Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Money Artikel Utama

Agen Tour and Travel Berdarah-darah, Antara Opsi Gulung Tikar atau Gulung Karpet

16 Juli 2020   13:33 Diperbarui: 17 Juli 2020   02:56 1724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Selama masa pandemi ini telah terjadi pembatalan secara besar-besaran baik dari konsumen ataupun penyedia layanan akomodasi. Banyak penerbangan yang dibatalkan, pelarangan operasional untuk kendaraan umum hingga pembatasan akses masuk membuat konsumen maupun penyedia layanan akomodasi melakukan pembatalan. 

Menurut saya pembatalan perjalanan selama pandemi ini merupakan terbesar selama Indonesia berdiri atau bahkan lingkup dunia.

Dampak pembatalan ini akan sangat memukul usaha tour and travel. Ini karena konsumen yang sudah memesan mau tidak mau akan menuntut pengembalian uang pemesanan. Sedangkan uang pemesanan bisa jadi sudah dibayarkan ke pihak penyedia akomodasi atau terpakai untuk operasional kantor. 

Saya baru tahu bahwa agen tour and travel bekerja sama dengan pihak penyedia akomodasi misalkan PT KAI, maskapai penerbangan ataupun hotel dengan sistem deposit. Artinya agen perlu menyetorkan sejumlah uang untuk deposit dan ketika ada pemesanan akan langsung memotong dari deposit tersebut.

Ini artinya ketika ada pembatalan sepihak. Agen akan mengajukan permintaan pengembalian dana ke pihak penyedia akomodasi. Sayangnya karena ini merupakan kejadian tidak terduga atau force majeure maka proses pengembalian akan lama, terbelit-belit atau bahkan pengembalian lebih berupa kredit poin, voucher atau reschedule. 

Saya pernah mengalami hal ini ketika saya sudah memesan tiket perjalanan keluar negeri pada bulan April kemarin. Penerbangan dibatalkan dan diberikan opsi untuk reschedule atau kredit poin. Karena situasi ini tidak pasti kapan akan berakhir saya memilih kredit poin. 

Disisi lain saya juga ada pemesanan tiket melalui salah satu penyedia online ternyata proses refund terbelit-belit hingga harus merelakan kehilangan uang pemesanan.

Ini saya percaya juga terjadi di agen tour and travel. Kondisinya banyak pembeli yang tidak mau tahu kondisi ini dan meminta pengembalian dalam bentuk cash secepat mungkin. Padahal agen tour and travel hanya mendapatkan voucher atau kredit poin dari perusahaan penyedia layanan akomodasi sebagai penggantian. 

Artinya tidak ada uang cash yang bisa diberikan kepada konsumen yang ingin melakukan pembatalan. Kondisi ini yang membuat pelaku usaha agen tour and travel berdarah-darah menghadapi kondisi ini.

Ketiga, Pemilik Kehabisan Modal

Ketika tidak ada pemasukan selama berbulan-bulan serta masih ada beban operasional yang perlu ditanggung seperti sewa kantor, perawatan kendaraan, pengembalian tiket konsumen, penggajian karyawan, perawatan armada, dan sebagainya membuat modal pemilik pasti akan berkurang. 

Tidak heran banyak terjadi pemilik usaha menjual asetnya untuk menutupi pengeluaran selama pandemi ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun