Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

[Pengalaman Horor] Mengapa Bayi Itu Menerorku?

16 Juni 2020   13:30 Diperbarui: 16 Juni 2020   14:06 659
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Bayi. Sumber Situs Terlajak Over

"Kamu cerita aja, kenapa? Kamu sempat lihat hantu? Tanyaku ulang

"hmmm, klo ku cerita. Kamu jangan ngerasa aneh ya?" pintanya serius

"Tenang aja". Jawabku seperti orang kebayangan ketika diminta berjanji untuk tidak cerita. Ku yang tadinya santai mengerjakan tugas kini mulai serius mendengarkan

--- Dia Mengangguku ---

"Aku beberapa bulan ini sering mimpi aneh" Ujar Rani dengan serius

" Masa aku mimpi tengah malam kebangun trus mau buang air kecil tapi waktu buka pintu toilet, aku syok. Aku lihat ada bayi nangis diatas kloset" Ceritanya lagi. "Kamu taukan kloset jongkok, nah itu bayi tiba-tiba nangis diatas kloset itu".

"Lah kok aneh ya" Pertanyaanku tiba-tiba nyeletuk seketika

"Iya aku juga ngrasa gitu. Tapi ini mimpi bukan cuma sekali. Tapi sering" kata si Rani dengan mimik serius

"Ah kok bisa?"

"Iya aku takut banget. Pernah ku mimpi kaya gitu lagi tapi sedikit beda" katanya agak takut. Aku mimpi tiba-tiba muncul cewek kuntilanak. Wajahnya kaya di tv tapi ekspresinya marah sambil gendong tu bayi"

"Mungkin itu bayinya si kuntilanak. Siapa tau mereka dulu pernah tinggal di tempat kosmu sebelumnya meninggal" jawabku penuh dengan analisis dadakan.

"Ga tau juga cuma bayi ini kaya tumbuh gitu ndra. Jadi pertama ku liat masih bayi baru lahir. Trus beberapa kali mimpi berikutnya ini bayi dah bisa ngerangkak"

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun