Sebagai menteri pengganti maka mau tidak mau banyak kebijakan dari menteri sebelumnya yang harus dibebankan padanya baik itu program kerja, anggaran hingga SDM yang membantu. Selain kebijakan tentu saja dengan masalah yang diciptakan oleh menteri sebelumnya.Â
Saya yakin Bu Risma dan team bekerja keras bagaimana mendistribusikan bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan secara transparan, tepat sasaran dan adil.Â
Kita lihat kasus yang menjerat Juliari Batubara yang ditangkap KPK karena adanya indikasi pemotongan bantuan sosial yang digunakan untuk kepentingan pribadi dan termasuk kategori korupsi.Â
Bu Risma tentu berusaha ekstra mengembalikan kepercayaan masyarakat khususnya terkait bantuan sosial penanganan Covid19. Ini bukan pekerjaan mudah karena masyarakat yang terkena dampak Covid19 tersebar dari Sabang hingga Merauke.Â
Kesialan kedua, blusukan dirinya di berbagai pelosok di DKI Jakarta menuai Pro dan Kontra. Bahkan kisah blusukan dirinya menyapa dan mengajak seorang tuna wisma atau gelandangan di sekitar daerah Sudirman Jakarta menjadi viral di twitter hingga menjadi topik ulasan khusus oleh media cetak dan elektronik.
Pihak Pro tentu mengapresiasi tindakan blusukan Bu Risma sebagai bentuk tugasnya sebagai Mensos dalam menata permasalahan sosial. Namun banyak juga nyinyiran dari pihak Kontra yang mengatakan hal tersebut sebagai pencitraan Bu Risma di awal masa  jabatan hingga muncul anggapan setingan dari acara blusukan tersebut. Dugaan ini muncul ketika ada tanggapan netijen yang merasa gelandangan yang ditemui seperti sosok yang dikenal sering berjualan poster di Jalan Minangkabau.
Inilah yang membuat saya memberikan anggapan bahwa Bu Risma tengah sial. Sial karena dimasa awal jabatannya sudah banyak nyinyiran dari netijen hingga pihak lain. Saya menyadari niat baik belum tentu akan diterima baik pula.
Bukan maksud saya membela aksi blusukan Bu Risma karena sejatinya setiap muncul pemberitaan terkait aksi public figure atau pejabat pemerintahan pasti sarat Pro dan Kontra.Â
Jika dulu Bu Risma bertindak sebagai Walikota Surabaya maka memiliki tanggung jawab terhadap permasalahan yang ada di Kota Surabaya namun kini saya nilai Bu Risma adalah milik warga Indonesia karena peran pentingnya sebagai Menteri Sosial RI. Suatu posisi yang saya anggap memiliki cakupan yang sangat luas dan besar.
Dalam hati kecil saya memang prihatin karena Bu Risma menerima banyak bentuk nyinyiran namun bisa jadi nyinyiran tersebut adalah bentuk sayang masyarakat pada Bu Risma dan memiliki harapan besar terhadap sosok Bu Risma namun merasa terkecewakan. Jika sudut pandang saya memag sepatutnya Bu Risma lebih fokus terhadap penanganan bantuan Covid-19 serta bantuan bencana yang saat ini banyak terjadi di berbagai daerah di Indonesia.Â
Menurut saya perlu ada skala prioritas layaknya saya ketika mengerjakan sesuatu. Mana yang perlu didahulukan dan mana yang bisa dikesampingkan terlebih dahulu. Mana yang memberikan dampak besar pasti perlu didahulukan dibandingkan mengatasi masalah yang dampaknya kecil.