Saya percaya bahwa panitia KPU dan Bawaslu pasti telah mengantisipasi kekhawatiran saya ini dengan menyediakan media pencuci tangan, penggunaan masker untuk panitia dan pemilih, handsanitizer, hingga mengatur jarak antar pemilih.
Namun sebagai masyarakat awam, tetap perlu ada rasa kekhawatiran akan hal ini mengingat saat ini banyak orang yang tidak sadar bahwa dirinya telah tertular karena berstatus Orang Tanpa Gejala (OTG).
Penghitungan Suara
Momen ini termasuk yang ditunggu dan membuat orang penasaran terhadap jumlah suara yang diterima tiap kandidat. Tidak heran saat penghitungan suara akan tercipta gerombolan warga di sekitar TPU.Â
Bahkan menjelang akhir penghitungan suara sering terjadi warga yang berbondong-bondong mendekati TPU untuk melihat nilai suara lebih dekat. Imbauan jaga jarak yang disarankan oleh pemerintah rasanya akan hilang dalam situasi ini.
Wajar rasanya ketika saya mengajukan untuk menggunakan hak suara melalui online. Sebab saat ini banyak aktivitas yang dilakukan melalui online seperti kerja online, belajar online, video call, dan sebagainya.
Bahkan pemilihan demokrasi di Amerika Serikat pun dapat dilakukan dengan media internet tanpa harus datang ke lokasi pencoblosan. Cukup membuka situs yang sudah ditentukan, mengisi data dan melakukan pencoblosan.
Dengan pencoblosan online, saya tidak perlu mengantre, memegang kertas suara dan paku untuk mencoblos, masuk ke bilik suara yang sudah didatangi banyak pemilih, hingga tidak perlu berinteraksi dengan banyak orang.
Ini saya rasa akan mengurangi risiko penularan penyakit di tempat umum. Meskipun rasanya hal ini akan menjadi angan saya semata mengingat tradisi Pemilu dan Pilkada di negara kita lebih dianjurkan untuk datang langsung ke TPU.
Tulisan ini murni pandangan saya tanpa menyudutkan salah satu pihak atau menciptakan rasa kekhawatiran masyarakat menghadapi Pilkada serentak.
Harapannya tulisan saya ini dapat menjadi acuan dan masukan untuk mengantisipasi hal-hal yang tidak diinginkan selama proses Pilkada. Jangan sampai niat baik untuk memilih calon pemimpin daerah justru menciptakan kluster baru penularan Covid-19.
Mungkin ada Kompasianer yang memiliki pemikiran dan pandangan yang sama seperti saya, bisa sharing di kolom komentar.