Mohon tunggu...
Indra J Piliang
Indra J Piliang Mohon Tunggu... Penulis - Gerilyawan Bersenjatakan Pena

Ketua Umum Perhimpunan Sang Gerilyawan Nusantara. Artikel bebas kutip, tayang dan muat dengan cantumkan sumber, tanpa perlu izin penulis (**)

Selanjutnya

Tutup

Analisis Pilihan

Cebong Institute dan Kampret Academy

13 April 2019   23:17 Diperbarui: 13 April 2019   23:25 222
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sudah saatnya Angkatan 1998 melakukan upaya pembibitan kader-kader terbaik di bidang politik. Kemunculan sejumlah bintang baru di arena pemilu serentak 2019 ini setidaknya memberikan optimisme tinggi. Angkatan-angkatan baru yang tanpa tahun itu sudah bisa diandalkan untuk memberikan warna tersendiri dalam kontestasi politik nasional.

Seiring dengan berakhirnya masa kampanye pemilu malam ini, sudah selayaknya kalangan Cebong dan Kampret bergandengan tangan. Kedua kalangan ini bisa saja membentuk komunitas tersendiri, katakanlah Cebong Institute atau Kampret Academy. 

Pelbagai pengalaman selama masa kampanye biisa dijadikan silabus-silabus yang memiliki referensi akademis, tidak saja pengalaman. Dengan menggabungkan pengalaman dan sandaran ilmiah itu, politik di Indonesia semakin tersemaikan dalam cabang-cabang dan ranting-ranting pengetahuan yang teknis. Manajemen propaganda, organisasi pengerahan massa atau strategi kampanye media sosial  adalah contoh dari silabus-silabus itu.

Kehadiran Cebong dan Kampret seakan menafikan persaingan antar partai politik, berikut politisi yang berada di dalamnya. Keriuhan "perang" antara Cebong versus Kampret mengalahkan kehebatan mesin masing-masing partai politik. Walau partai-partai politik sudah berusaha menampilkan kader-kader terbaiknya, tetap saja psikologi pemilih diarahkan oleh persaingan sengit antara Cebong versus Kampret ini.

Bukan berarti partai-partai politik sudah kehilangan peran. Tetap saja partai-partai politik adalah organisasi yang paling pas dalam melakukan rekruitment kader, pendidikan ideologi, sosialisasi gagasan, hingga manajemen konflik. 

Hanya saja, party id di Indonesia masih sangat rendah. Kehadiran Cebong dan Kampret dalam bentuk relawan-relawan pemenangan adalah buah dari masih dominannya kemandirian individu warga negara Indonesia dalam melakukan asosiasi dan pereferensi pilihan politik. Apalagi, sistem multi partai di Indonesia belum mengarah kepada efisiensi pilihan platform dan program politik.

Institusionalisasi peranan Cebong dan Kampret ini adalah bagian dari penguatan kesadaran berpolitik. Jangan sampai Cebong dan Kampret hanya dianggap sebagai relawan musiman, padahal merekalah yang berada di garis depan.

Jakarta, 13 April 2019

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Analisis Selengkapnya
Lihat Analisis Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun