Terbukti saat pengakuannya, Pak Amir menyatakan uang yang terkumpul dan tersimpan di ATM selama aksi jalan kaki ini sudah hampir mencapai 74 juta. Jumlah yang fantastis.
Pelajaran apa yang dapat kita ambil dari fenomena ini?
Netijen hingga wartawan seakan terkecoh dengan informasi yang beredar secara cepat. Bukan rahasia umum bila masyarakat begitu mudah terpancing tentang informasi yang dibungkus dengan kisah perjuangan, penderitaan, penzoliman, ataupun kisah lainnya yang dianggap informasi ini harus segera disebarkan atau diviralkan agar masyarakat mengetahuinya. Ini pula yang terjadi pada kisah Pak Amir.Â
Disaat informasi yang beredar begitu inspiratif dimana hadirnya kisah ketulusan seseorang untuk bertemu ibunya di Banyuwangi sehingga rela berjalan kaki dari Medan serta bentuk syukur yang luar biasa kepada Tuhan atas berkat kesembuhan yang dirasakan menjadi "Bumbu yang sedap" bagi seorang netijen ataupun wartawan untuk menyebarkan informasi ini melalui pemberitaan ataupun share di sosial media.
Saya menyatakan bahwa ini menjadi tamparan keras bagi kita semua dimana justru kita baru mencari mencari kebenaran setelah sekian lama pemberitaan Pak Amir tersebar hingga viral.Â
Padahal kenyataannya, sang ibu justru masih berada di Sumatera Utara (kronologis detail klik disini). Sangat disayangkan memang ketika orang tua justru dijadikan alasan untuk mendapat simpati dari masyarakat akan aksi Pak Amir. Kebohongan ini baru terbongkar ketika dirinya sudah berada di Daerah Besuki, Situbondo yang jaraknya sudah tidak terlalu jauh lagi dari Banyuwangi.Â
Tidak hanya itu, terbongkarnya lokasi sang ibu sebenarnya masih ada di Sumatera Utara memunculkan kebohongan lain yang menyatakan alasan ke banyuwangi untuk mengunjungi teman lama yang tinggal di Ketapang. Namun ketika relawan mengantar ke alamat yang dituju, tidak ada kawan Pak Amir yang tinggal disana.Â
Entah hanya Pak Amir sendiri yang tahu maksud dari alasannya tersebut. Seandainya pengkroscekan informasi dapat segera dilakukan ketika berita baru viral mungkin masyarakat tidak akan terlalu terbohongi.
Tamparan berikutnya adalah, aksi Pak Amir tentu akan berdampak pada keraguan kita akan kisah perjuangan orang lain. Bagaimana tidak, aksi yang dilakukan selama 2 bulan ini justru bisa mendapatkan bantuan secara luar biasa dan bernilai fantastis. 74 juta terkumpul dalam waktu tergolong singkat dan didapatkan dari masyarakat yang bersimpati dan berempati.Â
Ada perasaan sesak di dada ketika membaca berita yang menuliskan bahwa Pak Amir menyesal membohongi masyarakat dan akan menggunakan uang yang diterima dengan sebaik-baiknya khususnya untuk membuka usaha di kampung halaman (berita klik disini).Â
Meskipun banyak donatur yang ikhlas memberikan sumbangan kepada Pak Amir namun cara yang dilakukan oleh Pak Amir terkesan sangat tidak terpuji. Dampaknya adalah ketika suatu saat muncul aksi serupa dan ternyata memang dilakukan apa adanya.Â