Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Singkirkan Kebiasaan Buruk Ini Jika Ingin Bekerja di Perusahaan Multinasional

28 Juni 2021   20:12 Diperbarui: 29 Juni 2021   13:44 1380
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi pekerja. Ada beberapa kebiasan buruk yang harus dihindari pekerja| Sumber: Unsplash/Windows via Kompas.com

Banyak pencari kerja memiliki mimpi bekerja di perusahaan multinasional seperti Unilever, Cevron, The Coca-Cola Company, KFC, MCD, Google, Yamaha, Mitsubishi, dan sebagainya. 

Menguntip dari salah satu situs online, perusahaan multinasional sendiri merupakan perusahaan besar yang umumnya berada di berbagai negara industri dan mempunyai kantor di berbagai negara lainnya, umumnya di berbagai negara berkembang (sumber klik di sini). 

Kita juga patut berbangga hati karena ada beberapa perusahaan Indonesia yang sudah dikategorikan sebagai perusahaan multinasional karena mampu melakukan ekspansi pasar secara global seperti Indofood, Wings Group, Semen Indonesia hingga BNI.

Saya sempat bertanya kepada beberapa teman yang bekerja di perusahaan multinasional tentang alasan mereka termotivasi bekerja di perusahaan tersebut. Ada beberapa alasan mendasar seperti gaji yang besar, tertarik bekerja dibidang industri, jaringan luas, dan banyaknya perusahaan multinasional di Indonesia. 

Cukup beralasan karena jika kita tinggal di Jabodetabek dan Karawang akan banyak ditemukan kawasan industri seperti MM2100, Jababeka, EJIP, KIIC, Surya Cipta, GIIC dan kawasan industri lainnya dimana disana banyak perusahaan multinasional. 

Gaji yang ditawarkan pun tergolong tinggi dibandingkan daerah lain di Indonesia serta menyerap banyak tenaga kerja. Daerah Karawang dan Bekasi bahkan menduduki peringkat 1 dan 2 sebagai UMK terbesar di Indonesia.

Meskipun peluang kerja di perusahaan multinasional terbilang besar namun kita perlu membuang jauh kebiasaan buruk yang dapat menghambat karier kita. Apa saja itu? 

1. Berghibah

Ghibah telah menjadi kebiasaan buruk yang menjangkit masyarakat kita. Meskipun menjadi salah satu interaksi sosial nyatanya topik ghibah lebih mengarah pada membicarakan hal negatif atau aib seseorang. 

Teman saya memiliki pengalaman buruk kontrak tidak diperpanjang karena kelakuan ini. Teman saya baru diterima di perusahaan minuman terkemuka asal Jepang. Sebagai anak training dengan sistem angkatan tentu mereka memiliki WhatsApp Grup (WAG) angkatan untuk saling akrab dan sharing. 

Layaknya WAG pada umumnya, topik pembicaraan seringkali juga mengarah pada urusan personal serta ghibahan. Ada kisah tragis yang dialami teman saya terkait kelakuan ghibahnya di WAG. 

Teman saya menjadikan supervisor kantor sebagai topik ghibahan. Menjelekan si supervisor karena sifatnya yang labil dan suka marah-marah. Dirinya terlalu percaya pada anggota grup yang notabanenya sudah saling kenal akrab.

Sudah bisa diterka, pembahasan di WAG bocor hingga diketahui oleh si supervisor dan manajemen. Akhirnya teman saya diinterogasi dan kontraknya pun tidak diperpanjang saat itu juga. 

Dari sini saya belajar bahwa ada baiknya jangan berghibah dalam lingkup kerja. Ghibahan terkait perusahaan akan dianggap sebagai perbuatan tidak beretika dan mencoreng nama baik secara personal ataupun perusahaan. 

Sifat ghibah sangat bertolak belakang dengan karakter WNA karena WNA lebih menyukai untuk terbuka dalam menyampaikan pendapat daripada harus berghibah di belakang. Kebiasaan buruk inilah yang harus bisa dihilangkan. 

Seorang Karyawan Yang Melakukan Koordinasi Secara Global. Sumber IntiPesan.com
Seorang Karyawan Yang Melakukan Koordinasi Secara Global. Sumber IntiPesan.com

2. Kerja Sistem Kebut Semalam (SKS) 

Ayo, siapa dari sobat Kompasiana semasih sekolah atau kuliah menerapkan sistem SKS? 

Mungkin jika saat sekolah/kuliah dulu mengerjakan tugas ala SKS dirasa otak lebih produktif. Nyatanya jangan menerapkan hal tersebut dalam dunia kerja khususnya di perusahaan multinasional. 

Umumnya tugas SKS sering tidak maksimal dan terkesan dibuat ala kadarnya. Saat sekolah/kuliah tugas SKS paling hanya merugikan diri sendiri karena berpengaruh pada nilai. Namun akan berbeda jika SKS dilakukan saat tugas kerja profesional. 

Bayangkan ketika kita diminta atasan menyiapkan bahan presentasi untuk ke klien bisnis. Terbiasa dengan budaya SKS, kita justru baru mengerjakan H-1 hari atau beberapa jam sebelum presentasi. Padahal bahan presentasi tersebut membutuhkan data yang matang dan riset terlebih dahulu. 

Ini sangat berbahaya bagi perusahaan jika presentasi berantakan atau materi yang disajikan tidak matang. Selain akan mencoreng citra perusahaan bisa jadi hal ini menggagalkan proyek yang tengah dilobby oleh perusahaan. 

Andaikan proyek bernilai fantastis gagal teraup karena kesalahan kita yang menyepelekan tugas. Ini selain merugikan perusahaan tentu saja karier kita bisa berada di ujung tanduk

3. Baperan

Bawa perasaan (baper) lumrah terjadi manusia ketika menghadapi sesuatu yang emosional dan perasaan. Ketika dimarahi langsung ngambek, tidak diajak hang out dengan teman kantor langsung merasa dianaktirikan. 

Sangat riskan jika seseorang memiliki tingkat kebaperan yang tinggi. Di perusahaan multinasional banyak terdapat bule sebagai petinggi atau decision maker. 

Tidak jarang kita sebagai karyawan mungkin melakukan kesalahan atau hal lain yang membuat atasan marah. Sifat pemimpin bule atau WNA lebih suka ceplas ceplos dan langsung to the point dalam menyampaikan sesuatu. 

Para atasan bule ketika marah cenderung tidak akan mempertimbangkan perasaan orang yang dimarahi. Salah tetaplah salah. Berbeda sekali dengan budaya kita yang jika ada orang melakukan kesalahan akan menegur dengan tata bahasa halus atau bahkan membiarkan seolah tidak terjadi kesalahan. 

Banyak teman saya bercerita pernah dimarahi oleh atasan asing di kantor. Bahkan mereka cerita anehnya ketika tengah marah, si bos akan meluapkan dengan meledak-ledak. Namun beberapa jam kemudian langsung berubah ramah layaknya tidak terjadi apa-apa. 

Bagi yang baperan, mereka mungkin akan sedih, tertekan, kecewa, marah atau merasa bingung dengan sikap si bos. Bisa jadi ketika dimarahi bakal langsung menangis atau mengajukan resign. Padahal banyak atasan WNA justru berusaha profesional.

Ketika ada kesalahan, dirinya akan menempatkan diri sebagai atasan yang menegur bawahan. Namun setelah itu akan menjadi rekan kerja pada umumnya yang berusaha ramah dan tampak baik. 

Sebaiknya sifat baperan jangan dibawa dalam lingkungan kerja terutama jika berhadapan dengan atasan bule. Ambil sisi positif bahwa mereka berusaha profesional dalam bekerja. 

4. Tidak Tegaan

Sebagai masyarakat dengan budaya orang timur, kita diajarkan untuk menjaga perasaan, menghormati orang lebih tua, dan sebisa mungkin bersikap sopan. 

Sikap ini bisa saja menjadi masalah jika diterapkan di perusahaan multinasional. Sikap profesionalitas dan integritas selalu diutamakan. Sangat bahaya sekali jika kita terlalu bersikap tidak tegaan. 

Contoh kasus ada staff yang menggelapkan uang perusahaan. Kita saat itu bertindak sebagai atasan yang memiliki karakter tidak tegaan. 

"Duh kasihan, kalau saya pecat karena kesalahannya. Nanti keluarganya makan apa?"

"Dia kan lebih tua. Lebih baik dimaafkan saja"

Di dalam perusahaan, segala aturan harus ditegakkan dan tidak boleh pilih kasih atau berlandaskan kasihan. Nyatanya kesalahan yang dilakukan tergolong berat karena berkaitan dengan uang dan merugikan perusahaan. 

Jikalau terlalu berlandaskan kasihan justru akan menjadi bumerang karena si oknum tidak jera, muncul kecemburuan sosial atau bahkan memancing karyawan lain melakukan hal sama karena tahu tidak akan disanksi tegas. 

***

Bekerja di perusahaan multinasional memang akan memberikan pengalaman, fasilitas dan jaringan yang luas. Namun jangan sampai kelakuan atau sifat buruk justru menjadi batu sandungan dalam karier kita. 

Sebenarnya 4 hal di atas juga perlu disingkirkan di manapun kita berada. Ini dikarenakan 4 hal di atas akan memengaruhi profesionalitas, integritas, dan tanggung jawab dalam dunia kerja. 

Harapannya bagi generasi muda yang berambisi kerja di perusahaan multinasional dapat menjadikan tulisan saya ini sebagai pegangan dikemudian hari. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun