Juga dari Ali bin Abi Thalib ra. yang di juluki Nabi Muhammad sebagai Bab Ul’Ilm (Pintunya Ilmu) beliau berkata : “Bahwa ilmu lebih baik daripada harta karena ilmu menjaga anda dan anda harus menjaga harta. Ilmu itu hakim sedangkan harta terhukum.”
2. Dengan Ilmu Tidak Berkurangnya Harta
Harta berkurang bila di belanjakan sedangkan ilmu bertambah. Perihal keutamaan ilmu, salah satu sahabat Nabi yang berpengetahuan luas Ibnu Abbas ra. Menceritakan bahwa Allah SWT. Menyuruh Nabi Sulaiman bin Daud AS. Untuk memilih harta atau kerajaan (kekuasaan). Nabi Sulaiman AS. Memilih ilmu, maka Allah SWT. menganugerahkan kepadanya harta dan kerajaan bersama ilmu sekaligus.
Dalam ilmu harus ada proses yang di sebut pendidikan dan ilmu sebagai alatnya. Al-Ghazali adalah orang yang banyak mencurahkan perhatiannya terhadap bidang pengajaran dan pendidikan dalam kitabnya “Ihya Ulumiddin”. Adapun unsur-unsur pembentuk pengertian pendidikan dari Al-Ghazali dapat dilihat dalam pernyataannya sebagai berikut: “Sesungguhnya hasil ilmu itu ialah mendekatkan diri kepada Allah, Tuhan semesta alam, menghubungkan diri dengan ketinggian malaikat dan berhampiran dengan malaikat tinggi…”
“…dan ini, sesungguhnya adalah dengan ilmu yang berkembang melalui pengajaran dan bukan ilmu beku yang tidak berkembang.”
Jika kita perhatikan kutipan yang pertama, kata “hasil” menunjukkan proses, kata “mendekatkan diri kepada Allah” menunjukkan tujuan, dan kata “ilmu” menunjukkan alat. Sedangkan pada kutipan yang kedua merupakan penjelasan mengenai alat, yakni disampaikannya dalam bentuk pengajaran. Batas awal berlangsungnya proses pendidikan menurut Al-Ghazali, yakni sejak bertemunya sperma dan ovum sebagai awal manusia. Batas akhir pendidikan menurut Al-Ghazali sampai akhir hayatnya.
Dari keterangan di atas pendidikan menurut Al-Ghazali adalah proses memanusiakan manusia sejak masa kejadiannya sampai akhir hayatnya melalui berbagai ilmu pengetahuan yang disampaikan dalam bentuk pengajaran secara bertahap di mana proses pengajaran itu menjadi tanggung jawab orang tua dan masyarakat. Pemikiran Al-Ghazali dalam pendidikan juga bernuansa islami dan moral. Di samping itu, ia juga tidak mengabaikan masalah-masalah duniawiyah, sehingga ia juga menyediakan porsi yang sesuai dengan pendidikan.
Dan menurut imam Al-Ghazali ilmu di bagi dari dua kategori, pertama ilmu dikategorikan fardhu 'ain (individual) : artinya wajib dipelajari setiap Muslim, yaitu Tsaqafah Islam yang terdiri dari konsepsi, ide, dan hukum-hukum Islam, bahasa Arab, sirah Nabi SAW ulumul qur’an, tahfizh al-Quran, ulumul hadis, ushul fiqh, dll. Lalu kedua Ilmu yang dikategorikan fadhu kifayah (kewajiban kolektif), biasanya ilmu-ilmu yang mencakup sains dan teknologi IPTEK serta ilmu terapan keterampilan, seperti biologi, fisika, kedokteran, pertanian, teknik, dll. Dan bagaimana apresiasi masyarakat muslim sekarang ini dengan adanya globalisasi dan dengan ide-ide-isme paham tak terbendung asal muasalnya.
3. Keikhlasan Dalam Berilmu
Dari Al Imam ibn Abdul Mubarak yang dibawakan oleh Al Imam ibn Abdil Bar berkata, “Yang pertama kali harus dimiliki oleh penuntut ilmu adalah niat.” yang dibutuhkan adalah niat keikhlasan bukan hafalan. Rasulullah bersabda, “Barang siapa yang menuntut ilmu yang seharusnya untuk Allah, tapi karena niat dunia dia tidak akan mencium aroma surga pada hari kiamat.” (HR. Ahmad, Abu Dawud disahihkan oleh Al-Hakim)
Sebagaimana dahulu para Alim Ulama dan pencari ilmu harus mencari ilmu dengan berkendara seadanya seperti berjalan kaki berkilo-kilo meter jauhnya, menaiki kuda, menyebrang sungai dan jembatan reyot dan perahu untuk hanya duduk keikhlasan dalam mencari ilmu yang akan didapat dari para gurunya dengan keikhlasan mengharapkan ridho pahalanya karena termasuk dalam ibadah.