Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Lika-liku Grup Chat WhatsApp, Nyaman atau Tidak?

17 Juni 2020   12:51 Diperbarui: 17 Juni 2020   13:22 205
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Aplikasi WhatsApp. Sumber Tribun News

WhatsApp (WA) saat ini menjadi aplikasi chating paling diminati di Indonesia. Kehadirannya berhasil menggeser aplikasi serupa yang sebelumnya sempat populer seperti Mig33, Yahoo! Messenger, BBM, hingga Line.

Apa yang membuat WA menjadi sosial media terpopuler saat ini?

WA hadir pertama kali pada 24 Februari 2009 oleh Brian Acton dan Jan Koum yang sebelumnya pernah bekerja di kantor Yahoo. Tahun 2014, WA secara resmi diakuisisi oleh Facebook dengan nilai jual US$ 19 milyar. Ini menandakan WA telah menjadi bagian pengembangan Facebook saat ini.

Menguntip data dari Kominfo bahwa 83 persen dari 171 pengguna internet di Indonesia adalah para pengguna WA (Sumber data klik disini). Ini menandakan bahwa mayoritas pengguna internet di Indonesia memiliki aplikasi WA di telepon seluler mereka. Disisi lain juga pesan WA pun dapat diakses melalui gagdet lain seperti laptop ataupun PC yang membuat aplikasi ini dapat diakses melalui multi gadget.

WA hadir tidak hanya mengandalkan fitur layanan pesan instan namun juga terdapat fitur tambahan yang menjadi daya tarik lain seperti video call, voice note, sticker menarik, pesan status hingga layanan lampiran (attachment) guna memudahkan pengguna berbagi media seperti foto video ataupun dokumen. Bahkan kini mulai banyak sticker menarik dan lucu yang dapat diciptakan oleh para pengguna WA diluar yang disediakan oleh pengembang aplikasi.

Selain komunikasi 2 arah, WA juga menghadirkan layanan Grup Chat untuk memudahkan komunikasi lebih dari 2 orang. Hal yang lumrah bila tiba-tiba muncul grup WA dan kita diundang sebagai peserta. Contoh grup yang familiar seperti Grup kantor, Grup Arisan, Grup Alumni, Grup Reuni, Grup Jalan-Jalan dan masih banyak topik grup yang dibuat.

Ketika kita diundang dan bergabung dalam Grup WA maka akan terjadi sebuah ikatan sosial dalam grup tersebut. Mau tidak mau kita sudah menciptakan kehidupan sosial tersendiri secara dunia maya dan suka atau tidak segala hal yang dibahas akan ikut menciptakan interaksi baik antar sesama anggota ataupun interaksi bathin dalam diri kita sendiri.

Permasalahan muncul ketika ada interaksi bathin dalam diri kita dimana kita sebenarnya tidak terlalu menyukai tergabung dalam suatu grup chat dengan berbagai alasan seperti isi chat anggota kurang berkenan, tidak dianggap dalam grup, ada anggota yang tidak dikehendaki, atau sebenarnya tidak memiliki kepentingan dalam grup chat tersebut. 

Bagi yang karakter cuek dan merasa tidak ada kepentingan biasanya langsung memilih meninggalkan grup namun tidak sedikit pengguna chat sungkan untuk meninggalkan grup chat karena faktor A, B, C dan sebagainya hingga akhirnya memilih untuk menon-aktifkan notifikasi dan bertindak sebagai silent reader. 

  • Permasalahan Pertama, Chat Grup Terlalu Banyak Terkesan Mengganggu

Permasalahan ini muncul di grup khusus seperti Grup Reuni SD Sekolah, Grup Hobi, Grup Gosip, ataupun Grup Angkatan. Kadangkala ketika ada sebuah topik yang menarik dibahas, 1 menit tidak buka chat maka akan muncul puluhan hingga ratusan notifikasi chat yang belum dibaca oleh pengguna. Ini menandakan bahwa begitu banyak orang yang berinteraksi dalam kurun waktu singkat sehingga kemunculan notif yang begitu banyak.

Ketika kita membutuhkan waktu untuk tenang atau sedang fokus pada suatu kegiatan namun tiba-tiba muncul suara chat masuk bertubi-tubi bahkan terkesan tiada henti. Secara psikis itu akan langsung mengganggu apalagi ketika sadar begitu banyak notifikasi chat masuk hanya dalam 1 grup chat.

Permasalahan ini pun sering saya alami dan pasti juga dialami oleh banyak pengguna WA. Apa yang harus dilakukan?

Butuh 1 atau beberapa orang yang bertindak sebagai pengontrol/pengawas grup. Apabila ada pembahasan diluar tujuan pembentukan grup chat diharapkan untuk saling mengingatkan karena hal tersebut akan membuat topik chat menjadi lebar. 

Misalkan grup reuni SD tapi pembahasan seputar pekerjaan pribadi. Ini akan membuat anggota grup lain merasa kurang nyaman.

  • Permasalahan Kedua, yang Aktif hanya Itu-Itu Saja

Anggota grup umumnya lebih dari 2 orang bahkan ada grup yang berisikan lebih dari 10 orang. Masalah muncul ketika sebuah grup chat yang beranggotakan banyak orang namun yang aktif di chat kurang dari 25 persen. Ini menandakan bahwa terlalu banyak anggota yang hanya menjadi silent reader. Bahkan sebenarnya mereka terkesan cuek untuk berkomentar dan berusaha terlihat sebagai pengamat chat saja.

Silent reader ibarat ada di 2 jalan berbeda. Jalan pertama karena murni keinginannya sebagai pengamat chat. Jalan kedua sebenarnya tidak nyaman namun sungkan untuk keluar grup. Akhirnya mereka lebih memilih diam dalam grup chat.

Solusi yang dapat dilakukan sebaiknya anggota grup yang memiliki karakter extrovert atau aktif dalam grup chat menyapa ulang anggota grup atau setidaknya men-tag anggota lain agar mereka ikut berkomentar dalam grup chat. Apabila ini tidak dilakukan maka sudah dipastikan banyak yang tidak nyaman dan malas dalam grup

  • Permasalahan Ketiga, Tidak Dianggap Dalam Grup

Ketika seorang anggota berusaha untuk interaksi dalam grup seperti menyapa, memberikan postingan atau memberikan respon namun tidak ada tanggapan dari anggota lainnya dapat meruntuhkan keinginannya untuk berinteraksi dalam grup. Bahkan yang terparah ketika grup tersebut sedang ramai mendiskusikan sesuatu dan terkesan menarik untuk dibicarakan tiba-tiba muncul seorang anggota yang ikut nimbrung (berpartisipasi) namun seketika obrolan langsung berhenti atau berganti topik karena kemunculan orang tersebut. 

Permasalahan muncul ketika itu terjadi berulang kali yang akhirnya orang tersebut sadar bahwa kehadirannya dalam grup chat tidak berarti atau tidak menarik untuk dilibatkan dalam percakapan. Secara psikis ini akan menimbulkan rasa rendah diri dan akhirnya memilih untuk tidak aktif di grup chat.

Fitur Exit Group pada WhatsApp. Sumber:  wikiHow
Fitur Exit Group pada WhatsApp. Sumber:  wikiHow

Solusi yang harus dilakukan untuk masalah ini butuh kesadaran dan kepekaan anggota grup lain. Setidaknya ketika anggota tersebut ikut berpartisipasi atau memberikan postingan, walau hanya dengan 1 atau 2 ucapan seperti mantap, keren, luar biasa, terima kasih, menarik dll setidaknya itu dapat membuat dirinya dihargai dan dianggap dalam grup tersebut. Hilangkan stigma bahwa bila kita memberikan respon seorang diri jangan-jangan dianggap 1 frekuensi atau dianggap aneh bagi anggota lain. 

Respon apapun meski terlihat sederhana namun dapat berdampak besar bagi orang lain yang berusaha aktif dalam grup chat

  • Permasalahan Keempat, Postingan Tidak Pantas atau Tidak Sesuai dengan Judul Grup

Hal yang sering terjadi dalam grup WA seperti grup alumni tiba-tiba ada yang memposting foto/video untuk kalangan dewasa, mempromosikan jualan secara berulang kali atau menggosipkan orang lain dalam grup umum. Hal seperti ini menjadi masalah karena bagi mereka yang tidak nyaman akhirnya memilih untuk meninggalkan grup. Seringkali apa yang menurut kita menarik untuk dibahas atau diposting belum tentu berkenan bagi orang lain.

Solusi yang dapat dilakukan adalah butuh orang yang bertindak sebagai leader grup/sesepuh/orang yang tegas untuk memberikan teguran dan tindakan bagi anggota grup yang memposting sesuatu tidak sesuai dengan Judul Grup. Cara lainnya dapat mensosialisasikan tentang tujuan dan aturan dalam grup chat sehingga anggota grup mengetahui tujuan dan melaksakan aturan dengan jelas.

  • Grup Bersifat Insidental

Kemudahan komunikasi dan koordinasi dengan banyak orang menjadi alasan terbentuknya grup insidental atau grup yang hanya dibuat untuk tujuan sementara. Misalkan Grup Buka Bareng (Bukber) Angkatan, Grup Traveling Jogja, Grup Arisan 2020, Grup Mata Kuliah Sosiologi, dll. Grup ini umumnya memiliki jangka waktu yang pendek dan ketika kegiatan tersebut terlaksana membuat grup menjadi pasif.

Permasalahan muncul ketika seseorang pengguna WA memiliki terlalu banyak grup insidental (yang akhirnya berakhir menjadi grup pasif) atau muncul grup baru yang anggotanya sebenarnya sama dengan grup sebelumnya membuat orang tersebut komplain atau merasa terganggu karena diundang dalam grup tersebut.

Solusi yang dapat dilakukan adalah selalu tawarkan kepada orang lain atau teman jika akan ada rencana pembuatan grup baru dan bersedia atau tidak untuk bergabung. Ini penting untuk memastikan kedepannya agar tidak ada komplain dari orang yang diundang. Banyak admin group yang asal mengundang orang lain dalam grup dan akhirnya orang yang diundang memilih meninggalkan grup saat itu juga.

Itulah berbagai lika-liku yang sering muncul dalam grup WA. Semoga dapat menjadi bahan sharing bagi sahabat Kompasiana yang juga merasakan hal sama.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun