Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Benarkah Menjadi Guru antara Pengabdian dan Keikhlasan?

26 Juni 2020   14:58 Diperbarui: 26 Juni 2020   15:44 630
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Perjuangan Guru Di Daerah Tertinggal. Sumber Pendidikan.id

Ada kisah guru yang cukup menarik dan bahkan sempat viral dimana ia mendapatkan gaji sebesar Rp. 200.000/bulan. Bahkan dengan gajinya tersebut ia bahkan merinci untuk apa saja gajinya tersebut seperti untuk keperluan ibunya sehari-hari, kencan bersama pacar, memberikan rewards untuk murid hingga disisihkan sedikit untuk tabungan nikah. (Berita selengkapnya klik disini). Kisah pilu lainnya seperti yang dialami ibu guru Nining Suryani di Pandeglang, Banten. Ketidakmampuannya untuk menyewa tempat tinggal yang layak karena berpenghasilan Rp. 350.000/bulan membuat dirinya menempati toilet sekolah di tempatnya mengajar (berita selengkapnya klik disini). Sebenarnya masih banyak kisah lainnya yang menimpa guru honorer di Indonesia yang jarang terekspos oleh media nasional.

Padahal kita tahu untuk menjadi guru harus menempuh pendidikan hingga sarjana yang membutuhkan biaya kuliah yang tidak sedikit. Bahkan bisa jadi biaya kuliah yang dihabiskan per bulan akan terasa lebih besar jika mendapatkan gaji seperti kasus diatas. Perlu perhatian banyak pihak agar kesejahteraan guru dapat terangkat.

Sebenarnya pemerintah telah mulai memberikan prihatian lebih terhadap kesejahteraan guru. Ini terlihat dari pemberian tunjangan sertifikasi guru hingga penggunaan dana Bantuan Operasional Sekolah (BOS) untuk membayar gaji guru honorer. Namun bentuk perhatian kepada guru tersebut ternyata belum dirasakan oleh para guru khususnya yang di daerah pedalaman.

Saya cukup salut dengan rasa pengabdian seorang guru karena tugas mereka sangatlah berat seperti mendidik, melakukan penilaian siswa, membuat kurikulum, persiapan akreditasi sekolah, sertifikasi guru, kenaikan golongan dan sebagainya. Tugas tersebut saya rasa bisa melebihi tugas karyawan di kantor atau PNS di instansi lainnya mengingat tidak sering tugas tersebut harus dikerjakan di rumah. Teman saya bercerita kalau ibunya yang berprofesi guru SD sering meminta dirinya maupun adiknya untuk membantu mengoreksi tugas siswa SD. Ini menandakan bahwa tugas terlalu banyak sehingga tidak terhandle selama jam aktivitas sekolah.

Pengabdian Guru Honorer. Sumber Jambi Ekspress
Pengabdian Guru Honorer. Sumber Jambi Ekspress

Jiwa keikhlasan juga ikut berpengaruh. Bayangkan saja guru honorer di daerah pedalaman bahkan ada yang dibayar dengan hasil bumi dari orang tua siswa. Jangan kaget jika ada kisah guru yang tidak mendapatkan sama sekali bayaran namun sebagai balasan jasanya orang tua siswa rela memberikan beras, sayur, buah-buahan, umbi-umbian hasil panen dari kebun untuk diberikan kepada guru di desanya. Saya membayangkan hal tersebut saja mungkin hanya bisa prihatin.

Ini mengingat saya sebagai manusia umumnya juga memiliki kebutuhan seperti membeli pakaian, traveling, nongkrong bersama teman, membeli paketan internet, ataupun membeli bensin untuk akomodasi sehari-hari namun jika bayaran yang diterima ternyata bukan dalam bentuk uang namun kebutuhan pokok. 

Bisa dibayangkan bila guru tersebut sudah memiliki keluarga atau tanggungan lainnya seperti orang tua ataupun adik. Tentu ini akan menjadi tekanan hidup tersendiri yang harus dilalui oleh seorang guru khususnya guru honorer yang berpenghasilan tidak menentu. Inilah yang dikatakan teman saya bahwa seorang guru butuh keikhlasan yang besar untuk menerima. Jika banyak orang masih mengeluh tentang pendapatan mereka yang masih standar UMK maka perlu berkaca pada kisah hidup guru honorer. Sebuah bentuk dilema yang masih terjadi di dunia pendidikan khususnya di negara berkembang.

Tidak heran banyak guru yang membuka jasa bimbingan belajar atau les privat sebagai sumber pendapatan tambahan. Beruntunglah guru yang memiliki background pengajaran dimana siswanya membutuhkan pendampingan tambahan seperti matematika, fisika, kimia, bahasa inggris dan sebagainya. Namun bagi guru dengan latar belakang seperti bimbingan konseling, sejarah, kewarganegaraan ataupun pelajaran lainnya yang tidak termuat dalam Ujian Akhir Nasional tentu sangat susah untuk mendapatkan penghasilan tambahan dari les privat. Mau tidak mau mereka harus mencari sumber penghasilan lain seperti berdagang, ojek, berkebun atau pekerjaan lain diluar profesinya sebagai guru.

Ada sedikit penyemangat yang pernah saya katakan kepada teman saya yang berprofesi sebagai guru.

Mungkin saat ini mereka tidak bisa kaya harta layaknya orang lain yang bekerja di sektor swasta namun ilmu yang mereka bagikan tentu akan menjadi tabungan pahala.  Saat ini guru mungkin miskin harta di dunia namun mereka akan kaya pahala di surga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun