Kedua anaknya yang cukup susah diatur, mungkin karena masa kecil mereka sehingga wajar jika demikian. Kadang tingkahlaku mereka memaksa Om Haris berlaku kasar kepada keduanya.
*
Om Haris tampak berat mengungkapkan semua yang menjadi masa lalunya yang kelam. Singkat memang durasinya, tapi itu sudah menjadi sejarah suram dalam mengarungi bahtera rumah tangganya.
Sesekali Ia menghela nafas panjang untuk sekedar menguatkan perasaannya. Kami yang mendengarnya antusias dan hening. Semua tidak menyangka kepergian Tante Sur. Sesekali ada yang memotong, tapi semua serasa kompak untuk mendengar apa yang sebenarnya terjadi.
*
Pinrang, Sul-Sel.
Om Haris merasakan sesuatu yang berbeda dari istrinya. Namun, Ia beranggapan bahwa mungkin hal tersebut disebabkan oleh rasa sungkan kepada keluarnya.
Malam hari sesaat setelah berbuka istrinya, Tante Nur pamit untuk keluar rumah. Om Haris tentu tak punya alasan untuk menolaknya hanya karena istrinya ingin menelepon seseorang.
Menjelang shalat Isya, Tante Nur masih belum kembali ke rumah. Om Haris hanya bisa cemas, karena Ia pun tak tahu kemana istrinya pergi.
"Kok baru pulang? "
"Habis nelpon teman" jawab istrinya cetus, tapi Om Haris bersikap untuk lebih mengerti.
"Ayo tarawih " ajak Om Haris kepada istrinya. Kedua anaknya sudah menunggu di bawah tangga rumah panggung khas sulawesi itu.
"Saya gak ikut bpaknya Irman (sapaan khas tante Sur)"
"Lohh kenapa dek?" tanya Om Haris heran.
Om Haris berusaha mengerti alasan istrinya, walaupun dalam pikirannya Ia tidak mampu merasionalkan alasan istrinya tersebut.