Bagaimana fenomena jaman sekarang akses teknologi berkembang pesat dan maju dengan kecepatan informasi melalui internet yang didukung oleh alat perangkat keras (hardware) yang canggih seperti smartphone, tablet, komputer PC/Laptop dan media elektronik lainya. Dengan perkembangan saat ini kemudahan ilmu sangat bisa diukur dan dipermudah dalam mendapatkan informasinya namun keikhlasan dalam mendapatkanya tidak semudah dalam mencari ilmu saat ini. Inti dari ilmu itu adalah pemahaman bukan hafalan. Hafalan adalah sebagai penunjang bukan inti, tapi penting tidak boleh diremehkan.
4. Bangkit Keterpurukan Dalam Tidak Berilmu (Kebodohan)
Prof. Dr. Mulyadhi Kartanegara yang kini menjabat sebagai direktur Center For Islamic Philosopical Studies and Information (CIPSI) memberikan pendapatnya mengajak kalangan umat islam untuk bangkit mengejar keterpurukan dan ketertinggalan, ada 5 pokok yang harus dilakukan umat muslim: Pertama, mengumpulkan segala bentuk dan karya-karya ilmuwan muslim; Kedua, mencoba untuk mempelajari dan membangkitkan kembali semangat berfilsafat dan berfikir kritis dalam tubuh umat islam; Ketiga, mengirim sebanyak mungkin calon-calon sarjana ke negeri penguasa sains dan teknologi;
Keempat, mencoba membangitkan percobaan-percobaan ilmiah atau semangat penelitian guna mencari ketertinggalan ilmu, sains dan teknologi tinggi dari negara lain; Kelima, adakan seminar, diskusi serial, pengkajian dan publikasi hasil-hasil yang telah di capai baik hasil penelitian, uji coba maupun pengkajian karya-karya ilmuwan islam, di kutip dari Membangkitkan Sains Islam, koran Republika tanggal 23 november 2006.
Dari Abu Hurairah Radiyallahu Anhu ia berkata: Rasulullah Sallallahu Alayhi Wasallam bersabda: “Orang mukmin yang kuat itu lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah daripada orang mukmin yang lemah, namun pada masing-masing (dari keduanya) ada kebaikan. Bersemangatlah terhadap hal-hal yang berguna bagimu, mohonlah pertolongan kepada Allah, dan jangan menjadi lemah. Jika kamu ditimpa sesuatu, jangan berkata seandainya aku berbuat begini, maka akan begini dan begitu, tetapi katakanlah Allah telah menakdirkan, dan kehendak oleh Allah pasti dilakukan. Sebab kata ‘seandainya’ itu dapat membuka perbuatan setan.” [HR. Muslim].
Dan mungkin semua ini ada faktor dari berbagai sektor yang harus umat muslim perbaiki dengan menciptakan giat menuntut ilmu menjadi sebuah kebiasaan (habits) baru, ada sebuah nasihat Imam Syafi’I kepada siapa saja yang ingin menguasai ilmu “Wahai saudaraku, kalian tidak akan dapat menguasai ilmu kecuali dengan 6 syarat yang akan saya sampaikan: pertama dengan kecerdasan, kedua menuntutnya dengan semangat, ketiga dengan kesungguhan, keempat dengan memiliki bekal (investasi), kelima bersama pembimbing (guru), keenam serta waktu yang lama” dan selalu ingat bagaimana misi menimba ilmu sampai akhir hayat menjemput. Wallahualam bissawab.
DAFTAR PUSTAKA
Suwidan, Tariq. 2007. Biografi Imam Syafi’i, Jakarta: Zaman.
Al-Jailani, Syekh Abdul Qadir. 2012. Al-Tashawwuf Terj. Aguk Irawan. Jakarta: Zaman.
TIM YISC Al-Azhar. 2015. Jejak Taman Syurga. Jakarta: YISC Publishing.
Huff, Toby E. 1993, The Rise Of Early Modern Science, Cambridge: Cambridge University Press