Sebetulnya juga terdapat kelompok keempat, tetapi lebih merupakan aliansi pemuda-mahasiswa ekstra kampus.Â
Penulis menemukan satu proposal yang ditujukan kepada penyandang dana, dalam dan luar negeri, untuk aktivitas mereka. Kelompok ini setengah LSM, setengah mahasiswa, dan banyak menyandarkan penghasilan dari pekerjaan-pekerjaan yang tercantum dalam proposal-proposal itu.Â
Kelompok inilah yang banyak membikin pusing aktivis-aktivis mahasiswa intra kampus, karena kebanyakan hanya menjadikan unsur kemahasiswaannya sebagai status untuk mendapatkan proyek diluar. Tak jarang mereka melakukan pindah-pindah kampus, atau menjadi mahasiswa abadi, agar status kemahasiswaannya tetap dan lama.
Secara garis besar, komponen-komponen mahasiswa itu terbagi dalam dua orientasi, yaitu menjadikan gerakan mahasiswa sebagai gerakan moral (apapun dampak politik-nya) dan menjadikan perjuangan kemahasiswaan sebagai gerakan politik.Â
Pilihan metode gerakannya juga dua, yaitu bergerak didalam sistem politik, atau berada diluar sistem politik. Uniknya mereka beranjak dari jargon yang sama, yaitu reformasi, sekalipun tujuan penggunaan jargon itu berbeda-beda.
Dari uraian ini sudah dapat diketahui, kenapa gerakan mahasiswa seperti kehilangan orientasi. Sebetulnya mereka tidak kehilangan orientasi, tetapi ketidaksamaan fokus gerakan karena tidak menemukan common enemy seperti Soekarno dan Soeharto, dulu.Â
Dengan ketidak-samaan fokus gerakan akan lebih mudah memantau ketika komponen A bergerak, pasti tembakannya kepada isu B, sekalipun kelompok, waktu atau organisasinya berbeda.
Konflik Amien-Gus Dur sudah menunjukkan secara telanjang, kelompok-kelompok mana saja yang tergabung dengan Gus Dur atau dengan Amien, dan ini sudah bukan rahasia lagi di kalangan politisi. PRD saja, yang banyak aktivisnya berasal dari mahasiswa, akhirnya terbelah dua akibat tidak tercapainya kompromi untuk menyikapi pemerintahan Gus Dur.
Dalam pandangan penulis, gerakan mahasiswa 98 tidak jauh lebih maju dari gerakan mahasiswa 66, sekalipun massa yang terlibat jauh lebih banyak. Terlibatnya massa dalam jumlah luar biasa itu adalah bagian dari kemajuan teknologi informasi dan bukan karena keberhasilan mahasiswa membangun jaringan.Â
Telepon, telegram dan TV ditahun 1966 masih terbatas, begitu juga media massa. Daya jangkaunya juga tidak terlalu luas. Makanya penulis menganggap bahwa gerakan mahasiswa 98 belum bisa dikategorikan sebagai suatu angkatan, tetapi hanya sebatas gerakan. Yang namanya gerakan akan berhenti, ketika objek yang memaksanya untuk bergerak sudah kalah.