Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengalahkan Yogyakarta, Bali Justru Memiliki Puluhan Istana dan Raja Saat Ini

2 Juli 2020   09:49 Diperbarui: 2 Juli 2020   11:40 567
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Suasana Puri Saren Ubud di Bali. Sumber WowKeren.com

Adakah istana di Bali?

Oh ada. Istana Tampak Siring

Pertanyaan dan jawaban ini begitu sering terucap ketika membahas keberadaan istana di Bali. Tidak salah karena di Bali memang terdapat Istana Tampak Siring yang terletak di Kabupaten Gianyar. Istana ini merupakan tempat khusus yang dibangun oleh pemerintah pusat untuk peristirahatan presiden beserta keluarga maupun untuk menerima tamu negara. 

Bisa dikatakan bahwa istana Tampak Siring bukan menjadi tempat kediaman keluarga kerajaan melainkan tempat aktivitas untuk Presiden layaknya Istana Bogor, Istana Cipanas, Istana Merdeka ataupun Istana Gedung Agung di Yogyakarta.

Banyak juga pertanyaan apakah di Bali masih ada kerajaan yang eksis hingga sekarang layaknya Kesultanan Yogyakarta dan Surakarta yang keberadaannya masih banyak dibahas oleh masyarakat umum. 

Sedikit informasi bahwa di Bali sejak berabad-abad lalu telah berdiri puluhan kerajaan lokal yang eksistensinya masih bisa dirasakan hingga saat ini. Bahkan jumlah istana dan raja yang ada di Bali mengalahkan Yogyakarta. 

Percaya atau tidak ada puluhan kerajaan di Bali yang masih eksis hingga saat ini. Jumlah ini tentu saja menggungguli jumlah kerajaan yang eksis di Yogyakarta ataupun di Pulau Jawa (daftar lengkap puri di Bali klik disini).

Apabila sahabat kompasiana berkunjung ke Bali dan menemukan suatu tempat tinggal dengan corak budaya bali bertuliskan Puri atau Puri Agung maka dapat dipastikan sahabat kompasiana menemukan tempat tinggal keluarga kerajaan. 

Sebut saja Puri Agung Gianyar, Puri Agung Ubud, dan Puri Agung Sukawati yang terletak di Kabupaten Gianyar; Puri Satria, Puri Pemecutan, Puri Jero Kuta yang terletak di Denpasar; Puri Agung Tabanan, Puri Kediri, Puri Kaleran yang terletak di Kabupaten Tabanan; Puri Bangli, Puri Negara, Puri Agung Karangasem dan masih banyak puri lainnya yang tersebar di Pulau Bali. 

Puri atau Jero Agung yang ada di Bali tidak jauh berbeda dengan keraton yang terdapat di Yogyakarta yang menjadi tempat tinggal bagi mereka yang memiliki silsilah kerajaan. Jika di Yogyakarta terdapat gelar seperti Gusti Raden Mas, Gusti Raden Ajeng, Raden Ajeng/Raden Ayu, ataupun Raden yang merunjuk bahwa orang tersebut masih memiliki darah biru baik secara langsung atau masih kerabat kerajaan. 

Di Bali pun terdapat banyak gelar yang juga menunjukkan identitas sama seperti Anak Agung, Tjokorda Agung, I Gusti Agung, I Gusti Ngurah, I Gusti Ayu, Dewa Agung, Desak, Sagung ataupun Anglurah yang menandakan bahwa orang tersebut masih memiliki garis keturunan kerajaan. 

Gelar ini memang beragam disesuaikan dengan daerah asal mereka misalkan jika ada yang bernama Anak Agung maka dirinya memiliki garis keturunan kerajaan di sekitar Denpasar; I Gusti Agung umumnya untuk gelar di Badung atau Jembrana, I Gusti Ngurah lebih digunakan untuk daerah Tabanan, dan Tjokorda untuk wilayah di sekitar Gianyar.

Apabila sahabat kompasiana memiliki teman yang bernama depan seperti yang diatas maka dapat ditanyakan apakah dirinya masih memiliki garis keturunan kerajaan lokal yang ada di Bali?

Sudah rahasia umum jika di Bali mengenal 4 kasta sebagai pembagian status sosial. Brahmana untuk mereka yang berasal dari keluarga Pendeta/Pandita; Ksatria bagi yang berasal dari kerajaan ataupun ataupun pejabat kerajaan pada masa dulu; Waisya adalah mereka yang berasal dari kaum pedagang pada masa dulu, dan Sudra sebagai kalangan biasa.

Saya pun masih memiliki garis keturunan Bali dari keluarga Ibu. Nenek dari ibu saya merupakan golongan Ksatria dan masih memiliki garis keturunan dari salah satu puri di Bali. Kakek dari ibu saya memiliki garis keturunan Arya Kutawaringin (salah satu arya yang terdapat di Bali) yang dahulunya menjadi pejabat pemerintahan Majapahit di Bali. Alasan kenapa tidak ada nama Bali pada nama saya dikarenakan ayah saya berasal dari Jawa sehingga garis penamaan Bali tidak akan tersemat pada nama saya.

Ini dikarenakan masyarakat Bali menerapkan sistem Patrilineal yang mengunakan garis keturunan ayah. Maka tidak heran jika ayah memiliki gelar Anak Agung maka anaknya pun akan bernama Anak Agung. Begitupun jika istri ternyata berasal dari kasta yang lebih tinggi ataupun rendah tetap akan menggunakan gelar yang di dapat dari ayah.

Cukup menarik memang bila kita membahas budaya dan tradisi yang terdapat di Bali. Mungkin banyak sahabat kompasiana yang  baru tahu bahwa ternyata kerajaan di Bali masih banyak yang eksis dan ada banyak gelar bangsawan yang berkembang di masyarakat Bali.

Pernikahan Happy Salma, artis ibukota dengan Tjokorda Bagus Dwi Santana Kertayasa  memang sedikit banyak membuka informasi masyarakat luas tentang keberadaan keluarga kerajaan di Bali. Tjokorda Bagus Dwi Santana Kertayasa sendiri merupakan putra dari raja Puri Ubud Tjokorda Raka Kerthyasa yang menikahi warga keturunan Australia. Bisa dibilang Tjokorda Bagus Dwi Santana Kertayasa merupakan pangeran dari Puri Ubud yang juga berdarah campuran dari ayah dan ibunya.

Seiring waktu peran dan kekuasaan kerajaan lokal di Bali mengalami perubahan sejak Indonesia merdeka. Kini peran raja atau keluarga kerajaan lokal di Bali lebih cenderung sebagai Tetua Adat yang berperan sebagai sosok yang menjaga budaya, tradisi dan keagamaan untuk masyarakat di sekitar Puri. Peran raja Bali saat ini memang tidak memiliki keistimewaan layaknya Sultan Yogyakarta yang menempati posisi strategis sebagai Gubernur yang tetap memiliki peran sebagai pembuat keputusan (decision maker). 

Meskipun demikian keluarga Puri di Bali perlahan mulai meningkatkan eksistensinya tidak hanya sebagai Tetua Adat namun juga berperan dalam dunia politik dan pemerintahan. Sebut saja Anak Agung Gede Ngurah Puspayoga yang dipercaya Jokowi menjabat sebagai Menteri Koperasi dan Usaha Kecil dan Menengah Indonesia pada Kabinet Kerja pertama serta Anak Agung Ngurah Oka Ratmadi yang menjabat sebagai anggota DPD RI dari Bali. 

Tidak hanya itu keluarga Puri yang cukup disegani di kalangan masyarakat Bali pun memiliki keuntungan untuk mendaftarkan diri sebagai kepala daerah baik tingkat kabupaten/kota maupun provinsi. Sudah banyak kepala daerah Bali yang berasal dari keluarga Puri. Salah satunya adalah Anak Agung Bagus Sutedja, seorang tokoh dari Puri Negara yang menjabat sebagai Gubernur Bali pertama. 

Harapannya keberadaan puri maupun keluarga kerajaan lokal di Bali mampu menjaga tradisi dan budaya yang begitu kuat di Bali dan bahkan menjadi daya tarik tersendiri untuk pengembangan pariwisata Bali.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun