Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Worklife Pilihan

Sudahkah Anda menjadi Pemimpin yang Baik? Kenali hal-hal ini

22 Mei 2020   13:59 Diperbarui: 22 Mei 2020   14:19 473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Pemimpin Baik (Sumber gambar ex-school.c0m)

Banyak orang memiliki mimpi menjadi pemimpin baik itu sebagai manager atau direktur dalam perusahaan, hingga kepala negara sekalipun dalam tatanan pemerintahan.

Pemimpin memiliki jangkauan yang lebih luas karena menguntip dari beberapa sumber pemimpin dapat diartikan sebagai seseorang seseorang yang mengatur, mengarahkan atau mengendalikan orang lain seperti yang diinginkan (sumber klik disini).

Tidak heran jika seorang suami yang dapat mengendalikan anggota keluarganya pun dapat dikatakan sebagai pemimpin.

Bagi mereka yang memiliki mandat sebagai pemimpin, pernahkah berpikir, sudahkah kita menjadi pemimpin yang baik? Pemimpin baik tentu akan mengatur dan mengendalikan bawahannya untuk bisa mencapai tujuan bersama, menghasilkan luaran yang positif serta mampu mengembangkan bawahannya menjadi lebih baik.

Saya pun beberapa kali sempat diberikan kepercayaan sebagai pemimpin baik dalam kepanitian ataupun organisasi selama sekolah dan kuliah hingga saat ini dalam dunia bekerja (profesional). Pertanyaan diatas pun seringkali ikut membayangi, jangan-jangan saya belum bisa menjadi pemimpin baik karena yang mampu memberikan penilaian adalah orang lain khususnya yang menjadi bawahan kita.

Tapi setidaknya dari pengalaman dan beberapa literatur yang saya baca. Saya ingin sharingkan seperti apa pemimpin yang baik untuk team ataupun bawahannyadi dalam keluarga, organisasi ataupun dunia kerja.

Posisikan Diri Sebagai Bawahan

Banyak penilaian yang muncul dari bawahan kepada atasan tentang cara ia memimpin atau membuat sebuah keputusan. Tidak sedikit akan ada penilaian bahwa pemimpin ini arogan, pemimpin ini otoriter, pemimpin ini plinplan dan sebagainya. Terlepas kita ingin menciptakan karakter tersendiri dalam diri kita namun perlunya kita juga ikut memposisikan diri sebagai bawahan. Mengapa?

Ketika ketika berada di posisi sebagai supervisor/leader, ingatlah bahwa posisi itu masih berada dibawah manager. ketika ketika berada di level manager, ingat pula masih ada direktur diatas kita. Begitupun seterusnya, ketika kita pernah berada diposisi bawah hingga seiring waktu mampu menempati disuatu level tertentu. Sebenarnya kita telah memiliki modal dasar yaitu pengalaman sebagai bawahan.

Pemimpin yang baik tentu akan mengarahkan atau membuat kebijakan dimana bawahannya dapat memahami dan menjalankan instruksi tersebut. Sebagai contoh, seorang pimpinan membuat kebijakan untuk bagian pengamanan (security) bahwa hanya diberlakukan 2 shift yang artinya mereka harus bekerja selama 12 jam. Opsi yang diberikan, ikuti aturan tersebut atau resign.

Seorang bawahan (security) paham sebenarnya instruksi tersebut sudah melanggar ketentuan UU Ketenagakerjaan tentang jam kerja namun adanya opsi yang diberikan membuat mereka mematuhi dan menjalankannya karena mereka sadar susahnya mencari pekerjaan.

Kebijakan yang dikeluarkan memang kurang tepat. Kenapa? Seorang pemimpin khususnya dalam dunia kerja paham akan ada aturan UU Ketenagakerjaan tapi memilih untuk melanggar.

Tapi yang paling mendasar adalah, ketika kebijakan tersebut juga diterapkan kepada diri sendiri untuk juga kerja selama 12 jam. Apakah yang bersangkutan tetap bersedia tanpa protes? Jika tidak bersedia, maka ia dapat dianggap pemimpin yang kurang baik.

Hal yang paling sering dijumpai adalah pemimpin merasa memiliki kekuasaan penuh dan cenderung arogan dimana setiap kebijakannya harus dilaksanakan tanpa mempertimbangkan faktor A, B, C dan seterusnya. Intinya jika ia meminta A, maka harus A.

Ia tidak mau menempatkan diri sebagai seorang bawahan atau setidaknya mempertimbangkan posisi bawahan sebagai pelaksana dari kebijakan tersebut.

Seandainya ia bisa menempatkan diri bahwa jika saya diposisi yang menerima kebijakan tersebut, apa yang harus dilakukan?

Baiklah instruksi tersebut tetap ada, maka ia perlu mempertimbangkan penambahan jam libur atau penambahan personil yang jaga atau tambahan tunjangan sehingga orang yang menjalakan tetap melakukan instruksi tanpa ada ganjalan di hati.

Pemimpin yang Baik memikirkan Pengembangan Diri dan Psikogis Anak Buahnya

Setiap orang pasti ingin berkembang dan menghindari tekanan dalam banyak hal. Seorang pemimpin baik perlu mengetahui hal ini.

Contohnya manajer sales mengadakan training pengembangan kemampuan marketing untuk divisinya atau Manager HRD memberikan pembekalan leadership kepada karyawan di perusahaannya. Karyawan seringkali menilai dunia kerjanya terasa stagnan dan tidak berkembang di perusahaannya saat ini. 

Pemimpin Ideal. (Sumber gambar Alona.co.id)
Pemimpin Ideal. (Sumber gambar Alona.co.id)

Pemimpin juga harus peka terhadap kondisi psikologi anak buahnya apabila jika bawahan dalam situasi tekanan tinggi atau tugas yang diberikan diluar kemampuannya.

Apa yang bisa dilakukan?

Pernah saya membelikan 1 kotak donat untuk dibagikan ke team kerja. Terasa sederhana tapi cukup membuat mereka senang dan melupakan sejenak kelelahan bekerja. Jika memungkinkan ajaklah team untuk menghabiskan waktu bersama untuk mencairkan suasana sehingga tidak adanya jarak yang terlalu lebar antara atasan dan bawahan.

Saya pernah melihat atasan saya memberikan uang beberapa ratus ribu kepada bawahannya yang diinfokan sedang bingung mencari uang untuk biaya bersalin istrinya.

Saya ingat betul ucapan terimakasih yang tulus dari staff karena bagi kita uang tersebut tidak seberapa namun jika dalam kondisi tertentu terasa begitu berharga. Bukan karena nilai materi tapi niat dan kepedulian atasan akan kesusahan bawahannya yang patut diancungi jempol.

Hindari Urusan Pribadi dan Kerjaan/Tugas

Hal yang paling dibenci bawahan adalah ketika pimpinannya mencampurkan urusan pribadi dalam dunia kerja. Hal kecil seperti atasan marah-marah saat baru sampai di kantor ternyata habis bertengkar dengan istri.

Atasan memberhentikan atau memutasi bawahan karena ketidaksukaan secara personal, saling sikut antar rekan kerja dan sebagainya menandakan bahwa mereka bukanlah pemimpin yang baik. Profesionalitas menjadi titik kunci karena ia mampu memilah mana urusan pribadi ataupun pekerjaan.

Apabila suasana hati dalam kondisi kurang menyenangkan sebaiknya tenangkan diri sejenak dalam ruang tertutup agar orang lain mengetahui bahwa anda membutuhkan waktu seorang diri. Jika memang ada bawahan yang dinilai kurang mampu diajak kerjasama, ajaklah berdiskusi agar suasana kerja juga tetap terjaga.

Hindari untuk melakukan tindakan seperti pemutusan hubungan kerja, mutasi atau memberikan sanksi karena faktor ketidaksukaan personal karena kita tidak tahu, saat ini anda mungkin atasan tapi bisa jadi dikemudian hari mereka yang saat ini menjadi bawahan dapat menjadi atasan anda. 

Banyak hal lain yang perlu diperhatikan agar kita dapat menjadi pemimpin yang baik. Hal mendasar bahwa ketika kita bisa menjadi pemimpin yang baik maka segala visi dan misi bersama pasti lebih mudah terwujud. Tidak hanya itu pemimpin yang dapat bertindak dengan arif dan bijaksana tentu pahala besar dan dijanjikan akan menjadi bagian dalam penghuni surga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun