Hanya saja, kesulitan dalam membayar premi asuransi yang dibebankan kepada anggota legislatif terpilih membuat program itu seperti tak lagi berlanjut. Urusan pembuatan NPAPG baru terjadi ketika menjelang Pemilu atau Pilkada, guna memenuhi persyaratan sebagai calon anggota legislatif atau calon kepala daerah.
Selama sebelas kali mengikuti pemilu legislatif sejak 1971, Golkar mampu meraih tujuh kali juara satu dan empat kali runner up jika dihitung dari perolehan kursi di DPR RI. Jumlah perolehan kursi DPR RI Golkar enam kali mengalami penurunan, empat kali bertambah. Â
Dalam empat kali keikut-sertaan sebagai partai politik pengusung Capres dan Cawapres sejak Pilpres 2004, koalisi Partai Golkar kalah tiga kali dan berhasil satu kali.Â
Keunggulan komparatif yang dimiliki kader-kader Partai Golkar di legislatif, membuat status sebagai oposisi atau tidak duduk di kabinet hanya berlangsung sementara dalam tiga periode terakhir. Setiap menjelang pemilu dan pilpres, Partai Golkar selalu memiliki kader-kader utama yang duduk di kabinet.
Pemilu dan Pilpres 2019 membuka cerita baru bagi Partai Golkar. Sebagai runner up peraih jumlah kursi di DPR RI dan pemenang Pilpres dalam koalisi, Partai Golkar memiliki ruang gerak yang lebih leluasa. Beban mental sebagai 'partai politik yang tak bisa menghindar dari kursi kabinet' sama sekali hilang. Ibarat pertandingan bola, skuad Partai Golkar bukan hanya hadir sebagai pemain pengganti, melainkan sejak peluit pertama dibunyikan.
Apalagi, dalam fase penempatan kader-kader dalam tubuh DPR, DPD dan MPR, Partai Golkar nyaris dominan. Bukan saja berhasil menempatkan Bambang Soesatyo sebagai ketua MPR RI, Azis Syamsuddin sebagai Wakil Ketua DPR RI Bidang Polhukham, namun juga mampu menempatkan Fadel Muhammad sebagai Ketua Fraksi DPD RI dalam MPR RI, Mahyuddin sebagai Wakil Ketua DPD RI, bahkan juga La Nyalla yang merupakan kader KOSGORO sebagai Ketua DPD RI. Bisa dikatakan kelima nama itu adalah Pandawa Lima yang masih berada dalam naungan pohon beringin. Â
Usai pelantikan Presiden dan Wapres hari ini, kabar berikut yang hendak didengar atau dibaca oleh seluruh pemilih Partai Golkar adalah nama-nama yang masuk dalam Kabinet Indonesia Kerja Jilid II.Â
Perhitungan minimalis berdasar kekuatan dalam tubuh DPR RI paling tidak membawa tiga kader utama Partai Golkar duduk di kabinet. Maksimalis, empat kader Partai Golkar, ditambah dengan mereka yang masuk kategori kader fungsional atau belakangan disebut sebagai profesional.
Andai perhitungan 55% profesional (fungsional) dan 45% partai politik terlaksana dalam matrikulasi kabinet, bakal terdapat 18 nama dari profesional dan 16 nama dari partai politik. Tiga sampai empat nama dari Partai Golkar sudah merupakan amanah yang besar. Beban yang berada di pundak mereka, seusia 55 tahun Golkar.Â
Mereka bukan hanya wajib menjadi eksekutor utama dari program-program negara kesejahteraan (welfare state) yang dicanangkan Partai Golkar, tetapi juga disertai dengan harapan akar, batang, dahan, ranting, daun, hingga bunga, buah dan pucuk pohon beringin tua ini tetap kuat dan rimbun.
Di luar itu, sebagai organisasi kepartaian yang paling maju, moderen, serta punya nuansa dialektika yang terbuka, serta terikat dalam suksesi lima tahunan yang mapan, Partai Golkar seyogianya makin menonjol dalam panggung pertaruhan ideologi politik kelas dunia. Â