Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Mencintai Rekan Kerja, Antara Urusan Hati dan Karier

15 Agustus 2020   22:35 Diperbarui: 16 Agustus 2020   07:34 596
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Cinta Antar Rekan Kerja. Sumber Tribunnews

Mencintai adalah hasrat dasar yang dimiliki makhluk hidup. Kita tidak pernah tahu kepada siapa dan dimana dapat muncul rasa jatuh cinta. 

Teringat kisah Nabi Adam yang langsung jatuh cinta kepada Hawa yang diciptakan Tuhan dari tulang rusuknya. Atau kisah Bapak Habibie yang mencintai Ibu Ainun, teman masa sekolahnya.

Cinta bisa datang tiba-tiba dengan cara yang tidak terduga. Tidak heran seorang muda-mudi yang semasa kecil bermusuhan bisa saja setelah dewasa justru saling mencintai. Begitu pula ketika kita tiba-tiba mencintai rekan kerja di kantor. 

Kisah cinta dengan rekan kerja sudah lumrah terjadi. Ada yang terjadi karena seringnya interaksi selama di kantor, terlibat dalam proyek yang sama, perhatian lebih dari rekan kantor atau bahkan perseteruan kerja yang berakhir dengan saling suka layaknya serial FTV. 

Di sekitar saya, ada beberapa teman kantor yang saling menyukai. Ada yang berakhir dengan status pacaran namun ada juga yang berhasil hingga ke pelaminan. 

Ironisnya masih ada aturan internal perusahaan yang membatasi hubungan antar rekan kerja hingga larangan menikah dengan rekan kerja dalam satu perusahaan. 

Ini terjadi pada teman angkatan di kantor,  sepupu hingga guru sekolah saya yang mengalami kisah percintaan dengan cerita yang berbeda. 

Teman kantor saya seorang berstatus manager QC menikah dengan staf produksi di pabrik. Teman kerja saya ini seorang wanita yang memiliki karir baik dan bertanggungjawab terhadap kualitas produk sehingga posisinya pun terbilang tinggi. 

Keputusannya untuk menikah dengan pasangannya yang juga satu area kantor membuat dirinya dilema. Manajemen memberikan pilihan bahwa tidak bisa suami-istri bekerja di perusahaan sehingga harus memilih siapa yang harus bertahan. 

Mengingat karir teman saya lebih tinggi dan suaminya lebih mudah mendapatkan pekerjaan di perusahaan lain sehingga suaminya memutuskan untuk mengundurkan diri dari perusahaan. 

Kisah kedua dari sepupu saya sendiri. Mengingat sepupu saya bekerja di BUMN yang menerapkan aturan yang hampir mirip dengan perusahaan saya. 

Namun BUMN ini memberikan opsi tambahan boleh tetap bekerja namun harus beda regional. Alhasil sepupu mengambil opsi ini meskipun harus LDR-an beda provinsi setidaknya keduanya masih bisa bekerja di BUMN. 

Kisah ketiga, guru saya saat SMP. Suami istri jatuh cinta saat mengajar di SMP saya dan hingga kini mereka tetap mengajar di sekolah yang sama. Tidak ada larangan di instansj pendidikan untuk menikah dengan sesama guru meskipun dalam area kerja yang sama. 

Kisah ini banyak terjadi dimana masih ada kebijakan kantor/instansi yang mengijinkan tetap bisa bekerja dalam satu kantor meskipun sudah menikah. 

Ada hal menarik dari ketiga kisah di sekitar saya ini.  Kisah pertama memang sangat dilema karena aturan perusahaan dimana salah satu harus resign. 

Saya paham ada alasan tersendiri mengapa perusahaan membuat aturan tersebut. Seperti menghindari permasalahan pribadi dibawa dalam urusan kerja, menghindari kolusi dalam perusahaan hingga menjaga profesional kerja. 

Kondisi ini membuat pasangan yang masih ingin tetap berkarir harus pintar menentukan strategi seperti siapa yang karir lebih baik untuk tetap bertahan atau siapa yang bsrpeluangan lebih mudah mendapatkan pekerjaan di perusahaan lain. 

Pilihan yang diambil teman saya juga berdasarkan hal tersebut dimana si cewek memiliki posisi, gaji dan fasilitas lebih baik. Si cowok mengalah karena pandangannya dirinya lebih mudah mendapatkan pekerjaan baru jika harus diminta resign. 

Kondisi sepupu saya memang sedikit beruntung. Sepupu saya dan suaminya memilih bertahan meskipun harus LDR. Ini karena pekerjaan ini adalah cita-cita sejak lama serta mereka berdua ingin tetap berkarir. 

Dampaknya mereka hanya bertemu bisa sebulan sekali atau saat libur panjang. Disisi lain saat ini mereka baru memiliki bayi tentu menjadi kesedihan tidak bisa kumpul secara lengkap. 

Kisah guru saya termasuk paling beruntung. Tidak ada larangan khusus membuat mereka bisa tetap mengajar di sekolah yang sama selama berpuluh-puluh tahun. Mereka pun bisa berangkat dan pulang kerja bersama dan saling support satu dan lainnya. 

Keprihatinan saya adalah kita semua tahu bahwa cinta adalah urusan hati. Tidak ada yang salah ketika kita ternyata jatuh cinta dengan rekan kerja. Namun aturan kadang tidak berpihak dalam urusan cinta. 

Jika Kompasianer pernah menonton film Thailand berjudul ATM Error. Film komedi romantis ini begitu menggambarkan bentuk dilema antara pasangan kekasih yang bekerja di kantor yang sama. Kisah cinta antara supervisor wanita dengan staff di salah satu bank. 

Larangan untuk berpacaran membuat banyak pegawai menjalin hubungan secara sembunyi-sembunyi. Bahkan aturan inj membuat mereka bersaing untuk menentukan siapa yang bertahan dan resign jika mereka melanjutkan hubungan ke jenjang pernikahan. 

Tidak sedikit pasangan kantor yang harus memutuskan hubungan karena mereka tidak mau kehilangan pekerjaan. Justru kondisi ini membuat prihatin bahwa cinta kandas hanya sebuah aturan kantor. 

Kekhawatiran memang ada jika suami istri bekerja di kantor yang sama. Akan lucu ketika di rumah mereka konflik dan saat di kantor mereka ribut atau bahkan saling lempar-lemparan inventaris kantor karena konflik tetap berlanjut hingga di kantor. 

Suasana kerja pasti langsung canggung dan tidak nyaman. Bahkan bisa jadi menjadi bahan gunjingan antar rekan kerja. 

Sebenarnya masih perlukah larangan tersebut diterapkan di kantor/perusahaan? 

Saya jujur tidak bisa menganggap aturan ini salah karena ada landasan yang logis mengapa perusahaan menerapkan aturan yang terasa memberatkan bagi pasangan rekan kerja.

Contohnya perusahaan saya menghindari terciptanya kolusi dalam dunia kerja. Jika suami istri bekerja di kantor, peluang bisa juga ayah-anak, kakak-adik dan hubungan kerabat lainnya terbentuk di perusahaan. 

Bagaimana pendapat Kompasianer tentang aturan ini? Mungkin ada yang merasakan aturan ini? 

Bisa disharingkan di kolom komentar

Semoga bermanfaat

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun