Teman saya menjadikan supervisor kantor sebagai topik ghibahan. Menjelekan si supervisor karena sifatnya yang labil dan suka marah-marah. Dirinya terlalu percaya pada anggota grup yang notabanenya sudah saling kenal akrab.
Sudah bisa diterka, pembahasan di WAG bocor hingga diketahui oleh si supervisor dan manajemen. Akhirnya teman saya diinterogasi dan kontraknya pun tidak diperpanjang saat itu juga.Â
Dari sini saya belajar bahwa ada baiknya jangan berghibah dalam lingkup kerja. Ghibahan terkait perusahaan akan dianggap sebagai perbuatan tidak beretika dan mencoreng nama baik secara personal ataupun perusahaan.Â
Sifat ghibah sangat bertolak belakang dengan karakter WNA karena WNA lebih menyukai untuk terbuka dalam menyampaikan pendapat daripada harus berghibah di belakang. Kebiasaan buruk inilah yang harus bisa dihilangkan.Â
2. Kerja Sistem Kebut Semalam (SKS)Â
Ayo, siapa dari sobat Kompasiana semasih sekolah atau kuliah menerapkan sistem SKS?Â
Mungkin jika saat sekolah/kuliah dulu mengerjakan tugas ala SKS dirasa otak lebih produktif. Nyatanya jangan menerapkan hal tersebut dalam dunia kerja khususnya di perusahaan multinasional.Â
Umumnya tugas SKS sering tidak maksimal dan terkesan dibuat ala kadarnya. Saat sekolah/kuliah tugas SKS paling hanya merugikan diri sendiri karena berpengaruh pada nilai. Namun akan berbeda jika SKS dilakukan saat tugas kerja profesional.Â
Bayangkan ketika kita diminta atasan menyiapkan bahan presentasi untuk ke klien bisnis. Terbiasa dengan budaya SKS, kita justru baru mengerjakan H-1 hari atau beberapa jam sebelum presentasi. Padahal bahan presentasi tersebut membutuhkan data yang matang dan riset terlebih dahulu.Â
Ini sangat berbahaya bagi perusahaan jika presentasi berantakan atau materi yang disajikan tidak matang. Selain akan mencoreng citra perusahaan bisa jadi hal ini menggagalkan proyek yang tengah dilobby oleh perusahaan.Â