Pertama, dirinya diperkenalkan sebagai Prof namun tidak menjelaskan secara detail instansi yang dinaungi. Misalkan apakah mengajar di salah satu perguruan tinggi, atau di lembaga riset khusus misalkan LIPI, BPOM, atau lainnya. Dirinya hanya menyatakan bertindak sebagai kepala tim riset Formula Covid19.
Kedua, tidak adanya pemaparan riset yang dilakukan. Bagi orang yang berkecimpung dalam dunia riset pasti paham prosedur melakukan riset. Sederhana jurnal atau publikasi ilmiah yang menjadi landasan riset, metodologi riset yang digunakan hingga prosedur yang digunakan.
Saya bukanlah orang dengan background medis namun setahu saya untuk menguji penemuan obat atau antibodi biasanya dilakukan eksperimen kepada hewan terlebih dahulu baru kepada manusia. Namun Bapak Hadi tidak menjelaskan hal tersebut secara detail. Inilah yang membuat saya ragu akan pernyataan beliau.
Saya orang awam saja ragu lalu kenapa Anji sebagai si empunya akun YouTube dan sekaligus host yang melakukan wawancara justru kecele.
Saya percaya 100 persen Anji memiliki background pendidikan baik. Terlihat dari cara bicara dan penyampaian, saya berpikir bahwa Anji adalah sosok cerdas. Terbukti hasil pencarian di internet, Anji lulusan Universitas Indonesia yang notabane-nya kampus terbaik di Indonesia.
Kembali pada sosok Hadi, Anji terbukti tertipu dengan penyematan gelar Prof dan Ketua Tim Riset. Meskipun dalam beberapa media, Anji mengakui kesalahannya dan sempat menaruh curiga saat melakukan wawancara. Namun dirinya sepertinya tidak menghiraukan kecurigaannya tersebut.
Terbukti wawancara tetap diupload tanpa mengedit pengucapan Prof ataupun ketua tim riset. Ini ibarat makan bumerang bagi Anji yang membuat dirinya menerima banyak kritik dan aduan dari masyarakat yang resah atas kanal YouTube tersebut.
Sosok Hadi pun kini mulai menjadi bulan-bulanan masyarakat. Satu persatu pernyataannya terbantahkan dimana title Prof ternyata bukan diraih dari akademis namun berdasarkan sapaan orang sekitar. Obat temuannya ternyata hanyalah obat herbal yang belum pasti mampu menyembuhkan Covid19.
Dunia medis pun gempar, semudah itu orang mencari keuntungan pribadi dari isu yang marak di masyarakat.Â
Jika dosen saya saja tidak berani menggunakan title Pakar meskipun saya tahu persis dosen saya sudah berkecimpung lama pada isu tersebut namun tetap merendah dengan hanya mencantumkan pengamat. Justru muncul sosok Hadi yang ternyata masih awam namun sudah berani mengklaim Prof meskipub dikatakan hanyalah panggilan dari sahabat.
Saya ketika dipanggil Prof sepertinya akan malu karena sadar betul saya ini bukan siapa-siapa dan keilmuan saya sangat dangkal. Saya malah teringat dengan tulisan dari Prof Felix Tani.