Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Risma, Blusukan, dan Soal "Nyinyiran" Netizen

16 Januari 2021   13:09 Diperbarui: 16 Januari 2021   15:19 526
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Saya memiliki pengalaman pribadi yang cukup mengesankan dengan Bu Risma. Saat dulu magang kuliah, saya memilih magang di salah satu LSM berfokus pada lingkungan hidup di Surabaya. 

Kita sudah mendengar banyak pemberitaan bagaimana Bu Risma merubah tatanan kota Surabaya sehingga menjadi Kota yang banyak menerima penghargaan seperti Adipura Kencana, Kota terbaik se-Asia Pasifik versi City met 2012, Online Populernya City Guangzhou Award 2018, Lee Kuan Yew Award 2018 dan banyak lagi lainnya. 

Seringkali Bu Risma dicitrakan sebagai sosok yang dekat warga, penyuka lingkungan dan tegas jika melihat suatu yang tidak sesuai. Masih ingatkan kita dengan video yang beredar tentang Bu Risma yang marah besar ketika taman bungkul rusak karena aktivitas pembagian ice cream gratis oleh salah satu produsen ice cream terkemuka. 

Seingat saya setidaknya 2 kali saya terlibat dalam kegiatan yang juga dihadiri oleh Bu Risma. Salah satunya saat ada program Surabaya Eco School (SES) yang membantu program Pemkot Surabaya dalam memberikan edukasi lingkungan ke sekolah dari Sekolah Dasar (SD) hingga Sekolah Menengah Atas (SMA). 

Secara personal saya mengagumi sosok beliau karena melihat langsung saat program bagaimana dia memperlakukan staff dengan baik, menyapa anak kecil dan memberikan nasehat yang bagus tentang cara merawat lingkungan. 

Bagi warga Surabaya mungkin tidak asing menemukan poster yang berisikan ajakan jika ingin melihat Bu Risma sebagai menteri maka diminta memilih Pak Jokowi-Pak Ma'ruf Amin saat Pilpres 2019 lalu. 

Kini seakan seruan itu menjadi nyata dimana Bu Risma ditunjuk sebagai Menteri Sosial menggantikan Juliari Batubara. 

Apakah saya kaget? 

Saya jawab tidak karena entah ada keyakinan jika posisi tersebut akan diserahkan kepada Bu Risma. Pertimbangan bahwa Bu Risma saat menjadi Walikota Surabaya dianggap berhasil mengatasi permasalahan sosial serta dikenal dekat dengan warganya. 

Tidak hanya itu sosok Bu Khofifah yang sebelumnya sempat menjabat sebagai Mensos RI dan kini menjabat sebagai Gubernur Jawa Timur. Walau banyak media menyebut hubungan Bu Risma dan Bu Khofifah tidak akur namun saya percaya tidak ada konflik abadi dalam urusan politik. 

Setelah kini resmi menjabat seakan ada penilaian tersendiri dimana belum 1 bulan menjabat muncul kesialan tersendiri dari sudut pandang saya pribadi.

Sebagai menteri pengganti maka mau tidak mau banyak kebijakan dari menteri sebelumnya yang harus dibebankan padanya baik itu program kerja, anggaran hingga SDM yang membantu. Selain kebijakan tentu saja dengan masalah yang diciptakan oleh menteri sebelumnya. 

Saya yakin Bu Risma dan team bekerja keras bagaimana mendistribusikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan secara transparan, tepat sasaran dan adil. 

Kita lihat kasus yang menjerat Juliari Batubara yang ditangkap KPK karena adanya indikasi pemotongan bantuan sosial yang digunakan untuk kepentingan pribadi dan termasuk kategori korupsi. 

Bu Risma tentu berusaha ekstra mengembalikan kepercayaan masyarakat khususnya terkait bantuan sosial penanganan Covid19. Ini bukan pekerjaan mudah karena masyarakat yang terkena dampak Covid19 tersebar dari Sabang hingga Merauke. 

Kesialan kedua, blusukan dirinya di berbagai pelosok di DKI Jakarta menuai Pro dan Kontra. Bahkan kisah blusukan dirinya menyapa dan mengajak seorang tuna wisma atau gelandangan di sekitar daerah Sudirman Jakarta menjadi viral di twitter hingga menjadi topik ulasan khusus oleh media cetak dan elektronik.

Pihak Pro tentu mengapresiasi tindakan blusukan Bu Risma sebagai bentuk tugasnya sebagai Mensos dalam menata permasalahan sosial. Namun banyak juga nyinyiran dari pihak Kontra yang mengatakan hal tersebut sebagai pencitraan Bu Risma di awal masa  jabatan hingga muncul anggapan setingan dari acara blusukan tersebut. Dugaan ini muncul ketika ada tanggapan netijen yang merasa gelandangan yang ditemui seperti sosok yang dikenal sering berjualan poster di Jalan Minangkabau.

Inilah yang membuat saya memberikan anggapan bahwa Bu Risma tengah sial. Sial karena dimasa awal jabatannya sudah banyak nyinyiran dari netijen hingga pihak lain. Saya menyadari niat baik belum tentu akan diterima baik pula.

Bukan maksud saya membela aksi blusukan Bu Risma karena sejatinya setiap muncul pemberitaan terkait aksi public figure atau pejabat pemerintahan pasti sarat Pro dan Kontra. 

Jika dulu Bu Risma bertindak sebagai Walikota Surabaya maka memiliki tanggung jawab terhadap permasalahan yang ada di Kota Surabaya namun kini saya nilai Bu Risma adalah milik warga Indonesia karena peran pentingnya sebagai Menteri Sosial RI. Suatu posisi yang saya anggap memiliki cakupan yang sangat luas dan besar.

Dalam hati kecil saya memang prihatin karena Bu Risma menerima banyak bentuk nyinyiran namun bisa jadi nyinyiran tersebut adalah bentuk sayang masyarakat pada Bu Risma dan memiliki harapan besar terhadap sosok Bu Risma namun merasa terkecewakan. Jika sudut pandang saya memag sepatutnya Bu Risma lebih fokus terhadap penanganan bantuan Covid-19 serta bantuan bencana yang saat ini banyak terjadi di berbagai daerah di Indonesia. 

Menurut saya perlu ada skala prioritas layaknya saya ketika mengerjakan sesuatu. Mana yang perlu didahulukan dan mana yang bisa dikesampingkan terlebih dahulu. Mana yang memberikan dampak besar pasti perlu didahulukan dibandingkan mengatasi masalah yang dampaknya kecil.

Apalagi untuk urusan penanganan orang gelandangan sebaiknya cukup menjadi tanggung jawab Dinas Sosial yang berada di bawah Pemprov DKI Jakarta beserta jajarannya. 

Prioritas utama saat ini untuk Mensos adalah memikirkan cara pembenahan proses distribusi bantuan sosial Covid-19, bekerja sama dengan Menaker untuk memberikan bantuan keterampilan bagi mereka yang terkena PHK selama pandemi agar segera diterima kerja, berkordinasi dengan kepala daerah yang mengalami bencana alam atau musibah dan sebagainya.

Saya percaya Bu Risma dapat memberikan kontribusi yang besar untuk membantu Pak Jokowi dalam mengatasi berbagai permasalahan sosial di lingkup nasional. Kapabilitas Bu Risma yang sudah diakui secara nasional maupun internasional. Nyinyiran netijen yang kini diterima bisa jadi motivasi bagi Bu Risma agar menjawab tantangan netijen dan membuktikan pada masyarakat bahwa dirinya akan bekerja secara maksimal.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun