Mohon tunggu...
Indra Jatmiko
Indra Jatmiko Mohon Tunggu... -

freelance writer http://all-side.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Surat untuk yang (Merasa) Terhormat

4 Juni 2010   02:50 Diperbarui: 26 Juni 2015   15:46 87
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dan, alhamdulillah, sedikit demi sedikit tabungan saya sudah cukup untuk mengawali mahligai rumah tangga. Saya pun mempersunting gadis yang menjadi pujaan hati saya. Meskipun ia hanyalah gadis desa, namun ketakwaannya tidak perlu diragukan lagi. Bila anda tahu, anda pasti akan berdecak kagum. Saya jamin itu!

Singkat cerita, istri tercinta saya sudah mengandung. Ia dalam kondisi hamil tua. Dan kami telah mempersiapkan segala sesuatunya dengan baik. Perlengkapan baby. Mulai dari tempat tidurnya. Pakaiannya. Sepatunya. Dan, tentunya, namanya. Karena dalam pengecekan USG diketahui jenis kelaminnya adalah laki-laki, maka kami berencana untuk memberikan nama seperti nama anda. Agar kelak menjadi pemimpin bangsa.

Namun, hari itu tiba.

Hari dimana istri saya akan melahirkan. Saya sengaja mengambil cuti pada hari itu, karena hari itu terasa sangat spesial bagi saya. Bagi saya yang akan menjadi seorang bapak. Betapa bahagianya. Seperti yang anda rasakan ketika menjadi bapak. Menegangkan bukan?

Mobil kutancapkan. Tidak terlalu cepat, tidak pula lambat. Karena saya khawatir bila istri saya melahirkan di mobil. Dan saya telah memperhitungkan semuanya dengan matang. Dengan amat sangat baik. Saya pun seolah menjadi preman Jakarta. Tahu seluk-beluk jalanan tikus-nya. Namun, ditengah perjalanan istri saya berteriak. Ternyata bayi dalam kandungannya ingin segera menghirup udara bebas. Saya pun panik. Anda pun pasti demikian. Istri saya terus meraung-raung. Berkeringat dingin. Ah, tak ingin lagi saya menggambarkannya.

Namun, anda hadir. Anda bersama budak-budak anda. Mobil saya pun terjebak kemacetan yang anda buat. Kanan-kiri mobil telah dihimpit oleh sepeda motor, yang benar-benar tidak dapat bergeser satu senti pun! Petugas anda begitu lama mengatur jalanan agar menjadi lengang. Saya kaget. Istri saya mengeluarkan darah. Saya berencana membuka jendela, namun udara Jakarta tidak bersahabat. Asap ada dimana-mana. Saya semakin panik! Karena anda belum lewat juga! Tersiar kabar, biasanya anda lewat kurang lebih 5-10 menit setelah keadaan lengang. Hendak keluar mobil, benar-benar tidak bisa! Manusia-manusia Jakarta sudah tidak mempunyai perasaan! Mereka sudah tidak peduli!

Kepala sudah keluar!!!

Anda sedang melintas. Cukup panjang paradenya. Saya tidak peduli! Apakah anda peduli dengan keluarga saya??!!!!!

Parade anda telah usai. Namun lalu lintas masih belum berubah. Budak anda tidak bertanggung jawab! Setelah usai memporak-porandakan lalu lintas dan menanti parade usai, mereka langsung pergi begitu saja. Kurang ajar!

Saat itu, saya sudah tidak sanggup melihat kondisi istri saya. Saya hanya mampu menangis dan tidak dapat berpikir jernih. Pikiran saya hanya satu, Rumah Sakit Bersalin!

Namun, Tuhan berkata lain. Dalam perjalanan. Istri saya menghembuskan nafas terakhirnya. Dan, bayi yang baru saja dilahirkan, entah saya tak tahu mengapa, tidak tertolong juga.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun