Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Artikel Utama

Nyepi di Bali sebagai Masyarakat Minoritas, Pengalaman Luar Biasa

9 Maret 2021   10:44 Diperbarui: 10 Maret 2021   19:52 1512
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Tidak heran kebanyakan Ogoh-Ogoh memiliki tampilan seperti raksasa  dengan wajah, ekspresi dan bentuk menyeramkan. Sayangnya makin kesini ada kelompok masyarakat yang membuat Ogoh-Ogoh merepresentasikan hal berbeda seperti yang saya lihat ada Ogoh-Ogoh menyerupai penyanyi dangdut seksi atau tokoh yang tersandung kasus korupsi. 

Visual Ogoh-Ogoh. Sumber Tirto.id
Visual Ogoh-Ogoh. Sumber Tirto.id

Hal yang menarik karena setiap desa atau bahkan kelompok pemuda menciptakan Ogoh-Ogoh sendiri. Tentu kita akan terpukau dengan desain Ogoh-Ogoh karena ada kekhasan sendiri dari berbagai kelompok desa. Bahkan kegiatan ini semakin meriah karena ada pawai keliling desa serta aksi lomba festival Ogoh-Ogoh. 

Acara ini termasuk bergengsi karena sebagai pembuktian kelompok masyarakat mana yang memiliki nilai seni tinggi yang diaplikasikan melalui Ogoh-Ogoh. 

Tentu mereka akan berlomba-lomba menciptakan Ogoh-Ogoh yang menarik, berkesan dan pasti memiliki nilai seni. Aksi pawai Ogoh-Ogoh ini bahkan menjadi daya tarik wisata di Bali. 

Tidak sedikit wisatawan sengaja datang ke Bali sebelum Nyepi untuk melihat langsung pawai Ogoh-Ogoh. Sayangnya ketika pandemi ini pawai Ogoh-Ogoh ditiadakan sebagai upaya pencegahan Covid-19.

Hari Nyepi pun dimulai keesokan harinya. Nyepi menjadi hari raya spesial karena disini keluarga akan berkumpul bersama. Bagi umat Hindu, ada 4 pantangan yang dilarang untuk dilakukan dan dikenal dengan istilah Catur Brata. 

Pantangan tersebut meliputi Amati Geni yaitu dilarang menghidupkan api atau alat penerangan, Amati Karya dilarang melakukan kegiatan bekerja, Amati Lelungan dilarang untuk bepergian dan Amati Lelanguan dilarang mendengarkan hiburan.

Bagi masyarakat pendatang atau minoritas tentu merayakan Nyepi di Bali memiliki tantangan dan kisah sendiri. Ini karena mereka harus menyesuaikan dan menghormati tradisi dan budaya masyarakat di Bali. 

Ibarat kata pepatah, di mana bumi dipijak di situ langit dijunjung yang lebih menekankan bahwa di mana pun kita berada maka harus bisa menyesuaikan diri dengan kebudayaan dan adat istiadat masyarakat setempat.

Saya ingat betul ketika perayaan Nyepi jatuh pada hari Minggu. Kami yang umat kristiani dan mayoritas masyarakat pendatang sangat menghormati perayaan Nyepi. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun