Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Bahasa Pilihan

[Ketika] 1 Nilai Memberi Semangat, 1 Komentar Meninggalkan Makna di Kompasiana

24 Agustus 2020   21:37 Diperbarui: 24 Agustus 2020   21:44 183
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Seseorang yang Tengah Fokus Menulis. Sumber Kelas Pintar

Saya teringat dengan salah satu postingan Ibu Lusy Mariana Pasaribu tentang Nilai Tidak Menarik Pada Artikel? Sah-Sah Saja.

Pada tulisannya Ibu Lusy bercerita bahwa ada tulisannya yang sempat mendapat nilai tidak menarik dari Kompasianer. Adanya penilaian tidak menarik itu memang sah-sah saja mengingat setiap orang bebas memberikan penilaian dan pendapat. 

Jika faktor kesengajaan, mungkin apa yang kita tulis tidak selaras dengan pandangan atau penilaian dari si pemberi nilai. Atau bisa jadi si pemberi nilai menganggap tulisan tidak bermanfaat, mengganggap ada yang sesuatu yang tidak benar atau alasan lainnya.

Namun bisa jadi penilaian tersebut karena faktor ketidaksengajaan. Saya seringkali memberikan penilaian kepada artikel yang saya baca atau tulisan dari seseorang yang sering muncul di beranda Kompasiana. 

Kolom Penilaian Artikel di Kompasiana. Screenshot pribadi
Kolom Penilaian Artikel di Kompasiana. Screenshot pribadi

Si pemberi nilai mungkin bermaksud memberikan nilai menarik atau menghibur namun justru jari tidak sengaja menekan kolom tidak menarik. Atau faktor jaringan yang labil, si pemberi nilai merasa memberikan nilai yang baik namun karena jaringan ada error' sehingga yang diklik justru kolom tidak menarik.

Saya pun akhirnya merasakan apa yang Ibu Lusy rasakan yaitu mendapat nilai tidak menarik di salah satu artikel. 

Perlukah menjadi Baper?

Saya setuju dengan judul artikel Bu Lusy bahwa itu sah-sah saja. Tidak hanya itu ada beberapa pembelajaran penting dari kejadian ini.

Pertama, bisa jadi ada faktor ketidaksengajaan.

Seperti yang saya infokan sebelumnya bahwa ada banyak hal yang membuat penilaian berbeda dengan keinginan si pemberi nilai. Saya pun beberapa kali nyaris menekan kolom nilai yang berbeda dengan maksud hati.

Kadang saya terlalu terburu-buru scroll ke kolom nilai dan langsung memberikan penilaian. Padahal ternyata gadget error' sehingga nilai yang awal ingin Aktual justru menjadi menarik atau menghibur. Untungnya masih di level yang positif.

Saya saat memberikan nilai selalu memastikan lagi apakah saya memberikan nilai yang baik. Khawatir terjadi salah pencet menekan kolom tidak menarik. Bisa jadi akan membuat si penulis merasa tulisannya tidak menarik dari sudut pandang saya. Padahal tidak bermaksud demikian.

Kedua, belajar menghargai pandangan orang lain. Bagi saya Kompasiana tidak hanya platform menulis namun juga ada sisi sosial media. Ini karena ada fitur seperti kolom komentar atau pesan yang sering dijadikan untuk sekedar menyapa, berkenalan atau berkomunikasi.

Kita tidak bisa memaksakan orang lain untuk suka dengan artikel yang kita tulis atau sependapat dengan pandangan yang kita paparkan. Akan ada pihak yang kurang setuju sehingga memberikan nilai yang tidak sesuai ekspetasi atau meninggalkan komentar yang bikin nyesek di dada.

Jika berada pada posisi ini maka hargai perbedaan. Ketika kita sadar bahwa setiap orang memiliki pemikiran masing-masing maka akan lumrah jika ada pihak yang memberikan penilaian diluar ekspetasi.

Ketiga, bahan introspeksi diri. Kadang menulis itu bisa diluar kontrol dimana seseorang menulis sesuka hatinya tanpa melakukan filterisasi. Kebebasan seperti ini justru membuat banyak pihak yang terganggu karena peluang tulisan yang dihasilkan justru memiliki sisi negatif.

Ketika 1-2 orang memberikan nilai artikel tidak menarik. Kita masih bisa beranggapan bahwa ada faktor ketidaksengajaan. Namun ketika ada lebih dari 2 orang maka kita perlu mengintrospeksi diri. Ini artinya ada banyak orang yang mengganggap tulisan kita tidak menarik untuk dipublikasikan.

Penilaian ini bisa menjadi bahan evaluasi seperti mungkin topik yang diangkat menyudutkan salah satu pihak, menjatuhkan seseorang atau pihak lain atau berisikan informasi yang tidak benar.

Kita bisa menjadikan penilaian ini untuk mencari tahu kelemahan tulisan kita dan bisa memperbaiki di tulisan berikutnya.

Keempat, belajar mengapresiasi orang lain. Di Kompasiana saya belajar banyak hal positif. Orang yang memiliki ketertarikan sama dalam hal menulis saling memberikan support dan komentar positif.

Ada yang berkomentar senang dengan artikel kita, menitipkan semangat, salam hangat, salam angka atau salam literasi. Disini saya paham bahwa 1 bentuk apresiasi yang kita berikan bisa berarti lebih bagi si penulis.

Saya pun merasakan hal sama ketika menulis tiba-tiba postingan artikel mendapatkan nilai atau komentar dari Kompasianer. Ada rasa semangat kembali ketika melihat nilai dominan menarik, aktual atau bermanfaat. 

Rasanya tujuan menulis sebuah artikel sesuai dengan harapan dan dihargai oleh orang lain. Dari sini pula saya juga membiasakan diri untuk menghargai si pemberi nilai dengan mencoba membaca artikel yang ditulis.

Sebisa mungkin saya juga meninggalkan catatan dan penilaian positif. Harapannya si penulis bisa tetap semangat. 

Adakalanya tulisan kita hanya dibaca hitungan jari atau hanya berkutat pada puluhan pembaca. Kadang hal ini membuat si penulis merasa down dan tulisan terasa tidak berbobot. Namun ketika muncul satu persatu memberik nilai positif. 

Meskipun artikel hanya dibaca puluhan orang namun ada yang memberi nilai positif seakan menyalakan kembali api kepenulisan dalam hati.

Saya berusaha mengapresiasi tulisan orang lain apalagi yang masih status debutan atau junior. Saya percaya mereka butuh penyemangat dari pembaca lain. Sekalipun ada tulisan yang terasa datar. Saya berusaha hanya menjadi sekedar pembaca (silent reader) dibandingkan memberikan penilaian artikel tidak menarik.

Ini karena saya tidak ingin mematahkan semangat seseorang untuk menulis. Karena saya pun pernah dan masih di posisi sebagai penulis pemula yang butuh support dari pembaca maupun penulis lain.

Semoga bermanfaat

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Bahasa Selengkapnya
Lihat Bahasa Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun