Mohon tunggu...
Muhammad Indra
Muhammad Indra Mohon Tunggu... Guru -

Pena (Penulis Enerjik SMKN 5 Kepahiang) Esemka-v di SMKN 5 Kepahiang Prov Bengkulu. FB : indram24@yahoo.com TW : @pak_in_baelah TLP : 081278949555

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Cacing Jadi Naga

19 Juni 2016   00:25 Diperbarui: 19 Juni 2016   00:42 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dari kata-katanya itu, dalam fikiranku terbayang kisah sedih keluarganya. Ya... kalau dihitung-hitung, dia masih famili. Dia adalah anak kakak wanitaku yang tertua. Jadi, dia adalah keponakan. Dalam cerita sedih yang sedang diutarakannya padaku, aku tidak menghiraukan ceritanya itu-walaupun aku mengangguk-anggukkan kepala sebagai tanda bahwa aku memperhatikannya-melainkan mengenang nostalgia keluarganya.

Dahulu, dapat kukatakan kalau keluarganya adalah keluarga kaya. Papanya seorang supir perusahaan. Antar jemput penumpang dengan kendaraan elit. Kalau datang ke rumah kami, ia selalu membagi-bagikan uang kepada adik-adiknya, termasuk diriku. Mamanya seorang bidan. Kalau dipintai uang, begitu mudah memberi. Dengan demikian, menurut terkaanku, tampaknya mereka hidup dengan serba kemewahan dan hidup bahagia.

Namun barangkali sudah nasibnya, kemalangan menimpa keluarga lelaki gemuk di hadapanku. Papanya tabrakan. Mobil sedan yang dikendarainya di tabrak oleh bus dan truk. Bus menabrak bagian belakang dan truk bagian depan. Jadi, , posisi mobil yang dikendarai papanya lelaki gemuk di hadapanku berbentuk seperti perahu, bengkok, dan tidak lagi berbentuk mobil. Penumpangnya banyak yang meninggal. Papanya masih hidup, walaupun tubuhnya cacat. Bagian paha dan betis Kedua kakinya harus di amputasi beberapa senti karena ada kerusakan, lalu disambung kembali.

Sejak kejadian itulah, kesialan demi kesialan menimpa keluarganya. Harta habis untuk membiayai pengobatan papanya. Ketika dalam pengobatan, papanya begitu rajin beribadah. Sholatnya selalu tepat waktu. Namun ketika setelah sehat dan kembali menjadi supir-walaupun jalannya sudah tidak sempurna lagi, dan juga dahulu saat ia menjadi supir perusahaan-tidak lagi mengerjakan sholat. Bahkan ia pernah dijebak istrinya bermain serong. Sehingga akibatnya, ayahku menjual mobil itu dan papa lelaki gemuk di hadapanku menjadi seorang pengangguran tetap sampai kini.

Selain itu, mereka telah menjual rumah warisan milik ayah. Ayah begitu marah mendengar berita itu. Namun apa yang mau di kata, nasi sudah menjadi bubur. Dan kasih orang tua tidaklah sepanjang penggalan. Ayah mengikhlaskan semua itu. keluarga lelaki gemuk atau keponakanku ini pindah ke luar kota, tinggal di sebuah perkampungan yang kumuh dan terpencil. Keluarganya memulai hidup baru. Keponakanku ini tidak ikut mereka, tetapi melanjutkan kuliah dengan modal badannya sendiri; alias modal dengkul. Sejak berpisah, ia tidak mau menyusahkan keluarganya dan Ia bertekad, tidak ingin menyusahkan orang lain juga ingin menjadi orang yang sukses segala hal.

Dia, pemuda di hadapanku, pernah bercerita, sejak berpisah dengan keluarga, untuk biaya hidup dan biaya kuliah, terpaksa harus menjadi anak jalanan. "Aku menjadi agen malam, jual beli teve, bersahabat dan tinggal di rumah teman-teman yang berduit, bahkan aku pernah menjadi pacar seorang pelacur. "

"Apakah dengan demikian kau bisa hidup?"

"Ya seperti kau lihat sekarang," timpalnya sembari merentangkan kedua tangan, "Aku sudah punya motor bagus, punya pekerjaan, dan punya pacar anak orang kaya." Ia bangkit dari menyandarkan punggung seperti hendak bicara serius. "Om. Sepertinya nasibku ini bagus, walaupun banyak rintangan. Selain itu, apa yang terbersit dalam hatiku, suatu saat akan terwujud."

"Buktinya?" tanyaku.

"Dahulu aku ingin sekali punya jaket levis. Lama kelamaan bisa terwujud dan sekarang bisa kau lihat sendiri. Nii..." ia memegang jaket levis yang dikenakannya dan menunjukkan padaku. "Dahulu aku ingin punya tape, salon besar, kulkas, teve, VCD, kini sudah terwujud. Dahulu aku ingin naik motor dengan memakai jaket levis ini lengkap dengan HPnya, sekarang telah terwujud walaupun rentang waktunya lama. Selain itu, apabila aku melihat jalan yang belum pernah kulalui dan terbersit dalam hatiku ingin mengetahui ke manakah arah jalan itu, suatu saat pasti akan terwujud, kendatipun waktu untuk mewujudkannya cukup lama. Seperti..."

Ia myenebutkan jalan ini dan jalan itu, aku tidak tahu jalan-jalan yang dimaksudnya. "Kini aku sudah mengetahui ke manakah arah jalan itu. Sepertinya memang apa yang kuinginkan bisa terwujud, walaupun waktunya begitu lama."

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun