Dan terjadilah pemilihan itu. Tiga orang Calon Sekretaris Jenderal yang berasal dari UI, Universitas Gajah Mada dan Universitas Udayana. Walau ketidak-hadiran koordinator FORKOMASA asal UI dipertanyakan, kami merasa tidak memiliki dosa turunan.
Kami juga tidak diberikan petunjuk tentang itu. Tentu, saya berkomunikasi dengan delegasi yang berangkat ke Unhas dua tahun lalu itu. Tapi, mana mau saya membongkar rahasia dapur?
Saya pun terpilih sebagai Sekretaris Jenderal Ikatan Himpunan Mahasiswa Sejarah se-Indonesia (IKAHIMSI) Pertama Periode 1995-1997.
Nama IKAHIMSI adalah perubahan dari FORKOMASA. Perubahan itu dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan Peraturan Dirjen Pendidikan Tinggi Kemendikbud RI. IKAHIMSI lebih terlambat hadir, ketimbang ISMAHI (Hukum), ISMEI (Ekonomi) dan lain-lain.
Semakin banyak delegasi mahasiswa yang hadir, tentu semakin penting melihat kampus-kampus yang diwakili. Dalam pertemuan seperti tu, sudah pasti jaket kuning UI langsung dikenali.
Jaket UI adalah satu-satunya juga yang boleh dipenuhi dengan emblem-emblem lain. Saking banyaknya emblem dalam jaket saya, beberapa kali saya ganti dengan koleksi emblem lainnya.
Apa itu emblem?Â
Lambang organisasi kemahasiswaan yang kita ikuti, ataupun kepanitiaan yang sudah dijalankan. Kepanitiaan berskala nasional biasanya menambah "wibawa" di kalangan "kolektor emblem" ini.
Bagaimana nanti nasib jaket-jaket almamater itu, ketika Genderang UI tidak lagi menyebut "Ibu kota Negara"?Â
Akankah nama UI masih mengandung kedigdayaan forensik?Â
Jangan-jangan, UI tinggal menjadi kampus bully-bully-an, karena menyandang nama yang sudah tak layak lagi. Bukankah nama UI disandang dalam posisi letak strategis di dalam area ibu kota negara?