Melihat Kasiman yang terpaku di depan makanan, Karso bertanya, "Loh, kok tak dihabiskan makananmu?"Â
"Nasinya keras, aku tak selera!" Jawab Kasiman. Ia pun terburu-buru beranjak pergi dari kantin.Â
Karso menepuk dahi. Ia menyayangkan dalam hati,"Kasiman, di mana rasa syukurmu!"Â
Mbok Kantin yang melihat kejadian itu menitikkan air mata. Hatinya sakit. Kata-kata tertahan di dada. Ia terduduk lemas, dan berusaha mengatur desah nafasnya.
"Kasihan ya, Mbok. Gara-gara istrinya meninggal, ia jadi orang stres," ucap Karso.Â
"Kamu percaya sama ceritanya?" Jawab Mbok Kantin, seraya mengusap air mata.Â
"Istrinya masih hidup!" Lanjutnya.Â
"Maksud, Mbok?" Karso urung meminum kopinya, rasa penasaran bergelayut dalam benaknya.Â
"Dua tahun lalu, gara-gara persoalan nasi lembek dan keturunan, istrinya hampir mati dipukulnya! Pantaslah dia kabur!" Jawab Mbok Kantin.Â
"Kasiman suka mendengar bisikan-bisikan gaib, sejak bangun koma akibat dikeroyok rentenir! Ditambah, otaknya sudah terkikis alkohol!" Tangis Mbok Kantin pecah, ia tak dapat melanjutkan ceritanya.Â
"Kok Mbok bisa tahu?"Â