Sekuntum mawar kupandang dalam-dalam. Lalu kuputuskan melangkah pulang. Tak ada penyesalan untuk hari ini. Dan biarlah esok berjalan seperti biasa.Â
Lamunanku terhenti. Hingga terlelap dalam gelap. "Que sera sera."Â
Rutinitas kantor pagi ini terasa hambar. Kartu ucapan ulang tahun menempel di layar komputer. Sebuah kado tahunan dari perusahaan, tergeletak di atas meja. Dan senyum ini sekadar saja. "Terima kasih, semuanya."Â
Sebuah kejutan rutin yang datang bersama kue ulang tahun. Dua tahun lalu, kuminta tak perlu menancapkan lilin. Terlebih lilin berbentuk angka. Mereka mengerti. Dan kami selalu bersenang-senang.Â
Hingga dering telepon berbunyi. Kutebak, itu tagihan laporan bulanan dari bagian keuangan. Dan ternyata bukan. Tubuhku merinding kala mendengar suara itu. Dadaku bergetar. Inikah perasaan lama yang kurindukan. "Ya, Tuhan."
"Halo, Laras. Bisakah kita bertemu lagi malam nanti?" Fitra menanti jawaban di ujung telepon.Â
**
Cerita ini hanya fiktif belaka, kesamaan nama, tokoh dan tempat hanyalah kebetulan semata.
Indra Rahadian
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H