Profesi tukang parkir telah menjadi tumpuan bagi sebagian masyarakat khususnya di perkotaan. Sangat mudah menemukan tukang parkir karena cukup datang ke tempat keramaian seperti tempat umum, pusat pertokoan, ATM, atau retail maka akan langsung berjumpa dengan para tukang parkir.Â
Sejatinya di masyarakat kita, profesi tukang parkir terbagi menjadi 2 yaitu parkir resmi dan parkir liar. Â Beberapa hal pembeda yang paling mencolok adalah parkir resmi dikerjakan oleh petugas dibawah naungan Dinas Perhubungan dan uang setoran akan masuk dalam kas negara sebagai bagian retribusi. Sedangkan parkir liar biasanya mengatasnamakan perseorangan, paguyuban, kelompok masyarakat atau Ormas dimana uang setoran yang didapat untuk dirinya sendiri atau kelompok pengelola parkiran serta dibagi juga dengan pemilik lahan.Â
Ironisnya ada beberapa tindakan tukang parkir yang justru mencoreng profesi ini di mata masyarakat. Apa saja itu?
1. Hadir Bagai "Siluman"
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kehadiran tukang parkir ibarat siluman. Bisa muncul tiba-tiba khususnya ketika mengetahui kita akan menuju kendaraan dan meninggalkan area.Â
Seorang teman saya pernah membuat lelucon, tahu kah profesi paling sakti di Indonesia? Jawabannya adalah Tukang Parkir. Ketika kita datang, dirinya tidak terlihat namun saat kita pulang/pergi bisa muncul seketika ibarat siluman.Â
Saya hanya bisa tertawa dan ikut mengiyakan. Ada banyak pengalaman pribadi terkait kondisi tersebut. Hal yang paling jengkel ketika saya pergi ke salah satu retail modern. Hanya terlihat beberapa bapak asyik mengobrol di sudut toko.Â
Hal sedih ketika baru keluar dari toko dan menuju motor. Tiba-tiba bapak yang semula asyik mengobrol mengeluarkan "senjata sakti" berupa pluit dan langsung meniupkan peluit saat saya menghidupkan mesin motor. Waduh, penyamaran bapak tukang parkir ini seakan menyamai Intel dimana saya tidak menyadari bahwa bapak yang ku kira pembeli lain justru seorang tukang parkir liar.Â
Jika sobat berada di posisi saya saat itu bisa jadi akan mengeluarkan respon kesal layaknya yang saya rasakan. Hadirnya bagai siluman terasa nyata dan saya hanya bisa mengikhlaskan uang ribuan untuk jasa menjaga motor yang tidak saya sadari.Â
Apa yang Harus Diperbaiki?Â
Bagi saya hadirnya tukang parkir cukup membantu karena maraknya kasus pencurian kendaraan bermotor. Namun harusnya kehadirannya sudah terasa sejak kita baru tiba di lokasi.Â
Meski bukan berstatus parkir resmi, setidaknya si tukang parkir ini bisa tetap menggunakan atribut sederhana seperti rompi dan pluit. Atribut ini sudah bisa menjadi identitas bahwa dirinya adalah tukang parkir yang akan menjaga kendaraan kita.Â
Selain itu janganlah menjadi siluman dengan berusaha bersembunyi agar tidak terlihat oleh pengunjung. Meskipun pengunjung tahu ada kehadiran tukang parkir di lokasi yang ditujukan, apabila memang dirinya ingin ke lokasi tersebut maka si pengendara akan sudah menyiapkan anggaran khusus untuk parkir sejak pertama tiba.
Pengendara akan lebih ikhlas memberikan uang parkir jika dari awal sudah mengetahui kehadirannya dibandingkan tiba-tiba muncul seperti siluman di saat pengendara akan pergi.Â
2. Tidak Profesional
Sebagai pengunjung atau pemilik kendaraan pastinya kita mengharapkan kehadiran petugas parkir akan membantu kita mendapatkan tempat parkir saat area parkir penuh, membantu menyeberangi jalan ketika hendak ke jalan besar atau sekedar membantu pengendara apabila kesusahan saat hendak parkir.Â
Nyatanya di lapangan, tukang parkir banyak yang arogan dan cuek kepada pengunjung. Melihat pengendara kesulitan mencari tempat parkir atau mengeluarkan kendaraa  seakan tidak ada niat membantu, ketika sudah mendapatkan uang parkir langsung meluncur pergi tanpa membantu pengendara melintasi jalan besar.Â
Hati ini kadangkala dongkol melihat sikap dan respon tukang parkir ini. Wajar rasanya banyak pengendara yang mengumpat kesal jika bertemu tukang parkir seperti ini seakan hanya mengincar uang parkir saja.Â
Apa yang Harus Dibenahi?Â
Cobalah menanamkan sikap pelayanan dalam diri petugas parkir. Ini karena petugas parkir merupakan profesi dibidang jasa sehingga pelayanan menjadi kunci utama.Â
Saya sangat senang ketika bertemu petugas parkir yang ketika melihat saya datang langsung membantu mencarikan titik kosong untuk parkir kendaraan, ketika kesulitan langsung tanggap membantu dan bahkan mengarahkan saya untuk melintasi jalan khususnya saat akan menyeberang.Â
Pernah ada momen ketika saya memarkirkan motor di salah satu tempat. Petugas parkir menutupi jok motor saya dengan karton agar tidak terasa panas. Ini karena lokasi parkir kan berada di area terbuka yang panas ketika siang hari. Bahkan saat cuaca mendung, tukang parkir sigap menutupi helm pengunjung dengan plastik agar tidak basah bila hujan turun.Â
Pelayanan seperti ini membuat saya senang dan bahkan tidak perlu berpikir berulang kali untuk memberikan uang parkir. Bahkan jika ada rejeki lebih, saya melebihkan uang parkir sebagai tipe karena saya dilayani dengan baik dan tukang parkir peduli dengan kenyamanan si pemilik kendaraan.Â
3. Tidak ada Bukti Parkir dan Biaya Parkir Tidak Wajar
Pernah suatu ketika sopir kantor terlibat cekcok dengan tukang parkir di salah satu toko. Selidiki punya selidik, tukang parkir di area tersebut masuk kategori parkir liar. Biaya parkir yang dikenakan cukup tinggi yaitu Rp. 5.000 untuk armada mobil pribadi. Padahal di lokasi lain, petugas parkir liar masih menerima jika hanya diberikan Rp. 2.000.
Hal lain yang membuat sopir kantor kesal karena tidak adanya karcis parkir kendaraan. Padahal sopir kantor membutuhkan karcis parkir untuk di reimburse ke kasir. Tanpa bukti karcis parkir maka biaya parkir tidak bisa diganti oleh kasir kantor.Â
Kondisi ini juga banyak menimpa pengendara lain yang menyayangkan petugas parkir liar mematok biaya tidak wajar tanpa ada bukti karcis parkir. Bahkan ketika ada acara keramaian khusus seperti pameran, konser musik, pertandingan dan acara yang mengundang massa besar. Biaya parkir bisa dinaikan berkali-kali lipat untuk meningkatkan keuntungan. Ini tentu agak meresahkan pemilik kendaraan.Â
Apa yang Harus Dibenahi?Â
Meskipun banyak petugas parkir yang tidak dalam naungan Dinas Perhubungan (Dishub) atau lebih dikenal parkir liar. Masyarakat tidak terlalu mempermasalahkan seandainya mereka mematok tarif yang umum diberlakukan. Selain itu tidak sedikit area parkir yang dikelola mandiri oleh paguyuban, kelompok masyarakat atau Ormas sehingga mereka bisa menciptakan karcis parkir sendiri.Â
Tujuannya untuk menghindari adanya tarif yang dimainkan oleh oknum nakal untuk keuntungan pribadi. Selain itu juga membantu pihak yang membutuhkan bukti parkir untuk bisa di reimburse/klaim ke perusahaan.Â
***
Seiring makin banyaknya kehadiran tukang parkir liar yang mencari penghasilan di tempat umum dan keramaian sejatinya harus tetap menjaga citra profesi tukang parkir. Tindakan yang acapkali merugikan pengendara, tidak profesional atau hanya sekedar mencari keuntungan tanpa menunjukan tanggungjawabnya sebagai tukang parkir inilah yang mencoreng profesi ini.
Tidak heran jika akhirnya masyarakat kesal jika kehadiran tukang parkir layaknya siluman tanpa ada sedikit pun membantu si pengendara. Bahkan ketika ada kendaraan yang hilang atau rusak tersenggol pengendara lain, tukang parkir cenderung pura-pura tidak tahu dan menghindar.Â
Berharap beberapa upaya pembenahan yang saya tulis di artikel ini bisa menjadi pertimbangan dan langkah peningkatan pelayanan untuk segenap tukang parkir. Tujuannya agar citra profesi tukang parkir bisa kembali pulih dan masyarakat merasakan kehadiran tukang parkir dalam menjaga kendaraannya.Â
Semoga Bermanfaat
--HIM--
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H