Kependekaran dan kepandekaan justru membuat siapapun takut berhadapan dengan orang Minang, terutama di rantau. Para penjahat atau preman dari suku lain bakal berpikir berkali-kali, sebelum menantang anak-anak Minang berkelahi.
Kependekaran Si Midun jauh lebih diingat, ketimbang apa gelar akademik Sandy Nayoan. Ketika bertemu dalam sebuah acara penjurian organisasi kemahasiswaan dan kepemudaan di Kementerian Pemuda dan Olahraga, saya lebih senang berpose dalam posisi bermain silat dengan Sandy, ketimbang berdiskusi tentang Materialisme, Dialektika dan Logika.
Orang Minang tidak punya cara atau siasat guna menyerang dari belakang. Datang tampak muka. Pulang kelihatan punggung. Mau memintas orang hanyut? Pergi ke hulu, bukan ke hilir. Bagaimana mau menyerang, jika sikap ofensif.
Nasrul Abit punya sisi kependekaran itu. Betul, NA terlebih dahulu masuk menjadi Pegawai Negeri Sipil di Lampung, sebelum melanjutkan studi di Universitas Lampung. Lampung dalam tahun perantauan Nasrul adalah kisah suku-suku pemberani. Entah asal Banten, Bali, Bugis, atau Minang, sama-sama punya ilmu bela diri.
Nah, biar nanti saya elaborasi lagi. Sudah kepanjangan.
Jakarta, 22 Oktober 2020.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H