Pengajuan pengunduran diri (resign) adalah hal biasa dalam dunia kerja. Ini bisa terjadi oleh siapa saja dengan golongan mulai dari level bawah, staff hingga top manajerial disebuah perusahaan atau instansi. Banyak alasan yang melatarbelakangi pengunduran diri tersebut mulai dari jenuh, tidak sesuai dengan kemampuan/latar belakang pendidikan, konflik internal dengan atasan/teman sekantor, menikah atau ada larangan dari pihak lain.
Keputusan untuk resign dari sebuah pekerjaan memang sebaiknya dilakukan dengan pertimbangan yang matang. Ironisnya banyak pekerja justru mengajukan surat pengunduran diri karena emosi sesaat atau adanya perubahan situasi hati yang membuat dirinya merasa kurang nyaman untuk berkerja saat itu. Permasalahan dalam kondisi ini cenderung mengakibatkan penyesalan dikemudian hari.
Sejujurnya saya pun pernah berada pada posisi hati yang labil sehingga pernah berpikir untuk pengajuan resign setidaknya hal itu sempat terjadi 2 kali. Namun apa yang membuat saya justru mengurungkan niat?Â
Ini tidak terlepas dari masukan positif dari teman maupun keluarga hingga adanya pendewasaan diri yang membuat saya berpikir lebih matang sudah tepatkah saya mengundurkan diri. Saya ingin berbagi pengalaman dan masukkan positif yang saya terima sehingga mungkin dapat bermanfaat bagi sobat yang saat ini tengah berada di persimpangan antara harus resign atau tidak dari tempat kerja saat ini.
Seseorang yang tengah berada pada situasi mood labil akan cenderung bersikap, pokoknya saya harus resign saat ini atau bulan ini namun belum memiliki pekerjaan pengganti. Ingatlah mencari pekerjaan saat ini tidaklah mudah. Banyak kasus dimana ketika seseorang resign ternyata membutuhkan waktu lama untuk mendapatkan kerja kembali atau banyak dari mereka akhirnya tidak mendapatkan pekerjaan lagi yang kemudian muncul perasaan stres/depresi.
Ketika kita mengajukan pengunduran diri maka secara otomatis pemasukan kita akan terhenti dari perusahaan tersebut. Permasalahan muncul ketika kita belum mendapatkan pekerjaan pengganti namun kebutuhan harian selalu ada. Jalan pintas yang sering dilakukan adalah menggunakan isi tabungan atau menjual barang berharga untuk memenuhi kebutuhan selama mengganggur.Â
Bayangkan jika ternyata selama 1 tahun sobat belum mendapatkan pekerjaan baru dan tidak memiliki pemasukkan. Hal terburuk adalah sobat akan menjadi "benalu"yang berusaha menggantungkan diri kepada orang lain baik itu orang tua, saudara ataupun teman sendiri. Sudah siapkah sobat akan situasi tersebut? Jika belum siap, pikirkan kembali untuk resign.
2. Resign karena Tidak Nyaman dengan Teman Kerja
Bila sobat mengajukan resign karena alasan ini, saya memberikan 2 pertimbangan yang mungkin bisa berguna. Pertama, setiap lokasi kerja pasti setidaknya ada 1 orang yang memiliki sikap yang bertentangan dengan kita seperti judes, merasa paling benar, terkesan senioritas, terkesan iri hati, suka membicarakan keburukan kita, atau tidak bisa bekerjasama dalam tim.
Ketika sobat resign karena kondisi itu dan berharap di tempat kerja akan mendapatkan teman baru yang baik serta tidak ada sosok yang menyebalkan seperti di tempat sekarang. Bersiaplah akan kemungkinan terburuk dimana harapan tersebut runtuh 100 persen.
 Pasti akan ada sosok seperti itu dimanapun kita berada, mungkin bukan saat ini tapi nanti beberapa saat kemudian. Kedua, sobat sudah merasa lelah hati untuk meladeni sikap teman kerja yang sangat berseberangan dengan anda. Ini tandanya sobat belum memiliki karakter pemimpin karena merasa ingin setiap orang bersikap baik pada anda.Â
Patut digarisbawahi bahwa seorang pemimpin yang baik belum tentu disukai oleh semua orang apalagi sobat yang hanya seorang pekerja biasa sudah pasti akan ada yang tidak menyukai.
Menyikapi hal tersebut, sobat hanya perlu berpikir bahwa ini menjadi tantangan untuk pendewasaan diri dan melatih jiwa seorang pemimpin. Tantangan adalah bagaimana menjadikan orang yang berseberangan bukan menjadi penghalang namun menjadi penyemangat diri.Â
Saya pernah berada di kondisi kesal dengan teman kerja hingga merasa tidak nyaman lagi bekerja. Entah kenapa seiring waktu justru orang yang dulu membuat saya kesal bisa menjadi sosok yang dekat dan bisa diandalkan.Â
Ini membuktikan bahwa waktu bisa membalikkan semua. Hal terbaik adalah mulai berpikir bagaimana menjadikan orang yang berseberang dapat menjadi sosok yang searah dengan jalan anda. Itu lebih bijak dibandingkan harus resign karena hal tersebut.
3. Ingin Resign karena Atasan yang Menyebalkan
Tidak dipungkiri seringkali akan menemukan sosok atasan yang menyebalkan seperti suka menyuruh, tidak peka terhadap bawahannya, suka marah, hingga selalu memberikan beban kerjaan yang berlebih. Selagi masih dalam koridor pekerjaan dan profesionalitas maka masih dapat kita menyikapi dengan hal bijak.
Saya pernah diberi tugas untuk bertanggung jawab dalam distribusi namun seiring waktu tugas bertambah mengurusi perawatan kendaraan, administrasi, pembelian sparepart hingga menanggapi komplain dari konsumen karena pengiriman. Apa yang membuat saya bertahan dengan kondisi itu? Berusahalah mencintai pekerjaan anda.Â
Terkesan klise memang tapi justru kita sudah mampu mencintai pekerjaan kita maka segala tugas akan mampu kita kerjakan tanpa banyak mengeluh.Â
Saya berusaha menanam mindset, ok apa tugas yang diberikan oleh atasan akan saya coba lakukan dulu. Saya baru bilang tidak mampu jika sudah melakukan ternyata memang tidak bisa.Â
Kemampuan ini saya dapatkan karena pengalaman dari tugas yang diberikan oleh atasan. Jadi jika sobat resign karena alasan atasan yang menyebalkan (terutama memberikan tugas/tanggungjawab yang berlebih), pahami bahwa itu demi kebaikan sendiri. Kelak jika sobat dipercaya sebagai pemimpin justru paham tentang tugas bawahan sehingga lebih bijak dalam bersikap. Belajarlah dari pengalaman.
4. Tidak ada Jenjang Karir yang Menjanjikan
Pahami dulu mengapa karir sobat terasa stagnan, apakah memang perusahaan memang tidak menyediakan karir yang tinggi? apakah posisi sobat saat ini bukan posisi yang strategis (misal admin, office boy, atau customer service dsb) yang membuat potensi jenjang karir kecil atau justru kompetensi sobat memang belum memenuhi untuk mendapatkan posisi karir yang lebih tinggi?
Pikirkan lagi jika memang berada diposisi ini. Salah satu cara bijak mengatasi kondisi ini, cobalah untuk meningkatkan kemampuan diri sobat misalkan saat ini sobat posisi admin namun dalam waktu senggang mencoba belajar akutansi dari teman di divisi accounting atau sobat berada di posisi OB tapi iseng mendalami kemampuan komputer.Â
Ini justru memberikan peluang besar kedepannya karena ketika ada posisi kosong dan sobat merasa lebih menjanjikan, setidaknya ada nilai jual untuk menawarkan diri untuk mengisi posisi tersebut. Ingat tidak sedikit orang justru loncat divisi karena adanya peluang dan kemampuan yang dimiliki.Â
Saya ingat ada admin jurusan yang ternyata dahulu adalah seorang parkir. Ketika ditawarkan posisi itu, dia berusaha keras belajar komputer dan teknik desain gambar. Alhasil, orang di jurusan baik dosen hingga mahasiswa tergantung pada beliau bila terkait administrasi. Masa depan tergantung dari seberapa besar usaha anda untuk merubahnya.
5. Resign karena Terhalang Ijin Keluarga
Kendala ini memang cukup pelik mengingat restu adalah pelancar jalan kita dalam bertindak. Banyak seorang wanita yang harus resign setelah menikah karena sang suami tidak memberikan ijin untuk bekerja atau seorang anak harus resign karena orang tua lebih menginginkan dirinya di posisi lain. Bila hati sobat ingin tetap bertahan di pekerjaan dan posisi sekarang.Â
Kunci terbaik adalah memberikan penjelasan misalkan pemasukan 2 orang lebih bisa menjadi tumpuan bila hanya bergantung pada pemasukan 1 orang atau ungkapkan bahwa sobat ingin mandiri dan sudah mencintai posisi dan pekerjaan saat ini. Keterbukaan tidak menutup peluang menghasilkan Harapan.
Bagi saya rencana untuk resign adalah hak semua orang namun sangat disayangkan bila keputusan itu diambil karena urusan pribadi dan tergesa-gesa. Ingatlah kata pepatah, Nasi telah menjadi bubur artinya penyesalan terjadi setelah hal buruk terjadi. Sebelum hal itu terjadi, pertimbangkan secara baik-baik dan mintalah saran dari keluarga/sahabat agar keputusan yang diambil tepat dan tidak disesali. Ditunggu sharing pengalaman di kolom komentar. Terimakasih
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H