Seorang bawahan (security) paham sebenarnya instruksi tersebut sudah melanggar ketentuan UU Ketenagakerjaan tentang jam kerja namun adanya opsi yang diberikan membuat mereka mematuhi dan menjalankannya karena mereka sadar susahnya mencari pekerjaan.
Kebijakan yang dikeluarkan memang kurang tepat. Kenapa? Seorang pemimpin khususnya dalam dunia kerja paham akan ada aturan UU Ketenagakerjaan tapi memilih untuk melanggar.
Tapi yang paling mendasar adalah, ketika kebijakan tersebut juga diterapkan kepada diri sendiri untuk juga kerja selama 12 jam. Apakah yang bersangkutan tetap bersedia tanpa protes? Jika tidak bersedia, maka ia dapat dianggap pemimpin yang kurang baik.
Hal yang paling sering dijumpai adalah pemimpin merasa memiliki kekuasaan penuh dan cenderung arogan dimana setiap kebijakannya harus dilaksanakan tanpa mempertimbangkan faktor A, B, C dan seterusnya. Intinya jika ia meminta A, maka harus A.
Ia tidak mau menempatkan diri sebagai seorang bawahan atau setidaknya mempertimbangkan posisi bawahan sebagai pelaksana dari kebijakan tersebut.
Seandainya ia bisa menempatkan diri bahwa jika saya diposisi yang menerima kebijakan tersebut, apa yang harus dilakukan?
Baiklah instruksi tersebut tetap ada, maka ia perlu mempertimbangkan penambahan jam libur atau penambahan personil yang jaga atau tambahan tunjangan sehingga orang yang menjalakan tetap melakukan instruksi tanpa ada ganjalan di hati.
Pemimpin yang Baik memikirkan Pengembangan Diri dan Psikogis Anak Buahnya
Setiap orang pasti ingin berkembang dan menghindari tekanan dalam banyak hal. Seorang pemimpin baik perlu mengetahui hal ini.
Contohnya manajer sales mengadakan training pengembangan kemampuan marketing untuk divisinya atau Manager HRD memberikan pembekalan leadership kepada karyawan di perusahaannya. Karyawan seringkali menilai dunia kerjanya terasa stagnan dan tidak berkembang di perusahaannya saat ini.Â