“Tapi Pak, apakah tidak ada pertimbangan lain dari latar belakang anak ini sekarang. Kan sudah saya jelaskan masalahnya kenapa si Ari ini dari kemaren-kemaren? Lagipula sisa pelajaran produktif yang belum ada nilainya. Masa tidak ada belas kasihannya ke anak ini Pak? Begitu tega memindahkannya dari sekolah hanya gara-gara satu nilai?”
“Iya Pak, saya tahu. Tapi ini sudah keputusan kami.” Potongnya, tanpa mengurangi sok wibawa dan idealisnya sedikitpun.
“Kalau begitu saya bawa masalah ini ke kepala sekolah.”
“Silahkan.”
Ardi bergegas mengajak Ari ke ruang kepala sekolah. Pikirnya, masa masalah sepele seperti ini harus kepala sekolah yang turun tangan. Ah ada baiknya bertemu Pak Bambang atau Pak Zubir terlebih dahulu. Siapa tahu ada solusinya. Namun keduanya tidak mampu mengatasi keputusan segelintir guru produktif tadi dengan alasan, bahwa mereka memang tidak bisa diajak kerja sama. Oleh karena itu, Ardi langsung tancap ke ruang kepala sekolah. Ari disuruhnya menunggu di luar. Paras sedihnya terlukis jelas.
Tanpa mengurangi rasa hormat, meski kepala sekolah sedang sibuk menanda tangani banyak laporan nilai siswa, Ardi nekat menyerauak masuk ke ruang Pak Syaiful, kepala sekolah, yang cukup terkenal kebijakan dan petuah-petuahnya. Orang yang paling disegani di sekolah. Ardi yakin beliau pasti mampu menyelesaikan masalah ini.
Usai mengutarakan maksud dan penjelasan tentang Ari, wajah Pak Syaiful berubah. Emosi terlukis jelas. Raport yang sedang ditanda tangani diabaikan. Tamu-tamu yang sedang berkunjungpun tak dipedulikan.
“Panggil mereka kemari!” Perintah Pak Kepala ketus.
“Siap Pak,” sahut Ardi cepat dan langsung bergegas menemui dan menyampaikan perintah Pak Syaiful kepada Pak Adil dan orang-orang yang telah membuat keputusan atas ketidaksanggupannya lagi mendidik Ari.
Ardi di pekarangan sekolah menemani Ari. Bukan maksud ingin menjadi pahlawan. , bukan maksud mendapatkan uang, atau pamrih. Hanya ingin memperjuangkan keibaan seorang guru kepada siswanya yang benar-benar ingin menyelesaikan pendidikannya.
Tak lama kemudian Ardi dipanggil ke ruang kepala sekolah. Tamu-tamu duduk di sebelah kiri Pak Kepala. Guru-guru yang tadi di panggil, Pak Adil, Pak Ijal, dan Pak Arizona duduk di satu kursi panjang. Seperti orang-orang yang sedang di sidang. Ardi dipersilahkan duduk di sebelah kanan Pak Kepala.