Sumber Gambar: Google Pinterest
Kemayu (1)
Kemayu...
Senang rasanya mencintai mu
Diantara rintikan hujan
Diantara bisingnya lalu-lalang
Kidung puisi kesekian aku sampaikan
Tentang sepasang asing ditengah keramaian
Kemayu (2)
Sabda bumi pada langit
Bunga merindukan rayuan hujan
Kemarau panjang setia tak ingin pergi
Katak sawah saling berdiam diri.
Kemayu...
Semoga hatimu tak segersang bumi
Rindumu tak semiris bunga
Dan semoga tak senasib katak musim kemarau
Kemayu (3)
Kemayu...
Diantara gemerlapnya lampu kota
Angin malam sedang berbisik riuh
Ada yang membusuk dipojokan kamar
Dengan puisi-puisi yang tak sempat terangkai
Dan semua rindu-rindu yang kurang ajar
Kemayu (4)
Kemayu...
Andai penguasa-penguasa itu mengerti
Meluangkan waktunya berbicara cinta dan kasih
Duduk bercumbu saling memahami
Mungkin takkan ada manusia seperti ku
Menenggelamkan kepalanya kedalam air
Dan membenturkan kepalanya pada tembok yang mati
Manusia seakan hidup untuk mendzolimi diri dan meliburkan nurani
Kemayu (5)
Kemayu ...
Kisah masih berujung menuju sore
Dipulau suci dalam hangatnya temaram
Berandai-andai dalam diri
Mencumbui setiap keinginan
Menjadi alam berpikir mu
Menjadi coretan-coretan puisi mu
Menjadi air mata mu
Menjadi bahagia mu
Menjadi luka mu
Menjadi akhir untuk awal mu
Tapi sore menyadarkan kenyataan
Aku dan kamu terpisah ruang dan waktu
Kemayu (6)
Kemayu...
Untuk sedepa jarak yang kita tertawakan
Diawal perjalanan takdir
Dipuncak harapan segenggam doa
Hari-hari berkecambuk dengan gelisah
Namun doa-doa menjadi penyejuk seperti pagi
Semenarik pelangi pada sore
Dan semoga tak sebusuk tirani
*Puisi-puisi untuk Dina_Clv
Di Ruang Ingat
Denpasar, Maret 2020
Selamat #MerawatIngat
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H