Tidak hanya itu mobil pribadi yang biasanya disewakan ke wisatawan pun harus ikut berbaris rapi di depan kantornya.
Teman saya cerita bahwa usaha tour and travel miliknya sedang dalam masa sulit. Bahkan kantornya pun sudah tutup sejak April lalu dan karyawan yang ada harus dirumahkan. Pilihan sulit tapi apa daya tidak ada pemesanan berarti tidak ada pemasukan untuk membayar operasional dan gaji karyawan.Â
Keprihatinan lainnya unit kendaraan Hiace tersebut baru tahun lalu dibelinya dengan sistem kredit. Keluarganya tidak pernah menyangka akan ada musibah seperti ini yang membuat dirinya dan keluarganya memeras otak untuk keluar dari masalah ini.
Apa yang membuat agen tour and travel berada pada 2 opsi yaitu gulung tikar atau gulung karpet. Jika gulung tikar maka artinya sudah tidak ada harapan lagi selain menutup permanen usahanya.Â
Jika gulung karpet, pemilik agen masih memiliki harapan bahwa usahanya masih bisa berjalan di kemudian hari sehingga dirinya hanya menutup sementara usahanya tersebut. Saya menilai ada 3 hal yang membuat usaha ini berdarah-darah hingga saat ini.
Pertama, Masyarakat Sudah Kian Cerdas
Saat ini sudah bermunculan layanan aplikasi online yang membantu masyarakat untuk memenuhi kebutuhannya untuk berwisata atau bepergian. Sebut saja Traveloka, Pegi-Pegi, Booking.com, Tiket.com, NusaTrip, KAI Access, dan sebagainya yang membantu masyarakat untuk memesan tiket kendaraan, penginapan, tiket wisata ataupun sewa kendaraan.
Masyarakat tidak hanya cerdas dari sisi penggunaan teknologi namun juga mulai memperhitungkan aspek ekonomis. Jika dirinya harus memesan tiket pesawat ke agen tour and travel maka dirinya harus pergi ke agen terdekat.Â
Bensin yang dikeluarkan akan menjadi pertimbangan, kemudian biaya parkir serta adanya tambahan biaya pemesanan dari harga tiket. Sedangkan jika memesan tiket melalui aplikasi tiket online maka bisa dilakukan dengan tidur-tiduran, sesuaikan jadwal, dan tinggal bayar via mobile banking, internet banking, kartu kredit atau merchant yang bekerjasama.
Saya selama ini baru 2 kali memesan tiket dengan membeli langsung ke agen tour. Ini pun sudah lama sekali saat awal kuliah karena masih belum ada aplikasi tiket online.Â
Namun semenjak ada tiket online, saya sudah tidak ada kepikiran untuk membeli tiket dengan pergi ke agen tour. Saya percaya banyak orang memiliki pemikiran sama. Adanya perpindahan cara konvensional ke arah teknologi modern menyebabkan usaha agen tour and travel mulai mengalami keterpurukan.
Jangan kaget melihat agen tour yang hanya mengandalkan penjualan tiket pesawat ataupun bus mulai banyak yang mengucapkan salam perpisahaan karena tidak dapat bersaing.