Dendam belum surut, meskipun peristiwa itu telah lama berlalu. Trauma masih membekas. Ia belum pernah merasakan kehangatan keluarga, selain dari cerita orang belaka.Â
Pukul satu dini hari, ia pun memutuskan keluar pub. Menghirup udara malam, dan ingin menikmati semangkuk mi. Namun ia tak melihat Barkah di seberang jalan.
Kevin menyesal, kemarin malam mabuk berat sampai terkapar. Dan tak sempat menikmati mi tek-tek seperti biasa. Maka malam ini, ia menunggu lebih awal. Namun Barkah dan gerobak pikulnya tak kunjung terlihat.Â
Kevin lalu bertanya pada penjaga malam bernama Wito,"Bang, Kang Barkah belum datang?"
"Nggak tahu," jawab Wito sembari menggeleng. Ia mengira Kevin tengah mabuk dan sembarang bicara.
Kevin merogoh kantong dan mengambil sebatang rokok. Namun belum sempat ia menyalakannya, Bela, terapis di panti pijat sebelah pub, tiba-tiba melintas. Ia melirik ke arah Kevin dan bertanya,"Lagi nunggu siapa nih, Om?"
"Kang Barkah," jawabnya ketus.Â
"Woy Om, dia tak akan datang," timpal Bela.Â
"Sok tahu," ujar Kevin sembari membakar rokoknya.Â
"Eh, memangnya Om belum tahu?" Bela yang hendak pulang pun tertahan langkah untuk sekadar bercerita.Â
"Minggu lalu, Kang Barkah tewas ditabrak sedan yang baru keluar parkiran, Om. Koh David temen Om tuh, sudah tahu mabuk tapi masih maksa nyetir!"Â