Namun begitu menutup album foto. Ia menitikkan air mata. Ingatan menyentuh masa bahagia dalam episode rumah tangga. Buah hati yang diidam-idamkan, akhirnya hadir di dalam rahimnya. Â
Namun kebahagiaan itu tinggal cerita. Kanker serviks. Kepedihan menyentuh relung hati, saat ia harus merelakan buah hati, dan rahimnya harus diangkat. Meski hidup Mayang selamat. Namun hampa.Â
Hari-hari berlalu penuh penyesalan, tangis dan sesak di dada. Hingga suatu petang, Bimo, suaminya, membawa pulang seekor anak kucing. Imut dan menggemaskan. Ia menatap lugu di dalam kardus. "Namamu Nancy, kucing cantik."Â
"Miaww..." Suara anak kucing di luar pagar, membenamkan lamunan Mayang.Â
**
Sepulang kerja kulihat Mayang tertunduk layu di beranda, menatap sendu secangkir lemon tea di meja. Ia menyambutku dengan senyum kecil. Mayang ternyata belum bisa merelakan Nancy.
Kuletakkan tas kerja, dan mengambil duduk di sampingnya. Kuraih pundak istriku, tanpa berkata apa-apa. Dalam benakku hinggap penyesalan. Namun, tak mampu kuakui perbuatan jahat yang kulakukan.Â
Mayang bersandar di pundakku, dan berkata lirih, "Sayang, Nancy sudah melahirkan. Dan kita butuh rumah yang lebih luas."
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Indra Rahadian