Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

[Menerka] Peluang Sinetron Indonesia Mengubah Budaya Internasional

7 Juli 2020   10:41 Diperbarui: 31 Juli 2024   14:51 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sinetron seakan menjadi ciri khas dari serial pertelevisian Indonesia. Ketika membahas sinetron, entah mengapa pikiran kita akan langsung tergambar tentang kisah si kaya dan si miskin, kisah cinta remaja, serial dengan musim penayangan banyak, serial yang kisahnya muter-muter, judul dengan jalan cerita berbeda 180 derajat ataupun identik dengan adegan yang diluar nalar manusia. Apapun penilaiannya, kita perlu mengakui bahwa sinetron memiliki peminat tersendiri. Terbukti sinetron masih tetap eksis hingga saat ini dan melahirkan banyak pemain baru tiap tahunnya.

Ada pertanyaan di benak saya, bisa kah sinetron Indonesia sebagai identitas perfilman Indonesia merajai perfilman luar negeri atau setidaknya memberikan perubahan bagi budaya internasional?

Pemikiran ini muncul ketika sudah banyak acara pertelevisian asing yang menjadi populer dan bahkan mampu menciptakan budaya baru di Indonesia atau bahkan di dunia sekalipun. Saya mengajak sahabat kompasiana mem-flashback kenangan film atau serial asing yang sempat tren di tanah air.

Kita pasti masih ingat diperiode 1990-an, telenovela dari Amerika Latin banyak ditanyangkan di stasiun TV nasional bahkan kenangannya masih membekas bagi generasi di jaman itu. Saya masih ingat tante dan mama saya setiap sore menonton beberapa acara telenovela yang judulnya pun saya masih ingat  seperti Marimar, Esmeralda, Rosalinda dan ada beberapa lainnya. Lagu soundtrack Marimar dengan lirik, Marimar, Oyyy Supermie Bakso (joged ala orang latina) adalah plesetan lirik yang begitu fenomenal dan terngiang-ngiang di pikiran hingga saat ini, . 

Telenovela ibarat kurva penjualan, menaik tinggi hingga booming di tahun 1990-an namun kemudian meredup dan muncul kembali ke permukaan di tahun 2000-an setelah muncul telenovela dengan kisah yang berbeda seperti Betty La Fea, Carita De Angel hingga Amigos x Siempre. Carita De Angel menjadi salah satu telenovela yang fenomenal di tahun 2000-an. Dolce Maria, anak perempuan yang cerdas namun agak nakal, ibu peri, anjing yang bisa ngomong dalam hati, tante rambut palsu, suster Cecilia adalah karakter yang begitu membekas. Bahkan kisah ibu peri dalam Carita De Angel pun seakan menjadi inspirasi bagi sinetron Bidadari yang sempat ditayangkan di salah satu stasiun nasional.

Di tengah meredupnya acara Telenovela, acara India muncul dan menggeser popularitas telenovela di tanah air. Orang tua saya pernah bilang kalau acara India itu sudah populer sejak tahun 1980-an di bioskop kemudian tahun 1990-an mulai ditayangkan di TV nasional. Tapi saya menilai memasuki tahun 2000-an lah awal masa puncak kejayaan acara Bollywood di tanah air. Film Kuch-Kuch Hota Hai yang seakan menjadi ledakan bagi perfilman India. Saat film itu dirilis, saya ingat banget banyak teman yang menyanyi lagu Kuch-Kuch Hota Hai. 

Film India pun mulai mendapat tempat khusus di beberapa stasiun TV yang mulai melahirkan fanbase aktor/aktris India di Tanah Air. Saya pun sedikit banyak mulai mengenal pemain film India seperti Amitabachan, Shah Rukh Khan,Aamir Khan, Salman Khan, Kajol, Rani Mukerji, ataupun Preity Zinta. Film India juga tidak jauh berbeda dengan Telenovela yang keberadaannya seakan naik turun di pertelevisian Indonesia.

Tiba-tiba menjadi acara yang banyak diputar di TV nasional, kemudian meredup dan menghilang namun muncul lagi sebagai tren baru. Saya ingat tahun 2010-2013 sudah jarang stasiun TV menanyangkan acara India, jikapun ada tidak sesering dulu. Serial Mahabharata dengan menampilkan pemain-pemain muda seakan menjadi penyihir dan menjadikannya serial populer di Indonesia. Bahkan tingginya animo masyarakat membuat stasiun TV membuatkan jam khusus untuk menayangkan serial-serial dari India seperti Uttaran, Jodha Akbar, Ranveer dan Ishani ataupun Balveer.

Tahun 1995-2007 juga sempat menjadi masa emas perfilman mandarin (Cina Daratan, Hongkong maupun Taiwan). Film kungfu bernuansa shaolin hingga vampir Cina menjadi film yang seri hingga akhirnya semakin diperkuat dengan hadirnya serial putri huan zhu, dan kera sakti. Bila sebelumnya film mandarin lebih dikuasai dari Cina Daratan maka tahun 2000-an mulai muncul genre remaja dan komedi romantis dari Taiwan. Meteor Garden menjadi salah satu serial fenomenal dan personilnya menjadi idola bagi para kaula muda saat itu. Saya ingat betul majalah remaja yang menampilkan poster F4 akan langsung habis terjual dalam sekejab.

Acara kartun dari Jepang pun sempat merajai pertelevisian Indonesia khususnya pada hari Minggu. Doraemon, Detective Conan, Ninja Hatori, Ultraman, atau Dragon Ball menjadi acara yang wajib di tonton bagi mereka generasi 1990-an. Tidak hanya bentuk serial, komiknya pun laris diminati. Kini muncul pula serial Naruto semakin menegaskan bahwa Jepang menjadi negara unggul dalam memberikan tontonan kartun yang berkualitas.

Terakhir ada demam drama Korea yang kini semakin kuat di masyarakat Indonesia. Kuatnya pengaruh Korea di Indonesia tidak terlepas dengan berhasilnya Korea menciptakan boysband dan girlsband yang menciptakan tarian dan lagu hits sehingga masyarakat dunia mulai melirik terhadap budaya modern tersebut. Tidak heran kuatnya pengaruh budaya Korea juga berhasil membuat sebagian kalangan entertain di Indonesia mengadopsi hal serupa dengan hadirnya boysband/girlsband dengan konsep yang mirip serta serial tv yang mengadopsi serial K-Drama ataupun reality show Korea .

Saya ingat semasa kuliah ada reality show Running Man dari Korea yang begitu populer. Saya sempat menonton reality show ini dan memang menghibur dengan konsep permainan serta aksi kocak dari anggota dan bintang tamunya. K-Drama seperti Jewel In the Palace, Endless Love, Full House, Boys Before Flowers, My Love From the Star ataupun The World of Marriage yang kemarin sempat viral dengan rating K-Drama tertinggi saat ini.

Setelah kita memutar ulang kenangan berbagai acara asing yang populer di tanah air. Saya mendapatkan satu garis yang sama yaitu serial/film asing memiliki peluang besar untuk menciptakan penyebaran budaya (culture spread) ke negara lain. Mari kita lihat penyebaran budaya apa saja yang terjadi dan muncul akibat popularitas film/serial asing di Indonesia.

  • Telenovela dari America Latin telah membuat pandangan bahwa memiliki rambut pirang terlihat cantik. Kini banyak para wanita yang ingin memiliki rambut pirang layaknya para wanita di negara latin.
  • Popularitas film dan serial India telah melahirkan banyak fanbase India. Bahkan banyak lirik lagu dangdut yang nadanya mirip dengan lagu yang populer di India. Tidak hanya itu mulai banyak bermunculan kursus menari ala Bollywood di kota-kota besar seperti Jakarta dan Surabaya.
  • Kemunculan adegan film Mandarin menciptakan cara pandang baru seperti terkena totokan di tubuh maka tubuh akan diam seperti patung, vampir itu berjalan dengan melompat serta hantu takut akan sinar matahari.
  • Anime dan Kartun Jepang berhasil menciptakan budaya Cosplay yaitu meniru cara berpakaian dan sifat dengan menyesuaikan karakter pada film animasi, komik (manga), maupun video games. Istilah Cosplay berasal dari gabungan 2 kata dalam bahasa Inggris, Costum and Play. 
  •  K-Drama telah memberikan pengaruh besar terhadap musik tanah air dengan lahirnya boysband dan girlsband yang tidak hanya mengandalkan nyanyian dan juga koreografi.

Sinetron Indonesia sepertinya butuh perjuangan ekstra jika ingin memiliki pengaruh besar dalam pertelevisian diluar negeri. Kendala terbesar terletak pada 2 hal yaitu jalan cerita kurang matang serta akting pemain standar.

Jalan cerita kurang matang dikarenakan sinetron Indonesia seakan tidak punya konsisten mau dibawa kemana alur ceritanya. Contoh Jewel in The Palace dari K-Drama. Meskipun drama ini memiliki banyak episode namun penonton mampu menangkap alur cerita dan konsistensi dari drama tersebut yaitu dari karakter utama kecil hingga dewasa dan bagaimana perjuangannya untuk masuk di kalangan istana dan menunjukkan keterampilannya dalam memasak dan pengobatan.

Sinetron Indonesia contohnya Tersanjung dengan adanya 7 musim dan ditayangkan dari 1998-2005. Selama 7 tahun diputarkan di salah satu TV Nasional. Saya tidak ingat betul jalan ceritanya terkecuali sosok Indah yang muncul dari awal hingga akhir musim. (Nenek Buyut hingga Cicit sepertinya juga bernama Indah).

Sinetron Indonesia terkesan mementingkan rating dibanding jalan cerita. Selagi rating masih tinggi dan banyak peminat maka akan dibuatkan cerita bermusim-musim meskipun alur cerita terkesan muter. Bila dibandingkan dengan serial Jepang ataupun Korea umumnya mereka fokus pada 1 alur cerita sehingga rata-rata serial dari negara ini memiliki jumlah episode yang tidak banyak. Bahkan serial Jepang umumnya dibawah 20 episode dan Korea dibawah 30 episode. Berbanding terbalik dengan sinetron Indonesia yang bisa mencapai ribuan episode.

Hal unik lainnya, saya pernah membaca artikel dimana para penulis naskah sinetron Indonesia yang menerapkan sistem kebut tayang baru. Penulis baru menyelesaikan naskah H-beberapa jam sebelum syuting di mulai. Sudah pasti jalan cerita kurang matang dari ide. Berbeda dengan serial Jepang atau Korea dimana naskah harus sudah selesai dibuat dari episode pertama hingga terakhir sehingga alur cerita menjadi matang sebelum berujung pada proses syuting.

Saya teringat adegan pemain akan ditabrak oleh mobil yang tidak sengaja melintas. Mobil tersebut secara logika masih jauh namun ekspresi pemain terkejut seakan ditampilkan hingga bermenit-menit kemudian bersambung. Padahal secara logika, jarak yang masih jauh masih cukup waktu untuk menghindar. Kemudian adegan di rumah sakit tapi setting tempat seperti di dalam rumah atau lorong sekolah seakan kru tidak punya waktu untuk menyiapkan sesuai dengan jalan cerita. Cidera kepala namun cukup dipasang perban, dilingkari disepanjang kepala dengan cairan merah tanda luka sudah cukup meyakinkan penonton Indonesia. 

Tantangan lainnya adalah sinetron Indonesia banyak diisi oleh pemain dengan akting standar. Sudah rahasia umum jika dunia entertain di Indonesia lebih mudah menerima mereka yang berparas menarik ataupun ada keturunan bule/campuran dibandingkan mereka yang memang memiliki bakat akting. Sekalipun yang berbakat akting namun wajah biasa saja pasti akan ditempatkan pada tokoh figuran. Ini karena sinetron Indonesia berusaha menarik penonton dari sisi pemain.

Jangan heran jika pemain sinetron yang tampangnya cakep dan cantik tapi aktingnya terkesan dibawah standar. Akting menangis dengan bantuan tetes mata, terjatuh tapi gak natural, ekspresi marah yang berlebihan dan sebagainya. Diluar negeri, akting pemain sangat diperhatikan. Di Korea bahkan banyak orang depresi karena tidak pernah lolos casting meskipun dari sisi paras harusnya berpeluang untuk lolos. Ini menandakan bahwa mereka tetap mencari sosok yang sesuai dengan karakter di film/serial.

Sepertinya akan susah sinetron Indonesia memberikan warna baru bagi pertelevisian asing jika masih berkutat pada 2 masalah diatas. Sinetron Indonesia harus puas untuk menjadi tontonan warganya atau sekedar untuk negara melayu lainnya seperti Malaysia atau Brunei namun belum mampu menciptakan penyebaran budaya melalui media perfilman. 

Sebenarnya Indonesia masih  memiliki FTV sebagai kemasan serial televisi selain sinetron . FTV menurut saya pengemasannya justru lebih baik dari sisi cerita dan pemilihan pemain. FTV dibandingkan sinetron. Ini karena FTV dikemas hanya 1 episode dan akting pemain di FTV justru lebih mempuni dibandingkan artis sinetron. Saya menilai bahwa sebenarnya pengembangan serial dan film Indonesia memiliki potensi untuk diterima oleh dunia internasional.

Saya percaya jika sinetron Indonesia dapat dikemas dengan lebih baik, matang, dan alur cerita yang menarik bisa jadi akan ada budaya Indonesia yang dapat menjadi pengaruh baru bagi internasional. Bisa jadi istilah loe, gue, cupu, gokil yang selama ini ada di sinetron Indonesia bisa menyebar ke luar negeri dan diucapkan oleh bule ataupun masyarakat di Asia lainnya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun