Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Jangan Lakukan 6 Hal Ini Jika Tidak Ingin SP atau Dipecat

5 Juli 2020   10:06 Diperbarui: 5 Juli 2020   10:18 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Karyawan yang terkena Surat Peringatan (SP). Sumber Cermati.com

Setiap orang pasti memiliki impian bekerja di tempat yang nyaman, bekerja dalam jangka waktu yang panjang dan tanpa ada masalah. Namun seringkali ada saja perilaku kita baik dilakukan secara sadar atau tidak yang membuat penilaian kita buruk di mata atasan.

Datang terlambat ke kantor adalah salah satu kesalahan yang sering dilakukan oleh para pekerja. Penilaian dari atasan akan langsung muncul seperti tidak disiplin, kurang bisa manajemen waktu, hingga malas.

Bila terjadi sekali mungkin bisa ditolerir namun jika berulang kali tentu saja sanksi berupa pemberian Surat Peringatan (SP) hingga pemecatan dapat mungkin terjadi.

Selain masalah keterlambatan sebenarnya ada beberapa tindakan yang dianggap sepele namun dapat berakibat fatal dalam dunia kerja. Apa saja itu?

Jangan pernah mengosip tentang kejelekan atau hal pribadi atasan

Hal ini lumrah karena setiap orang benci jika dijadikan bahan gosipan orang lain. Kita sadar bahwa sifat alami manusia adalah berbincang dengan orang lain namun jangan sampai sifat alami ini menjurus ke hal gosip. 

Aktivitas gosip di kantor. Sumber Magazine Job-Like
Aktivitas gosip di kantor. Sumber Magazine Job-Like

Gosip atau gibah sering muncul disaat ada waktu senggang dengan orang lain atau ada pembahasan topik mengenai seseorang. Gosip atau gibah umumnya lebih membahas hal negatif dibandingkan positif sehingga topik gosip mengarah pada urusan personal, aib, sikap atau pencapaian seseorang.

Dalam dunia kerja, pantang untuk menjadikan atasan sebagai bahan gosip. Jangan pernah menceritakan aib atau urusan personal atasan kepada orang lain misalkan atasan masih jomblo meski usia sudah tidak muda, belum punya anak, ketahuan selingkuh, takut sama istri, galak, atau hal lainnya.

Kesalahan yang sering terjadi adalah kita begitu terlena membicarakan orang lain sehingga tidak bisa mengontrol mulut atau pikiran kita. Dampaknya justru hal ini dapat menjerumuskan kita ke hal yang besar.

"Janji ya jangan cerita ke siapa-siapa"

Ucapan ini menjadi kalimat pemungkas bila kita sedang membicarakan orang lain ke lawan bicara kita. Maksud hati agar pembahasan ini hanya antara si pemberi info dan pendengar saja.

Kesalahan fatal muncul ketika kita lupa bahwa gosip adalah bumbu cerita. Bagi mereka yang hobi bergosip menegaskan bahwa tanpa ada gosip, cerita terasa hambar.

Kita juga luput bahwa teman kita pun memiliki teman lain baik dalam lingkaran pergaulan yang sama atau berbeda dengan kita. Mereka pun mengucapkan janji yang sama namun ujung-ujungnya gosip tersebut tersebar secara cepat dan luas.

Ini pernah terjadi dengan teman saya. Dia bekerja di salah satu perusahaan besar yang berasal dari Jepang. Teman saya ini menjadi salah satu dari 20an orang yang diterima bekerja dengan tugas penempatan diluar daerah yang berbeda-beda.

Suatu ketika di salah satu grup sosial media angkatan kerjanya. Mereka saling bercerita tentang pengalaman kerja di daerah masing-masing. Terlalu terlena dengan topik, beberapa orang mulai menceritakan tentang sifat dan karakter atasan di daerah penempatan.

Teman saya pun ikut meramaikan menceritakan bahwa atasannya galak, moody, cerewet dan tidak bisa diajak bekerja sama dan diceritakan dalam grup. Tanpa disangka salah satu anggota grup menceritakan hal tersebut dalam meeting kinerja.

Alhasil teman saya dipanggil dan disidang oleh manajemen mulai dari Spv hingga manager. Nasibnya udah bisa ketebak, hari itu juga kontraknya dipaksa berakhir.

Dirinya tidak menyangka obrolan yang hanya diantara teman angkatan kerja dan sudah dipercaya justru bocor hingga ke manajemen.

 Siapa yang patut disalahkan? Ya pasti teman saya

Sebaiknya jika ingin cerita tentang atasan lebih baik bercerita ke teman diluar kerja yang tidak ada keterkaitan dengan obyek cerita. Resiko seperti ini bisa saja terjadi bagi para pekerja yang hobi gosipin atasan dengan sesama tekan kerja.

Jangan pernah beri julukan khusus untuk atasan.

Kadangkala karakter atasan membuat kita gatal untuk memberikannya sebuah julukan khusus baik untuk diri sendiri atau ke sesama rekan kerja. Bahkan di lingkungan kerja saya saat ini pun ada julukan khusus bagi seseorang seperti si rawon yang ditujukan kepada rekan kerja yang hobi makan rawon hingga Mak Lampir ke teman yang cerewetnya kebangetan.

Ada kisah yang cukup menggelitik tapi bisa jadi pembelajaran. Saya lupa baca kisah ini dimana tapi intinya menceritakan pengalaman pahitnya karena berawal dari sebuah julukan. Suatu ketika atasannya membutuhkan bantuan si pencerita. 

Atasan tersebut tidak menemukan bawahannya di ruang kerjanya. Ia pun berinisiatif menelpon bawahannya. Kaget karena suara handphone bawahannya terdengar dekat. Ternyata handphone si pencerita ada diatas meja kerjanya. 

Atasan begitu murka dan tersinggung ketika nama ponsel yang muncul di layar bawahannya tertulis "Genderuwo Missed Call". Ketika si pencerita ini balik ke meja kerjanya. Bosnya ternyata masih berdiri disana dan bertanya, "Siapa itu Genderuwo?".  Dirinya kaget karena bosnya tahu namanya tersimpan dengan julukan tersebut di Hpnya. Akhirnya dirinya terkena amarah atasan dan dikenakan SP.

Jangan pernah melimpahkan tugas kepada junior atau rekan kerja lain

Sikap senioritas masih sering ditemukan dalam dunia kerja. Jika sahabat Kompasiana ada yang suka mengalihkan tugas yang diberikan atasan kepada junior atau rekan kerja lainnya. Maka mulai tinggalkan sikap itu.

Atasan akan marah jika tahu tugas yang ia berikan kepada seseorang justru dikerjakan oleh orang lain apalagi diakui sebagai hasil pemikirannya sendiri.

Atasan akan berpikir bahwa karyawan tersebut tidak bertanggung jawab,tidak kompeten, pemalas dan suka semena-mena dengan orang lain khususnya junior. Atasan juga akan mengganggap untuk apa mempekerjakan karyawan tersebut jika ada orang lain yang mampu mengerjakan dengan baik. 

Hindari menunjukan ekspresi kurang semangat dan mengantuk saat meeting

Rasa ngantuk seringkali muncul ketika dalam jam kerja seperti kurang tidur pada malam sebelumnya atau kenyang setelah makan berat.

Ini akan bahaya jika rasa kantuk muncul disaat situasi meeting dengan atasan. Ketika dirimu menguap saat meeting maka muncul pandangan bahwa dirimu tidak menghargai kegiatan meeting yang berlangsung. Usahakan jika muncul rasa mengantuk untuk ijin ke kamar kecil sekedar membasuh muka.

Hal lain yang perlu dihindari adalah menunjukan ekspresi tidak semangat saat pemaparan materi meeting. Ekspresi ini seperti sibuk menggambar di kertas, menoleh kanan kiri, mengobrol atau mengacuhkan pemateri. Ini menandakan bahwa anda tidak tertarik dalam kerjaan ataupun topik yang sedang dibahas. Bisa saja anda dikeluarkan dari meeting dan SP diturunkan atas nama anda.

Jangan pernah sibuk dengan sosial media dan aktivitas pribadi selama jam kerja

Permasalahan ini umum terjadi dalam dunia kerja seperti karyawan sibuk chatingan, posting sesuatu, youtubean atau melakukan perawatan diri saat jam kerja.

Bahkan  boomingnya Tik-Tok justru anda mencoba untuk bertik-tok ria bersama rekan kerja di jam kerja. Berjoget ria dan membuat kegaduhan secara beramai-ramai di kantor.

Bayangkan jika atasan melihat anda melakukan hal tersebut. Atasan akan berasa kurang nyaman dan menganggap anda tidak profesional dalam bekerja. Performa anda pun akan turun di mata atasan.

Ini pun terjadi di kantor saya. Ketika saya melihat staff admin justru menonton drama Korea di jam kerja. Saya hanya bisa menggeleng-geleng kepala. Padahal aktivitas itu bisa dilakukan saat jam istirahat atau jam pulang kerja. 

Jangan pernah me-mark up anggaran atau harga pembelian

Posisi bagian purcashing atau pembelian sangat rawan melakukan hal ini. Atasan seringkali akan melakukan pengecekan terhadap pembelian yang dilakukan staffnya. Jika ditemukan ada Mark up pembelian maka bisa dipastikan akan ada 3 kemungkinan yaitu kena SP, dikeluarkan atau bahkan dipidanakan jika perusahaan dirugikan dalam nominal yang besar.

Ada hal lain yang perlu diperhatikan. Jika tiba-tiba atasan menyuruhmu membelikannya sesuatu misalkan makanan atau alat kantor. Ternyata ada sisa kembalian namun anda tidak memberika nota beserta kembalian kepada atasan karena nominalnya kecil.

Ini kadang adalah strategi atasan untuk menguji anda. Atasan akan menilai seberapa jujur karyawannya meski hanya perkara kecil misal nota atau kembalian. Sebisa mungkin berikan hal tersebut dan jika atasan memberikan kembalian tersebut untuk anda. Anggaplah itu rejeki karena kejujuran anda.

Itulah beberapa pantangan yang sebisa mungkin dihindari dalam dunia kerja jika anda ingin bekerja dalam jangka waktu panjang. Kadang masalah muncul karena keteledoran atau kelalaian kita. Semoga informasi ini dapat bermanfaat bagi sahabat Kompasiana.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun