Beni menahan diri untuk tidak kabur keluar rumah. Ia mengintip sedikit dari balik pintu, dan betapa terkejutnya ia melihat sosok pria di ruang tamu. Itu ternyata pamannya! Paman yang sudah lama tidak bertemu, dan kini datang ke rumah mereka dengan mobil jeep hitam yang menyeramkan itu.
"Oh, Beni! Kamu kaget ya?" seru pamannya sambil tertawa kecil ketika melihat Beni yang muncul dengan ragu-ragu dari pintu dapur. "Kenapa kamu ngintip-ngintip gitu?"
Ibunya juga ikut tersenyum sambil memanggil Beni untuk bergabung dengan mereka. "Ini, Pamanmu lagi mampir. Dia bawa cendol buat kita."
Beni langsung terkejut dan merasa bodoh sekaligus lega. Ia hanya bisa memandangi pamannya yang ramah dan tidak terlihat menyeramkan sama sekali. Ia bahkan melihat ada ember penuh berisi cendol yang paman bawa dari kota. "Beni, kamu takut sama cerita mobil culik, ya? Mobil paman ini bukan mobil culik, kok," kata ibunya sambil tertawa.
Beni tertawa kecil, merasa sedikit malu dengan ketakutannya tadi. Ia ikut bergabung di ruang tamu, mendengarkan cerita-cerita seru pamannya yang baru datang dari kota. Dalam hati, Beni merasa lega. Mungkin, mobil culik hitam yang diceritakan Doni hanyalah sekadar legenda yang ditakut-takuti anak-anak di kampung.
Malam itu, setelah pamannya pamit, Beni berdiri di teras sambil mengingat pertemuan tadi. Langit sudah gelap, dan hanya ada lampu jalan yang menyala terang di ujung jalan. Sambil tersenyum, ia merasa tenang bahwa rasa takutnya tadi hanyalah kesalahpahaman belaka.
Namun, tiba-tiba, pandangan Beni tertuju pada sebuah mobil di ujung jalan. Matanya menyipit, mencoba melihat lebih jelas. Itu mobil jeep hitam lain yang terlihat mirip. Bedanya, kali ini, Beni merasa ada sesuatu yang lain. Kaca mobil itu tetap gelap, tapi kali ini ia bisa merasakan ada sepasang mata yang mengawasinya dari dalam mobil itu.
Jantungnya mulai berdegup kencang lagi. Beni memutar tubuh, masuk ke dalam rumah, dan mengunci pintu rapat-rapat. Dalam hatinya, ia bertanya-tanya, mungkinkah... mobil culik itu benar-benar ada?
------
I. Joko, penulis pemula, belum pernah memenangkan apapun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H