Badan Pusat Statistik (2018) mencatat luas panen dan produksi beras pada tahun 2018 mencapai 9,54 juta hektar. Jika dibandingkan dengan kedelai, komoditas ini tidak mempunyai lahan khusus untuk intensif dibudidayakan.
Kedelai merupakan tanaman yang tumbuh optimal pada kisaran pH atau kemasan tanah netral. Kemasan tanah untuk pertumbuhan kedelai antara 6,0-7,0. Pada pH dibawah 4,5, kedelai masih dapat tumbuh, namun tidak akan sebaik pada pH sekitar netral.Â
Kondisi tanah yang masam, terlebih lagi pada musim hujan merupakan ancaman bagi produksi kedelai. Curah hujan yang tinggi menyebabkan pencucian berbagai unsur hara yang dapat menurunkan kemasaman tanah.Â
Tidak hanya itu juga, lahan yang diolah secara intensif, seperti bekas tanam padi biasanya memiliki residu pupuk an organik seperti pupuk ZA, Urea, Amonium Sulfat, KCL dan ZK yang masih terbenam di tanah.Â
Faktor drainase yang kurang baik juga dapat menyebabkan kemasaman tanah karena tanah dapat tererosi. Kedelai pada kondisi lingkungan yang masam tidak akan menunjukkan pertumbuhan yang optimal. Oleh karena itu, diperlukan solusi untuk menaikkan pH tanah sampai pada kisaran netral melalui aplikasi pengapuran.
Banyak petani yang menjadikan padi sebagai komoditas utamanya. Bahkan ada beberapa petani yang tidak menerapkan pola rotasi tanam, dengan kata lain hanya menanam padi sepanjang tahun.Â
Di Amerika Serikat, terdapat lahan khusus untuk komoditas kedelai, bahkan pengusahaan produksinya menggunakan mekanisasi yang luar biasa. Di dalam negeri, kedelai terkadang dijadikan tanaman tumpang sari dengan jagung, dan tanaman lainnya.
Solusi Meningkatkan Produksi Kedelai untuk Mengurangi Impor
Sudah seharusnya memberikan solusi atas permasalahan yang dihadapi. Kementrian Pertanian pada periode ini berambisi untuk mewujudkan swasembada kedelai pada tahun 2020.Â
Bukan tak mungkin untuk direalisasikan, tetapi potensi Sumber Daya Alam Indonesia yang kaya dapat mendukung nawacita ini.