan lucu-lucuan. 

Kado lucu-lucuan yang pernah diterima teman-teman saya saat menikah seperti alat kontrasepsi, lingerie, CD Porno, alat bantu seks (sex toys) dan kado lainnya yang terkesan tabu di masyarakat kita. 

Apakah salah? 

Sejujurnya tidaklah salah namun sangat disayangkan karena kita sudah matang secara usia dan berpikir. 

Selogisnya kita bisa memberikan kado yang lebih bermanfaat untuk jangka panjang dan memang dibutuhkan oleh si mempelai. 

Saya salut dengan tradisi kasih kado yang dilakukan oleh rekan-rekan kerja di kantor. Mereka mengumpulkan uang bersama dan uang yang terkumpul dibelikan kebutuhan rumah tangga sebagai kado seperti dispenser, kompor gas, alat masak, atau perlengkapan tidur. 

Tujuannya agar kado yang kita berikan dapat memberikan manfaat bagi si mempelai saat sudah berumah tangga. Jadi mereka tidak perlu lagi membeli perabotan rumah tangga jika hidup mandiri. 

Andai pun kita tidak sempat menyiapkan kado pernikahan. Memberikan uang bisa jadi kado simple namun bermanfaat bagi si mempelai. 

Setidaknya uang yang kita berikan bisa digunakan untuk tabungan mempelai atau membantu meringankan resepsi yang butuh dana besar. 

3. Etika Konsumsi Saat Resepsi

Ada hal lucu yang sering dilakukan oleh para tamu saat datang di acara resepsi. Ada yang sengaja tidak makan dari pagi dengan harapan bisa makan dengan porsi besar. Bahkan akan sering ditemukan tamu yang mengambil porsi 1 piring full dengan lauk yang banyak layaknya tidak makan seharian. 

Kekesalan terjadi ketika makanan yang diambil justru tidak dihabiskan sehingga terbuang percuma. Padahal bisa jadi kelakuan ini membuat hidangan makanan lebih cepat habis sehingga tamu lain tidak kebagian.

Kebiasaan buruk lain yang sering ditemukan adalah budaya bungkus yang sering dilakukan emak-emak saat kondangan. 

Tanpa rasa malu, mereka sudah menyiapkan kresek, tisu, kotak nasi dan media pembungkus lainnya untuk membungkus makanan. 

Coba kita memposisikan diri sebagai tuan rumah yang memiliki acara. Ketika menemukan tamu dengan karakter suka bungkus makanan. Pasti ada rasa kesal dalam hati bahkan bisa jadi si pemilik acara menyesal mengundang si tamu tersebut. 

Tidak jarang di bagian konsumsi akan ada petugas penjaga konsumsi untuk memberikan lauk khususnya daging. Cara ini dilakukan agar menghindari lauk cepat habis karena dibungkus atau diambil dalam porsi besar.

Kelakuan Ibu-Ibu Berebut Makanan Saat Kondangan | Sumber Kliktrend.com
Kelakuan Ibu-Ibu Berebut Makanan Saat Kondangan | Sumber Kliktrend.com

***

Resepsi pernikahan identik sebagai upacara yang membagikan kebahagian dari mempelai pengantin kepada sanak saudara, teman ataupun tetangga. Janganlah kita merusak kebahagian tersebut dengan kelakuan kita yang tidak beretika sebagai tamu. 

Hal kecil mulai dari cara berpakaian, berperilaku saat kondangan, memberikan kado hingga mengkonsumsi hidangan yang disajikan. 

Jangan sampai memberikan citra buruk kepada tamu atau bahkan ada rasa penyesalan dari si mempelai yang mengundang kita. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun