pandemi yang kini belum berakhir di tanah air telah menciptakan banyak suasana dalam kehidupan seseorang. Ada yang berduka karena kehilangan anggota keluarga atau kerabat yang meninggal karena Covid19, ada yang sedih karena kehilangan pekerjaan, ada yang depresi karena terlalu lama terkekang karena pandemi ini, ada juga yang semakin erat dengan keluarga karena pandemi ini mereka lebih banyak menghabiskan waktu bersama orang tercinta.
MasaSeiring waktu saya melihat akan ada 5 kebiasaan baru yang berpotensi muncul atau semakin kuat saat pandemi ini akan berakhir. Apa saja itu?
1. Kebiasaan hidup Higienis dan Sehat
Bukan rahasia umum lagi jika selama pandemi ini banyak masyarakat yang sadar akan pentingnya menjaga kesehatan dan memproteksi diri dari kegiatan yang berpotensi menyebarkan penyakit. Hal yang paling terlihat adalah jika bepergian, masyarakat sudah terbiasa menggunakan masker dan membawa handsanitizer.Â
Padahal dulu jika melihat orang menggunakan masker pasti pikiran tertuju jika dirinya sedang kondisi sakit seperti flu atau batuk. Dulu tidak sedikit muncul pandangan seseorang terlalu lebay jika menggunakan masker saat mengendarai kendaraan bermotor atau beraktivitas diluar ruangan.
Kini tanpa perlu dipaksa, orang seakan menjadikan masker sebagai bagian dari atribut dalam beraktivitas. Ini pun saya alami ketika keluar ruangan atau keluar rumah akan langsung refleks memakai masker. Ketika lupa menggunakan masker maka akan langsung sadar karena terasa berbeda di wajah. Seakan masker sudah menjadi atribut wajib di wajah.
Tidak hanya itu kesadaran untuk mencuci tangan serta menggunakan handsanitizer saat sebelum dan setelah beraktivitas juga akan tetap membekas setelah pandemi. Jujur saya dahulu jarang mencuci tangan atau menggunakan handsanitizer saat beraktivitas di luar. Mencuci tangan hanya saat keluar dari toilet, makan nasi padang atau saat tangan terlihat kotor. Kini ketika habis menyentuk benda asing atau bepergian pasti langsung mencuci tangan untuk mengurangi ada virus atau bakteri yang menempel di tangan.
Banyak teman saya yang kini rutin membeli handsanitizer dan selalu tersedia di dalam tas jika sedang bepergian. Ini menandakan bahwa mereka begitu sadar dengan kebersihan diri dan berusaha menghindari bakteri atau virus yang menempel di sekitarnya.
2. Kebiasaan Menabung
Menabung memang bukan kebiasaan baru karena saya pun sejak kecil sudah terbiasa menanbung. Tapi saya melihat sejak banyak orang yang mengalami PHK atau kebangkrutan usaha karena efek pandemi. Banyak orang yang menyesal tidak memiliki tabungan selama ini. Di saat mereka mendapatkan penghasilan, mereka lebih menggunakan penghasilan untuk memenuhi kepuasan diri mereka seperti beli makanan mewah, traveling, membeli barang branded dan sebagainya. Banyak orang terlena dengan penghasilan saat ini sehingga tidak memikirkan masa depan.
Ketika pandemi terjadi dan kondisi ekonomi berubah ditambah banyak orang terkena PHK. Mereka baru sadar bahwa tabungan itu penting untuk pegangan masa depan. Orang mulai menjual aset dan mengalami stres memikirkan cara untuk bertahan hidup karena tidak memiliki tabungann
Teman saya pun mengalami kondisi seperti ini. Menjadi salah satu karyawan yang mengalami PHK, dirinya mulai menjual barang pribadi seperti motor, hp hingga barang elektronik lainnya untuk dapat bertahan hidup. Dirinya memang tidak memiliki tabungan selama dulu masih bekerja karena semua uang digunakan untuk hal-hal yang bersifat konsumtif.
Seiring mulai membaiknya kondisi saat ini, banyak orang yang sudah mulai bekerja dan pemilik usaha mulai mencoba bangkit kembali. Muncul kesadaran mulai menabung untuk masa depan. Ini terlihat beberapa orang di kantor saya berbondong-bondong meminta surat pengantar dari kantor untuk membuka rekening tabungan. Padahal sebelumnya mereka memilih digaji cash karena menghindari potongan bulanan di bank.
3. Kebiasaan Bangun Siang
Selain muncul kebiasaan baik, ada juga kebiasaan buruk yaitu kebiasaan bangun siang. Ini terjadi pada mereka yang selama ini bekerja dengan sistem Work From Home (WFH), Study From Home (SFH),  ataupun mengganggur selama pandemi. Dulu sebelum pandemi dan masih beraktivitas normal, mereka dituntut untuk bangun sepagi mungkin. Bahkan bagi yang kerja di Jabodetabek dengan menggunakan transportasi umum, mereka berusaha bangun sepagi mungkin agar menghindari berdesakan di KRL ataupun TransJakarta.
Kini teman-teman saya yang WFH cerita jika sering bangun di atas jam 8 pagi karena selalu begadang dan seakan betah berlama-lama di kasur. Saya khawatir jika aktivitas ini menjadi kebiasaan yang terbawa bila pandemi berakhir. Apalagi bagi mereka yang sudah nyaman bangun siang namun tiba-tiba harus beradaptasi lagi untuk bangun sepagi mungkin.
Ini pernah saya alami ketika dulu jaman tahun terakhir kuliah terbiasa bangun siang karena tidak ada aktivitas perkuliahan dan hanya sekedar konsultasi dengan dosen di siang hari. Tiba-tiba setelah lulus dan diterima kerja, berusaha untuk bangun sepagi mungkin. Kondisi ini sangat berat karena saya terbiasa bangun siang dan terasa malas jika harus bangun lebih pagi.
4. Terlalu Fokus Pada Gadget
Selama pandemi ini, gadget seakan menjadi teman untuk menghilangkan rasa jenuh. Masyarakat sangat aktif bermain game di hp atau game console, menonton drama korea ataupun streaming film via online hingga semakin gencar bersosial media.
Sepupu saya yang masih usia sekolah bahkan setelah bangun tidur langsung bermain game di hp padahal belum sarapan dan mandi pagi. Dirinya betah bermain game dari pagi hingga malam karena menghilangkan rasa bosan selama SFH. Wajar karena aktivitas diluar lebih beresiko terpapar virus selama masa pandemi ini sehingga beraktivitas di dalam rumah dianggap lebih baik.
Ini juga terjadi pada rekan di tempat saya kerja. Libur panjang di bulan Desember kemarin digunakan untuk marathon menonton film dan drama korea secara marathon. Alhasil sejak aktivitas kerja normal kembali, rekan kerja saya selalu mencuri waktu untuk streaming film selama jam kerja. Ini terjadi tidak hanya 1 orang namun beberapa teman kerja lainnya.
Saya merasa kondisi ini akan banyak terjadi setelah masa pandemi berakhir. Ini karena waktu mereka  dihabiskan seputar dunia gadget. Mau tidak mau, suka tidak suka mereka akan merasa galau jika terlalu lama tidak memegang gadget. Bisa jadi mereka akan menjadi stres jika gadget tertinggal atau mati di tengah kegiatan yang mereka anggap sedang jenuh.
5. Menghindari sentuhan fisik dan aktivitas sharing
Saya melihat bahwa pandemi Covid19 ini telah mengubah pola kebiasaan masyarakat. Masyarakat muncul rasa ketakutan dan paranoid karena informasi yang beredar seputar penyebaran virus. Bila dulu orang berbagi minuman atau makanan dianggap biasa aja kini banyak yang berusaha menghindari hal tersebut.
Saya teringat kejadian hendak meminjam pulpen ke teman kerja. Tampak  wajah keraguan untuk meminjamkan karena informasi yang diterima bahwa virus dapat menempel pada benda. Respon tersebut wajar karena sebisa mungkin jangan melakukan aktivitas berbagi karena berpotensi terjadinya penularan penyakit/virus.
Masyarakat juga mulai menghindari kontak fisik seperti cium pipi ataupun berjabat tangan ketika bertemu orang lain. Kinipun saya ketika bertemu dengan teman lebih banyak hanya menyapa dari jauh ataupun saling menyentuh siku sebagai pengganti berjabat tangan. Kebiasaan ini sepertoinya tetap akan terbawa mengingat alam bawah sadar kita sudah tertanam informasi terkait penyebaran virus. Apalagi informasi telah muncul virus baru yang lebih cepat penyebarannya daripada Covid19 kan membuat orang menghindari sentukan fisik.
Saya merasa akan ada kebiasaan baik maupun kurang baik yang muncul sebagai dampak dari pandemi. Semoga kebiasaan yang baik lebih banyak muncul di tengah masyarakat kita. Amin
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI