Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Artis Tertangkap Prostitusi Online, Mengulas Biaya Mahal Menjadi Artis

13 Juli 2020   14:18 Diperbarui: 13 Juli 2020   21:19 543
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Jagad dunia maya mulai dihebohkan dengan penangkapan seorang artis cantik yang diduga terlibat dalam prostitusi online di Medan, Sumatera Utara. Kasus ini mengingatkan kita pada kejadian yang menimpa artis Vanessa Angel (VA) di Surabaya pada awal tahun 2019 lalu.

Berita penangkapan VA ini menjadi fenomenal karena semakin membuka kebenaran akan adanya lika-liku prostitusi online yang selama ini masih tabu di masyarakat. Bahkan kasus ini memunculkan istilah baru yaitu "Menjemput Rejeki" dan "80 Juta" yang tersempat pada VA.

Sony Dewangga, sosok mucikari artis yang pernah ditangkap oleh pihak berwajib semakin membuka tabir prostitusi online. Melalui beberapa media cetak ataupun elekstronik, Sony secara terang-terangan menyebutkan bahwa dirinya memiliki banyak jaringan artis dan public figure seperti finalis ajang kecantikan yang bisa di-booking oleh para lelaki hidung belang. 

Bahkan tarif yang ditawarkan bernilai fantastis mulai dari belasan hingga ratusan juta tergantung popularitas dari artis/public figure tersebut.

Saya memiliki kenalan public figure yang sempat muncul di beberapa acara televisi. Dirinya pun memiliki kenalan banyak artis/public figure dan mengatakan pada saya bahwa kasus seperti VA itu bukanlah hal baru. 

Banyak artis/public figure yang melakukan hal serupa namun mereka pintar menutupi aktivitasnya sehingga tidak banyak masyarakat yang tahu. VA dikatakan sedang sial saja karena aktivitasnya sudah diincar oleh pihak berwajib.

Saya pun terkesima dengan perkataan dengan teman saya itu. Akhirnya saya bertanya faktor apa saja yang melatarbelakangi maraknya kasus prostitusi online di kalangan artis/public figure.

Menjadi artis/public figure hanya meningkatkan angka

Saya diberitahu bahwa sebenarnya ada orang ingin menjadi artis justru ingin meningkatkan nilai jualnya. Diinfokan bahwa banyak "oknum" artis/public figure yang sebenarnya sudah memiliki pergaulan nakal sebelum menjadi artis. 

Dirinya sadar jika nilai jualnya masih kategori ikan teri sehingga menjadi artis/public figure dapat meningkatkan nilai jualnya menjadi senilai ikan kakap. Saya pun memahami alasan terselebung ini. Semakin sering wajahmu wara-wiri di layar televisi dan masyarakat mengenal sosokmu maka nilai jual (penjaja prostitusi) akan ikut meninggi seiring popularitas. 

Artis yang sering muncul di TV dan mendapatkan penghargaan bergensi pasti nilai kontraknya akan meningkat karena prestasinya. Ini juga terjadi di dunia prostitusi artis cuma yang membedakan tidak ada prestasi positif dari dunia ini. Mereka hanya mengejar popularitas sehingga mampu menarik para hidung belang berduit untuk menggunakan jasa mereka.

Ada artis yang cerdas dimana dirinya berada pada lingkar prostitusi online standar internasional. Artinya dirinya lebih memilih klien dari luar negeri dibandikan dalam negeri serta transaksi dan aktivitasnya dilakukan diluar Indonesia. Tujuannya agar tidak banyak masyarakat Indonesia yang curiga akan aktivitasnya.

Jangan salah ternyata ada juga melibatkan artis/public figure pria. Saya kaget mendengar hal ini. Diinfokan biasanya mereka yang memiliki tubuh atletis, berwajah mix dan berkulit bersih lebih mudah menggaet para tante girang ataupun om-om yang memiliki kelainan orientasi seksual.

Artis/public figure terjebak dalam kehidupan sosialita tinggi

Orang awam pasti menilai kehidupan artis itu bergelimang harta, memiliki berbagai barang branded, fashionable, dan seakan rejeki tidak berhenti mengalir ke dalam rekeningnya. Wajar mengingat artis/public figure seakan berlomba-lomba menunjukkan eksistensi dan ke-glamouran dirinya melalui sosial media hingga pencitraan di layar kaca. 

Masih ingat di pikiran saya seorang artis yang mencitrakan dirinya adalah sosok yang kaya raya bahkan kekayaannya berasal dari leluhurnya dan tidak akan habis sampe 7 generasi. 

Pencitraannya berhasil membuat dirinya dikenal sebagai artis sosialita dan berhasil masuk dalam lingkaran eksklusif. Nyatanya terungkap, apa yang dicitrakan ternyata berbeda 180 derajat.

Teman saya menuturkan menjadi artis itu harus bisa menempatkan dirinya. Ketika ingin bergaul dengan artis papan atas atau kalangan eksklusif maka dirinya harus bisa mengikuti standar dari grup tersebut. 

Ketika ada sekumpulan artis yang setiap kumpul membawa tas branded seperti Chanel , Prada, Hermes, Gucci, ataupun Louis Vuitton. Kemudian muncul artis baru ingin bergabung namun dirinya hanya memiliki tas dari pedagang kaki lima. 

Otomatis akan muncul rasa rendah diri yang akhirnya mau tidak mau dirinya berusaha untuk melakukan apapun agar bisa mengikuti standar group tersebut. Akhirnya kondisi inilah yang mayoritas membuat artis/public figure terjebak pada bisnis prostitusi online.

Adanya permintaan

Seperti hukum ekonomi permintaan dan penawaran (Supply-Demand) dimana ketika permintaan produk masih tinggi maka produk tersebut akan tetap dihasilkan. Bisnis prostitusi online tidak akan berjalan seandainya tidak ada permintaan dari oknum tertentu. 

Kian banyaknya artis/public figure yang diduga terlibat pada bisnis ini menandakan bahwa permintaan sangat tinggi dan tentu saja diiringi dengan harga bayaran yang mahal.

Tidak tanggung-tanggung peminat jasa artis ini bahkan banyak berasal dari pejabat, pengusaha hingga orang ternama. Tentu saja mereka rela mengeluarkan uang lebih hanya untuk bisa berkencan dengan artis. 

Anggap kita pekerja kantoran memiliki gaji 4 juta dan didapat sebulan sekali. Artis yang baru muncul dipermukaan dan terlibat dalam bisnis ini bsia dibayar 8 juta sekali kencan. Bayangkan 8 juta hanya 1 hari atau bahkan itungan jam. Jika sehari dapat 2 klien, maka penghasilan sebulan bernilai fantastis. Bekerja di kantoran 1 tahun bahkan tidak mampu menyamai penghasilannya selama sebulan.

Pemasukan Tidak Stabil

Dunia keartisan bukanlah pekerjaan yang dapat menjadi tumpuan jangka panjang. Hanya mereka yang memiliki integritas, bakat dan jaringan luas yang mampu bertahan di panggung keartisan. 

Tidak sedikit artis saat ini populer namun 2 tahun kemudian meredup dan akhirnya hilang dari dunia layar kaca. Tidak heran banyak bermunculan artis baru yang menggeser artis lama di tanah air.

Ketika banyak mendapat tawaran syuting, iklan atau bintang tamu pada suatu acara bisa menjadi pemasukan yang lumayan bagi seorang artisKetika tidak ada kegiatan tersebut bisa saja artis harus menguras otak untuk tetap mendapatkan pemasukan. 

Artis yang memiliki gaya hidup glamour seperti tinggal di apartemen, cicilan mobil mewah, setiap ada waktu pergi clubbing, yang membutuhkan biaya besar akhirnya menjadikan bisnis kotor ini sebagai sumber pemasukan. 

Bahkan mucikari yang sempat ditangkap menginfokan bahwa banyak artis/public figure yang menawarkan diri untuk dicarikan klien lelaki hidung belang. 

Alhasil bisnis prostitusi online dianggap dapat menjadi pemasukan lain bagi diri si artis. Jangan salahkan masyarakat ketika melihat artis/public figure selalu memamerkan kekayaan dan gaya hidupnya padahal masyarakat tahu si artis jarang muncul di TV dan tidak memiliki suatu usaha. 

Munculnya pemikiran darimana dirinya mendapatkan uang untuk memenuhi gaya hidupnya tersebut. Pertanyaan tersebut akhirnya seringkali berujung pada pemikiran negatif akan dunia prostitusi artis.

Secara personal saya sangat menyayangkan terhadap maraknya kasus tertangkapnya oknum artis/public figure yang terjeras bisnis prostitusi online. Secara tidak langsung kegiatan mereka justru mencoreng profesi artis. 

Banyak artis yang bekerja karena talenta dan bakat ikut menanggung pandangan negatif masyarakat terhadap profesi ini. Semoga kedepannya tidak ada lagi oknum artis yang terjerat masalah ini.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun