Harusnya menjadi pertanyaan besar bagi kita semua mengapa mutu pendidikan begitu rendah, akses belum terbuka lebar, bahkan di tahun 2020 ini sekolah serta para guru tidak siap menjalankan pembelajaran daring termasuk keterbatasan sarana dan prasarana digital, padahal uang rakyat sudah banyak digunakan untuk bidang pendidikan. Koordinasi dan kolaborasi antara pemerintah pusat dan pemerintah daerah dalam menjalankan sistem pendidikan sejak pendidikan diotonomikan juga belum kondusif.
Di berbagai kesempatan saya selalu menyampaikan bahwa salah satu penyebab mengapa perkembangan pendidikan Indonesia stagnan dikarenakan pemerintah tidak pernah membuat cetak biru atau blueprint pendidikan. Semua program yang ada hanya sekedar rutinitas atau kebijakan yang tidak berkesinambungan, sehingga dikenal istilah ganti menteri ganti kebijakan.
Adanya Blueprint Pendidikan Indonesia akan membantu berbagai pihak pemangku kepentingan pendidikan untuk menyusun langkah atau program yang terukur dalam mencapai SDM unggul yang dicita-citakan. Sekaligus memudahkan evaluasi terhadap program-program tersebut sehingga tidak hanya sebatas terserapnya anggaran.
Kabar baiknya revisi Undang Undang no. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional sudah masuk dalam Program Legislasi Nasional tahun 2020 ini. Cetak Biru Pendidikan Indonesia harus menjadi bagian integral dari revisi UU Sisdiknas. Dan hal tersebut akan menjadi langkah yang proaktif. Menurut beberapa anggota Komisi X DPR RI yang saya hubungi melalui pesan Whatsapp, pembahasan revisi Sisdiknas masih menunggu langkah nyata pemerintah sebagai pengusul.
Dalam kondisi Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) seperti saat ini, saya rasa ini adalah waktu yang tepat untuk memanggil putra-putra terbaik bangsa, para tokoh dan pakar pendidikan untuk bersama-sama mencurahkan pikiran dalam menyusun cetak biru pendidikan Indonesia. Kesempatan ini dapat digunakan untuk mengevaluasi secara obyektif program-program yang telah berjalan dan mulai menyusun langkah-langkah perbaikan agar SDM Unggul dan Indonesia Emas tidak berhenti sebagai mimpi semata.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H