Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Diary Pilihan

Sayonara, Hilman Hariwijaya San!

17 Maret 2022   00:05 Diperbarui: 17 Maret 2022   00:11 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Lokasi Benteng Inong Bale, Aceh | Foto oleh @hafidmanaf

Salwa Salamaki terkaget. Satu nama muncul di seluruh akun media sosialnya. Ditulis kakak-kakak kelasnya, teman-teman kakaknya, para pegiat literasi. 

Telah berpulang seorang novelis, Hilman Hariwijaya. Nama yang identik dengan LUPUS, novel paling laris tahun 1980an dan 1990an.

Salwa baru menginjak usia 30 tahun. Ia profesional. Bekerja di perusahaan minyak yang identik dengan laki-laki.

Salwa pernah membaca novel SAMAN karya Ayu Utami. Sosok misterius. Laki-laki gagah yang bekerja di anjungan minyak lepas pantai, berkeringat, berpikiran kritis, revolusioner, pun puitis dan melankolis dalam novel Saman itu yang membuat Salwa jatuh cinta kepada pekerjaan geologi itu.

Salwa membuka laman Ara Melodimen, sosok anonymous yang sudah lama ia kepo-in.

Eureka! 

Profil akun itu sudah berubah!  Tak lagi siluet!

Seorang laki-laki berkumis tipis berambut berombak di bagian depan. Membuka kancing baju bagian atas. Dengan pakaian Sekolah Menengah Atas jaman baheula. Kedua pangkal lengan dilipat. Seperti jagoan. Yang berbeda, lelaki remaja itu sedang memimpin rapat OSIS, Organisasi Siswa Intra Sekolah.

Seorang laki-laki yang membawa generasi kami kearah kemerdekaan atas tubuh kami, telah pergi. Lelaki yang membuat kami percaya bahwa rambut kami tidak wajib rapi, bak akademi militer.
Soedjatmoko, bahkan bersedia dikeluarkan dari sekolah kedokteran zaman Jepang, ketika rambut-nya hendak dibotakin oleh Kempeitai, polisi rahasia Jepang. Soedjatmoko menolak. Ia dikeluarkan dari sekolah kedokteran, bersama sejumlah kawannya. Ia membentuk tentara pelajar, bersama Mahar Mardjono.
 Dan Jepang sudah melakukan dalam rezim Tokugawa, selama era Restorasi Meiji, ketika kuncir para samurai diputus pedang.
 Selamat jalan, the Last of Samurai in my high school time, Hilman Hariwijaya San. Sayonara!.

  'Hmmmm. Wajah moderen seperti ini yang menjadi sosok pembebas bagi seorang Melodimen? Nggak salah?' batin Salwa, sambil memperbesar wajah Hilman.

'Astagaaaaaaa! Dan ini tampang anonymous ARA MELODIMEN itu? Culun bener? Berarti hari ini doi membuka identitasnya? Semacam declaration of independence men? Tampang ini kayaknya eike kenal? Siapa ya? Ah, nantilah eike tanya Paman Gober!' pekik Salwa.

Paman Gober adalah julukan Salwa dan teman-temannya kepada laki-laki asal Kepulauan Buru berdarah Yaman, lulusan Jurusan Geologi Universitas Morotai itu. Laki-laki yang sudah mulai ditumbuhi uban, dari rambut di kepala, jambang, dan kumis. Berusia di awal 50 tahun. Kata-katanya tajam, seperti parang yang digunakan Kapiten Pattimura dan Kapiten Jonker.

Bukan, Paman Gober tak seperti paman dari Trio Kwek Kwek dalam cerita Donald the Duck. Paman Gober ini tak menumpuk harta, tak juga pelit, tetapi mengoleksi segala jenis senjata dalam kepala, pikiran, dan kata-kata. Pedang, kelewang, badik, rencong, mandau, kujang, keris, rudus, sampai anak-anak panah beracun. Paman Gober mampu mengiris-iris siapapun orang yang berbicara dengannya, terutama teman-teman dekatnya yang segenerasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Diary Selengkapnya
Lihat Diary Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun