Mohon tunggu...
Indra Joko
Indra Joko Mohon Tunggu... Administrasi - OK

Irfan Hermawan Setyadi

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

Mengenang Indonesia dalam Tujuh Babak

3 Januari 2019   11:20 Diperbarui: 3 Januari 2019   11:38 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
gambar: antarafoto.com

Babak kelima, Megawati.
Sering banget ya ganti presiden. Foto yang ditempel di depan ruang kelas pun harus ganti. Ini berefek pada meningkatnya sektor penjualan foto presiden dan wakil presiden beserta bingkainya, prestasi. Selebihnya saya tidak terlalu punya kenangan apa-apa.

Babak keenam, SBY.
Ini baru pemilu, milihnya milih presiden, saya juga mulai ikut milih, tapi kertas-kertas yang buat milih partai kok sekarang sebesar koran, tak mungkin dibaca semua sekali buka, ya sudah, sambil merem saja. Beda sama dulu waktu bapak saya cerita nyoblos itu masuk bilik, buka, coblos tengah, gampang. 

Di jaman SBY yang dulunya telepon selular hanya dimiliki segelintir orang mulai populer, internet mulai makin cepat dan murah, kompasiana banyak yang daftar, informasi sedemikian cepat bisa menyebar tak lagi sekedar melalui Televisi dan Koran. Prestasi. 

Maaf, tapi kami tak bisa membedakan perkembangan teknologi dengan dengan hasil kerja presiden karena yang ada hanya kenangan tentang kejadian dan era. Yang jelas-jelas program pemerintah mungkin adalah mempopulerkan penggunaan gas menggantikan penggunaan minyak tanah sampai minyak tanah kemudian punah di pasar, bisa ya sukses, padahal dulu trauma menyentuh kompor gas banyak ditemui di kampung-kampung dan pedesaan, barangkali karena urusan perut mengalahkan urusan hati.

Babak ketujuh, Jokowi.
Saya mau bilang perjalanan lebih cepat melalui jalan tol nanti ada yang mendebat itu yang bangun siapa, pakai dana apa, dengan siapa, semalam berbuat apa. Saya mau bilang premium sudah hilang diganti pertalite yang lebih mahal bikin harga sembako naik, nanti ada yang mendebat pengalihan subsidi, penyeimbangan APBN, premium ada tapi langka, padahal jelas jelas premium eceran sudah dilarang. 

Begitulah di masa pak Jokowi begitu pemilu selesai berasa langsung mau pemilu lagi, saya kira itu hanya akan terjadi setahun dua tahun setelah, ternyata begitu terus sampai lima tahun dan tontonan makin beragam. 

Demikian di era Jokowi kenyataannya, kartun hari Minggu telah hilang diganti acara-acara musik yang entah layak atau tidak ditonton anak anak yang sekarang lebih asyik bermain telepon selular. Sekali lagi maaf, kami memang tak bisa membedakan perkembangan teknologi dengan dengan hasil kerja presiden karena yang ada hanya kenangan tentang kejadian dan era.

Jadi apa yang anda kenang?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun