H a i...
Perkenalkan...
Saya penjual es tong-tong
mengikuti langkah kaki, kemanapun gerobak pergi..
Saya sudah tua renta tak berdaya...
tak sanggup lagi sebenarnya
pilihanku tak banyak
hanya antara berjalan atau tidak
maka hasilnya hidup atau mati
Saya sudah tua renta...
bukan lagi garis-garis halus
tapi keriput kronis melanda seluruh anggota tubuhku
Panas tak lagi pernah terasa
dinginnya pagi pun sudah biasa
nafkah dan brekah satu-satunya harapan
di sisa hidupku kelak
Wahai anak...
tolong dengarkan irama gong kecilku ini
susah payah ku memukulnya
itu isyarat bahwa aku telah datang menghampirimu
bahwa aku sedang butuh uangmu
Jangan lupa ajak rekanmu
agar senang hatiku
Hai ibu-ibu...
Berilah anakmu uang
agar Ia bisa membeli es tong-tong ku
Heiiii..!!!!
Mengapa kau buang???
bukankah es itu manis dan segar???
Apa yang sebenarnya kau rasakan hingga kau tega demikian???
Apakah kau jijik karena aku sudah tua begini???
Anakku...
Hargailah cita rasaku itu
lidah kita memang sudah jauh tak sama
Itu adalah cita rasa terbaikku
aku hanya bisa menaburkan perasa manis
karena tak sanggup membeli gula
aku hanya sanggup menghangatkan susu basi
karena tak sanggup membeli
Kataku itu tidak berbahaya....
Jangan pula kau pandang gerobak rapuhku itu
walau tak sebagus harga jutaan
tapi itu karyaku
terima kasih...
telah membeli lalu memuntahkannya
sungguh tak ada pilihan lain
Aku pun tak mengerti korupsi
Aku pun tak mengerti kolusi
Apalagi nepotisme...
Yang saya tahhu hanya,
membuat es tong-tong....
---------------------------------------------------------------------------------------
Inspired by "Pak Tua yang Tegar" Yogyakarta, 1 Februari 2011 Baca Juga: