Setiap semester saya bisa mendapatkan pendanaan lebih dari 15 juta dari beberapa proposal yang saya ajukan melalui program riset.
Saya ingat 2015 menjadi tahun perdana saya menulis di Kompasiana. Saat itu ada lomba menulis dari sebuah produk. Saya pun iseng membuat tulisan dan keberuntungan saya mendapat juara 2 di Kompasiana.Â
Tulisan perdana langsung mendapatkan apresiasi. Suatu kebanggaan yang tidak saya lupakan.
Sejak saat itu saya mengikuti beberapa lomba yang diadakan Kompasiana. Beberapa kali berhasil mendapatkan hadiah baik berupa uang tunai hingga produk.
Terlalu semangat menulis ternyata tidak baik. Saya pernah berada di kondisi muak menulis. Jujur saat itu terlalu aktif menulis, melakukan riset membaca jurnal dan memikirkan alur tulisan membuat saya jenuh.Â
Pernah otak saya buntu ketika hendak menulis. Otak saya seakan berkata, istirahatlah sejenak.
Saya menganalogikan diri saya seperti seekor katak. Ketika di atas tanah lebih banyak diam namun tiba-tiba semangat melompat dan kemudian diam lagi.Â
Tulisan saya di Kompasiana pun seperti itu. Beberapa kali menulis hanya seputar lomba. Jika tidak ada lomba, saya enggan menulis. Seakan tidak ada motivasi. Tujuan saya saat itu hanya uang dan hadiah.
Suatu ketika tulisan saya menjadi headline dan memancing banyak orang membaca. Bahkan ada 2 tulisan yang berhasil menembus diatas 10 ribu pembaca.Â
Tulisan pertama tentang kritik saya terhadap aksi Amir, sang pejalan kaki fenomenal yang sempat viral (baca disini). Saya prihatin masih ada sosok yang rela berpura-pura hanya untuk menarik simpati masyarakat. Tulisan ini bahkan sempat menjadi trending mingguan.
Tulisan kedua tentang informasi pekerjaan yang akan hilang dalam belasan tahun kedepan. (Baca disini). Tulisan ini bahkan tebus 15 ribu pembaca kurang dari 24 jam membuat saya senang bukan kepayang.